NIM :12111412691
Prodi : TADRIS IPS 3A
Matkul : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dospem : Dr.Fitra Herlinda,M.Ag
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai
dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang
terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1991; Rice, 2002). Menurut Hurlock
(1991), dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara serempak
selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut
dengan involusi. Pada awal kehidupan manusia yang berperan adalah evolusi, sedangkan
involusi lebih berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat mundur.
Sikap terhadap BAB I PENDAHULUAN 3 perubahan-perubahan perkembangan ini dipengaruhi
oleh penampilan dan perilaku individu, stereotip budaya, nilai-nilai budaya, perubahan-
perubahan peran dan pengalaman pribadi. Salah satu tujuan dari perubahan ini adalah agar
individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga baik secara fisik maupun psikis
sesuai dengan harapan-harapan sosial. Adapun perubahan-perubahan dalam perkembangan
individu merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional yang saling
berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik individu yang semakin bertambah
usia akan mengarah kepada kematangan. Untuk proses kognitif meliputi perubahan pada
pemikiran, intelegensi dan bahasa individu, sedangkan proses sosio-emosional meliputi
perubahan pada relasi individu dengan orang lain, serta perubahan emosi dan kepribadian yang
menyertainya.
Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan Psikologi
Perkembangan. Dalam pengkajian mata kuliah Perkembangan Peserta Didik difokuskan pada
perkembangan individu sebagai peserta didik pada institusi pendidikan. Di dalam buku ini, para
penulis sebagai penyusun materi Perkembangan Peserta Didik mencoba memahami
perkembangan dari perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia (Life- Span Development)
berdasarkan pada pendapat Paul Baltes (dalam Pappalia, 2004 dan Santrock, 1995). Life-span
human development berusaha menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan mempengaruhi
perubahan-perubahan yang terjadi dari pembuahan hingga masa dewasa. Tujuan akhir dari
perspektif ini adalah untuk membantu hidup individu menjadi kehidupan yang berarti dan
produktif. Perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia menjelaskan adanya tujuh
karakteristik dasar yang harus dipahami untuk melihat perkembangan manusia, yaitu :
4. Perkembangan bersifat lentur (plastis). Hal ini berarti perkembangan berbagai macam ranah
dapat distimulasi untuk berkembang secara maksimal. Sebagai contoh, kelenturan berpikir anak-
anak dapat diasah sejak dini dengan memberikan latihan-latihan pada anak untuk terbiasa
memecahkan masalah dengan baik dengan berbagai macam cara dari hasil eksplorasinya.
a. Kondisi Fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang
diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai dari masa pembuahan sel telur oleh sel
jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh
pada manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin,
kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991). Potensi genetik inilah yang akan
berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.
12 Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi janin
disamping keunikan yang telah ada pada kedua orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah faktor penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada ibu hamil,
dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia dapat
merugikan janin. Dari segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan
psikologis selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik maupun psikologis. Untuk
lebih rinci dapat dicermati penjelasan berikut ini;
b. Kondisi Psikis
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang diuraikan sebelumnya, bahwa
ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa,
emosi dan sosial moral. Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan
persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan intelektual
yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau
mengalami retardasi mental.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan
lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian
(Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya
Faktor Non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan, dan
masyarakat. Adapun beberapa faktor yang berkenaan dengan faktor non fisik ini adalah ;
1.) Faktor Psikososial Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi,
motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang tua:
a) Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang perkembangan individu.
Individu yang mendapat stimulasi atau rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat
mempelajari sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan individu yang tidak
mendapatkan banyak stimulasi. Individu akan berkembang pola-pola berfikir, merasakan
sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi rangsangan yang berupa dorongan dan
kesempatan dari lingkungan disekitarnya. Walaupun mungkin ada individu yang berbakat,
namun bila lingkungannya tidak mendukung, potensinya untuk berkembangpun dapat 18
terhambat. Sebaliknya, bila ada individu yang belum terlihat potensi pada dirinya, namun
rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan secara maksimal dan sesuai dengan
kebutuhan usianya, maka individu tersebut dapat berkembang jauh lebih baik. Sebagai contoh,
individu yang sejak dini diajarkan bagaimana memecahkan permasalahannya akan lebih mudah
menyelesaikan masalah lain karena adanya pengalaman belajar
. b) Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan dari sejak usia awal akan
memberikan hasil yang berbeda pada individu dalam menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat
membangun daya fikir dan daya cipta individu, akan membuat individu termotivasi untuk
melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan pada individupun dalam mengeksplorasi
sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi individu belajar. Hal ini dapat dilakukan
oleh pihak institusi pendidikan maupun dari pihak keluarga. Individu dimotivasi utnuk
menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang sesuatu utnuk memuaskan rasa ingin tahunya
merupakan hal yang dibutuhkan individu.
c) Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua merupakan area terdekat pada individu.
Individu sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang
adil dari orangtua. Bagaimana gaya pengasuhan orangtua yang diberikan pada individu; apakah
permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan individu berbuat apapun, ataukah
bersifat otoritatif yang merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan
dampak yang berbeda pada individu. Pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi
antara individu dan orangtua. Bagaimana individu terbentuk tentunya didapat dari pembiasaan-
pembiasaan yang terjadi pada situasi 19 rumah. Hal inilah yang terkadang mendasari individu
untuk mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, individu yang mendapat gaya pengasuhan
otoriter yang bercirikan semua diatur oleh orangtua individu tersebut akan menjadi individu yang
selalu bergantung serta memiliki daya kreativitas yang rendah karena adanya pembatasan-
pembatasan dalam berfikir dan berperilaku. Sebaliknya individu yang selalu mendapatkan
kebebasan berperilaku semaunya akan mengembangkan sikap dan perilaku yang sulit memahami
dan menerima keadaan yang berbeda dengan dirinya.