Anda di halaman 1dari 20

GLOBAL DEVELOPMENT DELAYED

A. Definisi
Global developmental delay(GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain
perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif,
personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada
anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak
berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan
dengan hasil yang akurat maka istilah yang dipergunakan
adalah

retardasi

mental. Anak

dengan

KPG

tidak

selalu

menderita retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat


menyebabkan seorang anak mengalami KPG seperti penyakit
neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial meskipun
aspek kognitif berfungsi baik.
1. Tahap Perkembangan Normal pada Anak
a. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang

sejak

konsepsi

sampai

berakhirnya

masa

remaja.Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa.Anak


menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi


tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak

halus,

bicara

dan

bahasa

serta

sosialisasi

dan

kemandirian.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa
yang terjadi secara simultan.Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan
emosi,

dan

sistem

neuromuskular,

sosialisasi.Kesemua

kemampuan

fungsi

tersebut

bicara,

berperan

penting dalam kehidupan manusia yang utuh.


Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses
tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lainperkembangan
menimbulkan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan
pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya,
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda,

perkembangan

perkembangan

berkorelasi

mempunyai

pola

dengan
yang

pertumbuhan,
tetap,

serta

perkembangan memiliki tahap yang berurutan.


Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh
kembang

anak

juga

memiliki

prinsip-prinsip

yang

saling

berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan sebagai kaidah atau


pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu
perkembangan

merupakan

hasil

proses

kematangan

belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.

dan

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan

normal

yang

merupakan

hasil

interaksi

banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut


antara lain faktor Internal, diantaranya ras/etnik atau bangsa,
keluarga,

umur,

jenis

kelamin,

genetik,

dan

kelainan

kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi,


mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan
imunologi,

anoksia

embrio,

dan

psikologi

ibu),

faktor

persalinan, faktor pasca persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan


kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan).
2. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi :
1. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai

bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan


berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
3. Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang
anak adalah sebagai berikut :
1.

Masa prenatal atau masa intra uterin


Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism,
terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk sistem organ
dalam tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak
umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra
uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan
jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.
d. Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui
plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa

2.

Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Masa bayi (umur 0 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:

a. Masa neonatal (umur 0 28 hari)


Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
b. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari 11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa
dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa
ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3.

Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 59 bulan)


Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik
halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan,

pertumbuhan

dan

perkembangan

sel-sel

otak

masih

berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangcabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini
akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga
dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4.

Masa anak prasekolah (umur 60 72 bulan)


Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan

dengan

aktivitas

jasmani

yang

bertambah

dan

meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.Pada masa ini, selain


lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk
itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu
diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain.
B. Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai
kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan
neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG
Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip
dari Walters AV, 2010)
Kategori
Genetik atau Sindromik
Teridentifikasi dalam 20% dari
mereka yang tanpa tanda-tanda
neurologis, kelainan dismorfik,
atau riwayat keluarga

Komentar
1. Si ndrom yang mudah
diidentifikasi, misalnya Sindrom
Down
2. Penyebab genetik yang tidak
terlalu jelas pada awal masa kanakkanak, misalnya Sindrom Fragile
X, Sindrom Velo-cardio-facial
(delesi 22q11),Sindrom Angelman,
Sindrom Soto, Sindrom Rett,
fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi
muskularis tipe Duchenne, tuberus
sklerosis, neurofibromatosis tipe 1,
dan delesi subtelomerik.

Metabolik

1.

Skrining universal secara

Teridentifikasi dalam 1% dari

nasional neonatus untuk

mereka yang tanpa tanda-tanda

fenilketonuria (PKU) dan

neurologis, kelainan dismorfik,

defisiensi acyl-Co A

atau riwayat keluarga

Dehidrogenase rantai sedang.


2.
Misalnya, kelainan

Endokrin

3.

siklus/daur urea
Terdapat skrining universal
neonatus untuk hipotiroidisme

Traumatik
Penyebab dari lingkungan

4.
5.

kongenital
Cedera otak yang didapat
Anak-anak memerlukan
kebutuhan dasarnya seperti
makanan, pakaian, kehangatan,
cinta, dan stimulasi untuk dapat

berkembang secara normal


6.
Anak-anak tanpa perhatian,
diasuh dengan kekerasan, penuh
ketakutan, dibawah stimulasi
lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang
7.

normal
Ini mungkin merupakan
faktor yang berkontribusi dan ada
bersamaan dengan patologi lain
dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar
kapasitas orangtua untuk dapat

Malformasi serebral

menyediakan/memenuhinya
8.
Misalnya, kelainan migrasi
neuron

Palsi Serebral dan Kelainan

9.

Perkembangan Koordinasi

Kelainan motorik dapat


mengganggu perkembangan

(Dispraksia)
Infeksi

secara umum
10. Perinatal, misalnya Rubella,

Toksin

CMV, HIV
11. Meningitis neonatal
1. Fetus: Alkohol maternal atau
obat-obatan saat masa
2.

kehamilan
Anak: Keracunan timbal

C. Deteksi Dini
Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan
pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap
tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan
normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga
seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak yang seusia. Untuk
itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan
anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan
perkembangan umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan
pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi
dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini,
sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu
penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.

Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat


dilihat dari beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana
seperti yang tercantum di bawah 9.
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan
kanan
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari
usia 6 bula
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap
suatu benda pada usia 20 bulan
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya
saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan
dengan orang lain pada usia 20 bulan

3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan


Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /
interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini
gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau panduan
skala khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test
II), Child Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan
motorik halus, Ages and Stages Questionnaire, Parents Evaluations of
Developmental Status.Serta dapat menggunakan alat-alat skrining yang lebih Spesifik
dan khusus yaitu ELMS (Early Language Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical
Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai untuk menilai kemampuan bahasa
ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3 tahun.10,11

2.6 Gejala Klinis

Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan perhatian dalam


beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak nyaman bila di
perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar lebih jeli dalam
melihat gejala dan hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining prosedur yang
dilakukan dokter, dapat membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining
dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan
karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan berat
badan. Mengacu pada pengertian KPG yang berpatokan pada kegagalan
perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa,
kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari dimana belum diketahui penyebab
dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan
kepada diagnosa klinik KPG terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan
milestonesyang seharusnya, yaitu10,11:
1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
5. Anak memiliki masalah komunikasi
6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus
2.7.1 Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua secara
seksama tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap
keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak
tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah
perhatian yang berbeda. Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko
biologi akibat dari gangguan prenatal atau perinatal, perubahan lingkungan akibat
salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang sudah secara jelas terdiagnosis saat
infant.

Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis dan


Judith, 199410

Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah seringkali
beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis,
gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi
perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk didalamnya ibu yang
masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau
kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obatobatan terlarang, minuman keras dan kekerasan sering menyebabkan hasil buruk.
Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti myelomeningocele, sensorineural
deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan
perkembangan anak. Perhatian saat ini sering pula akibat dari infeksi virus HIV.
Kurangnya motorik milestones, peubahan perilaku, atau kognitif buruk serta
perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama sering dihubungkan dengan HIV.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik.
Pengukuran lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali)
adalah bagian penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering
dihubungkan dengan kelainan kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit
dilihat dalam pemeriksaan yang cepat.10 Sebagai tambahan, pemeriksaan secara
terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan
menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya lampu.
Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang lebih mendalam
diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan adanya
strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brainstem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan
pendengaran dapat dites dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4
tahun, pendengaran dapat diperiksa menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan
telinga untuk mencari tanda dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk
dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan menyebabkan gangguan
pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi

penyakit

ektodermal

seperti

tuberous

sklerosis

atau

neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. Pemeriksaan fisik juga harus


meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti
adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya
gangguan tonus.10,11
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan
gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada
anak yang sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa
pemeriksaan penunjangnya antara lain11,12:

a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila
didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah
pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai
memiliki

masalah

dengan gangguan

motorik

atau disabilitas

kognitif,

pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan
gangguan

tonus

otot

harus

diskrining

dengan

menggunakan

kreatinin

phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular


dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom
yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga
dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak
laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining
pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang
jelas.Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan
retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat dijelaskan.
c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital
perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya dilakukan
bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
d. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki riwayat
epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner). Belum terdapat

data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan
sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih
dipilih dibandingkan CT scan

jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis

sebelumnya.
2.8.1 Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan
keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-IV,
retardasi mental adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan
fungsi adaptasi, onset sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan
fungsi intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan klasifikasi
hasil:
a. Ringan , yaitu IQ 50-70
b. Sedang, yaitu IQ 40-50
c. Berat, yaitu IQ 20-40
d. Sangat berat, yaitu IQ <20

2.8.1 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran bayi,
yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD yaitu
development delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial.
Penggunaan milestones pada tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
2.8.2 Autism Spectrum Disorder (ASD)

Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata kunci
adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan antara ASD
dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek kurang,
berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan
ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku lain yakni
motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan.
Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan
berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan
masing-masing. Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal
disertai penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi
yang dilakukan, antara lain6,9,12:
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP,
autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities.
Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak tersebut.
Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat
membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan
tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan gangguan
pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anakanak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara
bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai
pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran

pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan


kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan
motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti
berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik
halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil
barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari
fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya.
Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang
berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk
seperti melempar

barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain.

Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi


masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini
bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang
lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,
sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi
sikap-sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua
terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran
perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan
baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari
anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan
dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap
negatif atau agresif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice
parameter: Evaluation of the quality standards subcommittee of the American
Academy of Neurology and the practice committee of the child neurology society.
Neurology 2003;60:67-80.
2. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:255-61.
3. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis Keterlambatan
Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali
4. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI. 2005.
5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting. Tumbuh
kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
6. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010;
10(2);32-4.
7. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available from]: URL: http
//idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenalketerlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
8. Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting etiologic
yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics 2006;118:139-45.

Anda mungkin juga menyukai