A. Definisi
Global developmental delay(GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain
perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif,
personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada
anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak
berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan
dengan hasil yang akurat maka istilah yang dipergunakan
adalah
retardasi
mental. Anak
dengan
KPG
tidak
selalu
sejak
konsepsi
sampai
berakhirnya
masa
halus,
bicara
dan
bahasa
serta
sosialisasi
dan
kemandirian.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa
yang terjadi secara simultan.Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan
emosi,
dan
sistem
neuromuskular,
sosialisasi.Kesemua
kemampuan
fungsi
tersebut
bicara,
berperan
perkembangan
perkembangan
berkorelasi
mempunyai
pola
dengan
yang
pertumbuhan,
tetap,
serta
anak
juga
memiliki
prinsip-prinsip
yang
saling
merupakan
hasil
proses
kematangan
dan
normal
yang
merupakan
hasil
interaksi
umur,
jenis
kelamin,
genetik,
dan
kelainan
anoksia
embrio,
dan
psikologi
ibu),
faktor
2.
Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Masa bayi (umur 0 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
pertumbuhan
dan
perkembangan
sel-sel
otak
masih
berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangcabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini
akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga
dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4.
dengan
aktivitas
jasmani
yang
bertambah
dan
Komentar
1. Si ndrom yang mudah
diidentifikasi, misalnya Sindrom
Down
2. Penyebab genetik yang tidak
terlalu jelas pada awal masa kanakkanak, misalnya Sindrom Fragile
X, Sindrom Velo-cardio-facial
(delesi 22q11),Sindrom Angelman,
Sindrom Soto, Sindrom Rett,
fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi
muskularis tipe Duchenne, tuberus
sklerosis, neurofibromatosis tipe 1,
dan delesi subtelomerik.
Metabolik
1.
defisiensi acyl-Co A
Endokrin
3.
siklus/daur urea
Terdapat skrining universal
neonatus untuk hipotiroidisme
Traumatik
Penyebab dari lingkungan
4.
5.
kongenital
Cedera otak yang didapat
Anak-anak memerlukan
kebutuhan dasarnya seperti
makanan, pakaian, kehangatan,
cinta, dan stimulasi untuk dapat
normal
Ini mungkin merupakan
faktor yang berkontribusi dan ada
bersamaan dengan patologi lain
dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar
kapasitas orangtua untuk dapat
Malformasi serebral
menyediakan/memenuhinya
8.
Misalnya, kelainan migrasi
neuron
9.
Perkembangan Koordinasi
(Dispraksia)
Infeksi
secara umum
10. Perinatal, misalnya Rubella,
Toksin
CMV, HIV
11. Meningitis neonatal
1. Fetus: Alkohol maternal atau
obat-obatan saat masa
2.
kehamilan
Anak: Keracunan timbal
C. Deteksi Dini
Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan
pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap
tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan
normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga
seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak yang seusia. Untuk
itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan
anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan
perkembangan umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan
pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi
dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini,
sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu
penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.
Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah seringkali
beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis,
gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi
perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk didalamnya ibu yang
masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau
kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obatobatan terlarang, minuman keras dan kekerasan sering menyebabkan hasil buruk.
Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti myelomeningocele, sensorineural
deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan
perkembangan anak. Perhatian saat ini sering pula akibat dari infeksi virus HIV.
Kurangnya motorik milestones, peubahan perilaku, atau kognitif buruk serta
perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama sering dihubungkan dengan HIV.
penyakit
ektodermal
seperti
tuberous
sklerosis
atau
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila
didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah
pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai
memiliki
masalah
dengan gangguan
motorik
atau disabilitas
kognitif,
pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan
gangguan
tonus
otot
harus
diskrining
dengan
menggunakan
kreatinin
data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan
sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih
dipilih dibandingkan CT scan
sebelumnya.
2.8.1 Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan
keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-IV,
retardasi mental adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan
fungsi adaptasi, onset sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan
fungsi intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan klasifikasi
hasil:
a. Ringan , yaitu IQ 50-70
b. Sedang, yaitu IQ 40-50
c. Berat, yaitu IQ 20-40
d. Sangat berat, yaitu IQ <20
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata kunci
adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan antara ASD
dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek kurang,
berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan
ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku lain yakni
motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan.
Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan
berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan
masing-masing. Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal
disertai penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi
yang dilakukan, antara lain6,9,12:
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP,
autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities.
Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak tersebut.
Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat
membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan
tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan gangguan
pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anakanak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara
bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai
pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran
perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan
baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari
anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan
dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap
negatif atau agresif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice
parameter: Evaluation of the quality standards subcommittee of the American
Academy of Neurology and the practice committee of the child neurology society.
Neurology 2003;60:67-80.
2. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:255-61.
3. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis Keterlambatan
Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali
4. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI. 2005.
5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting. Tumbuh
kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
6. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010;
10(2);32-4.
7. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available from]: URL: http
//idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenalketerlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
8. Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting etiologic
yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics 2006;118:139-45.