memenuhi kebutuhan
metabolisme
jaringan dan
atau
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan
menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward
congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan
adanya gejala backward failure dalam sistem sirkulasi aliran darah.
Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan adalah upaya tubuh untuk
mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung adalah:
dilatasi ventrikel, hipertrifi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa
takikardi dan vasokontriksi perifer, peningkatan kadar katekolamin plasma,
retensi garam dan cairan badan dan peningkatan ekstrasi oksigen oleh
jaringan.
Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan
gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan
tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi
paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.
Jantung yang normal dapat merespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan meggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi:
a. Respon
sistem
saraf
simpatis
terhadap
barroreseptor
atau
kemoreseptor.
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan
terhadap peningkatan volume.
c. Vasokontriksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin.
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi
terhadap cairan.
F. Pathway
Disfungsi miocard
beban sistol
kebutuhan
metabolisme
Kontraktilitas
jantung
preload
beban
kerja
back
ward
failure
Curah jantung ( COP)
Tekanan
vena pulmo
Suplai drh kejaringan
renal flow
tekanan
kapiler paru
Nutrisi & O2 sel
pelepasan RAA
edema paru
Metabolisme sel
Gg. Pertukaran
gas
Lemah & letih
Intoleransi aktifitas
edema
kelebihan volume cairan
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia
vera.
b. Hitung sel darah putih: leukositosis atau keadaan infeksi lain.
c. Analisa gas darah (AGD): menili derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
d. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan.
e. Serum katekolamin: pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal.
f. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
g. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal.
h. Tiroid: menilai peningkatan aktivita tiroid.
i. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel.
j. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
k. Rontgen thoraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
l. Katerisasi jantung: menilai fraksi ejeksi ventrikel.
m. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
(Wajan JU, 2010).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF:
a.
b.
c.
d.
O2
O2
pola
nafas
berhubungan
dengan
sindrom
hipoventilasi.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
f. Anxietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari Desember 2006. Semarang: UNDIP
Jayanti,
N.
2010. Gagal
Jantung
Kongestif.
Dimuat
dalamhttp://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantungkongestif/
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika