Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung adalah
resiko tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko tinggi gangguan pertukaran
gas, ketidakefektifan pola napas, kelebihan volume cairan, intoleransi aktifitas. Pada
pasien gagal jantung dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru
(Mugihartadi, Mei Rika Handayani, 2020).
B. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
kelas 1 :Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan keletihan atau dispnea.
kelas 2 : Sedikit keterbatasan fisik.merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktivitas fisik
biasa menyababkan keletihan atau dispnea
kelas 3 :Keterbatasan nyata aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi bahkan saat
istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan. gejala meningkat.
kelas 4 : Tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi
bahkan pada saat istirahat, jika aktivitas fisik dilakukan, gejala meningkat.
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti pada (Nugraha & Ramdhanie, 2018) etiologi gagal
jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun
interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a) Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD),stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b) Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c) Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d) Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut.
D. Pathway
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu:
1) Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2) Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan
oleh tekanan arteriole.
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel
berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua
ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi
singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan
baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan
transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
F. Manifestasi Klinis
Menurut Niken Jayanthi (2010), manifestasi klinik dari gagal jantung
kongestif (CHF) adalah :
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan sekret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid,
jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
b. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
c. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
d. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
e. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan
natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
f. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
g. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
No Keperawatan Intervensi
Hasil
Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
Bruit
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial
berkurang
Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan
ekstremitas atau paralis
Perubahan status
mental
Perubahan pada
respon motorik
Perubahan reaksi
pupil
Kesulitan untuk
menelan
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
Penggunaan otot
pernafasan tambahan
Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill)
Abnormal gas darah
arteri
Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
Tidak sebanding
antara ventilasi dengan
aliran darah
Keracunan enzim
Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah
4 Gangguan pertukaran NOC : NIC :
gas b/d kongesti paru, Respiratory Status : Gas
hipertensi pulmonal, exchange Airway Management
penurunan perifer yang Respiratory Status : Buka jalan nafas, guanakan teknik
mengakibatkan asidosis ventilation chin lift atau jaw thrust bila perlu
laktat dan penurunan Vital Sign Status Posisikan pasien untuk
curah jantung. Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya
Definisi : Kelebihan peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas buatan
atau kekurangan dalam oksigenasi yang adekuat Pasang mayo bila perlu
oksigenasi dan atau Memelihara kebersihan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pengeluaran paru paru dan bebas dari Keluarkan sekret dengan batuk atau
karbondioksida di tanda tanda distress suction
dalam membran kapiler pernafasan Auskultasi suara nafas, catat
alveoli Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan
efektif dan suara nafas Lakukan suction pada mayo
Batasan karakteristik : yang bersih, tidak ada Berika bronkodilator bial perlu
Gangguan sianosis dan dyspneu Barikan pelembab udara
penglihatan (mampu mengeluarkan Atur intake untuk cairan
Penurunan CO2 sputum, mampu bernafas mengoptimalkan keseimbangan.
Takikardi dengan mudah, tidak ada Monitor respirasi dan status O2
Hiperkapnia pursed lips)
Keletihan Tanda tanda vital dalam
somnolen rentang normal Respiratory Monitoring
Iritabilitas Monitor rata – rata, kedalaman,
Hypoxia irama dan usaha respirasi
kebingungan Catat pergerakan dada,amati
Dyspnoe kesimetrisan, penggunaan otot
nasal faring tambahan, retraksi otot
AGD Normal supraclavicular dan intercostal
sianosis Monitor suara nafas, seperti
warna kulit dengkur
abnormal (pucat, Monitor pola nafas : bradipena,
kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
Hipoksemia cheyne stokes, biot
hiperkarbia Catat lokasi trakea
sakit kepala ketika Monitor kelelahan otot diagfragma
bangun ( gerakan paradoksis )
frekuensi dan Auskultasi suara nafas, catat area
kedalaman nafas penurunan / tidak adanya ventilasi dan
abnormal suara tambahan
Faktor faktor yang Tentukan kebutuhan suction
berhubungan : dengan mengauskultasi crakles dan
- ketidakseimbangan ronkhi pada jalan napas utama
perfusi ventilasi Uskultasi suara paru setelah
- perubahan membran tindakan untuk mengetahui hasilnya
kapiler-alveolar
AcidBase Managemen
Monitro IV line
Pertahankanjalan nafas paten
Monitor AGD, tingkat elektrolit
Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
Monitor adanya tanda tanda gagal
nafas
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
5 Kelebihan volume NOC : Fluid management
cairan b/d Electrolit and acid base Pertahankan catatan intake dan
berkurangnya curah balance output yang akurat
jantung, retensi cairan Fluid balance Pasang urin kateter jika diperlukan
dan natrium oleh ginjal, Monitor hasil lAb yang sesuai
hipoperfusi ke jaringan Kriteria Hasil: dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
perifer dan hipertensi Terbebas dari edema, osmolalitas urin )
pulmonal efusi, anaskara Monitor status hemodinamik
Bunyi nafas bersih, termasuk CVP, MAP, PAP, dan
Definisi : Retensi tidak ada PCWP
cairan isotomik dyspneu/ortopneu Monitor vital sign
meningkat Terbebas dari distensi Monitor indikasi retensi /
Batasan karakteristik : vena jugularis, reflek kelebihan cairan (cracles, CVP ,
- Berat badan hepatojugular (+) edema, distensi vena leher, asites)
meningkat pada waktu Memelihara tekanan Kaji lokasi dan luas edema
yang singkat vena sentral, tekanan Monitor masukan makanan / cairan
- Asupan berlebihan kapiler paru, output dan hitung intake kalori harian
dibanding output jantung dan vital sign Monitor status nutrisi
- Tekanan darah dalam batas normal Berikan diuretik sesuai interuksi
berubah, tekanan arteri Terbebas dari Batasi masukan cairan pada
pulmonalis berubah, kelelahan, kecemasan atau keadaan hiponatrermi dilusi dengan
peningkatan CVP kebingungan serum Na < 130 mEq/l
- Distensi vena Menjelaskanindikator Kolaborasi dokter jika tanda cairan
jugularis kelebihan cairan berlebih muncul memburuk
- Perubahan pada pola Fluid Monitoring
nafas, dyspnoe/sesak Tentukan riwayat jumlah dan tipe
nafas, orthopnoe, suara intake cairan dan eliminaSi
nafas abnormal (Rales Tentukan kemungkinan faktor
atau crakles), resiko dari ketidak seimbangan cairan
kongestikemacetan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
paru, pleural effusion renal, gagal jantung, diaporesis,
- Hb dan hematokrit disfungsi hati, dll )
menurun, perubahan Monitor serum dan elektrolit urine
elektrolit, khususnya Monitor serum dan osmilalitas
perubahan berat jenis urine
- Suara jantung SIII Monitor BP, HR, dan RR
- Reflek hepatojugular Monitor tekanan darah orthostatik
positif dan perubahan irama jantung
- Oliguria, azotemia Monitor parameter hemodinamik
- Perubahan status infasif
mental, kegelisahan, Monitor adanya distensi leher,
kecemasan rinchi, eodem perifer dan penambahan
BB
Faktor-faktor yang Monitor tanda dan gejala dari
berhubungan : odema
Mekanisme pengaturan
melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan
6 Cemas b/d penyakit NOC : NIC :
kritis, takut kematian Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
atau kecacatan, Coping kecemasan)
perubahan peran dalam Impulse control Gunakan pendekatan yang
lingkungan social atau Kriteria Hasil : menenangkan
ketidakmampuan yang Klien mampu Nyatakan dengan jelas harapan
permanen. mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala Jelaskan semua prosedur dan apa
Definisi : cemas yang dirasakan selama prosedur
Perasaan gelisah yang Mengidentifikasi, Pahami prespektif pasien terhdap
tak jelas dari mengungkapkan dan situasi stres
ketidaknyamanan atau menunjukkan tehnik untuk Temani pasien untuk memberikan
ketakutan yang disertai mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut
respon autonom Vital sign dalam batas Berikan informasi faktual
(sumner tidak spesifik normal mengenai diagnosis, tindakan
atau tidak diketahui Postur tubuh, ekspresi prognosis
oleh individu); wajah, bahasa tubuh dan Dorong keluarga untuk menemani
perasaan keprihatinan tingkat aktivitas anak
disebabkan dari menunjukkan Lakukan back / neck rub
antisipasi terhadap berkurangnya kecemasan Dengarkan dengan penuh
bahaya. Sinyal ini perhatian
merupakan peringatan Identifikasi tingkat kecemasan
adanya ancaman yang Bantu pasien mengenal situasi
akan datang dan yang menimbulkan kecemasan
memungkinkan Dorong pasien untuk
individu untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
mengambil langkah persepsi
untuk menyetujui Instruksikan pasien menggunakan
terhadap tindakan teknik relaksasi
Ditandai dengan Barikan obat untuk mengurangi
Gelisah kecemasan
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
Agustina, A., & Afiyanti, Agustina, A., & A. (2017). ISSN : Vol. 1 No. 1 (Juli,
2017). Pengalaman Pasien Gagal Jantung Kongestif Dalam Melaksanakan
Perawatan Mandiri, 1(1), 1–13.
Mugihartadi, Mei Rika Handayani, M. M. R. H. (2020). Pemberian Terapi
Oksigenasi Dalam Mengurangi Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien
Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang Icu/Iccu Rsud Dr. Soedirman
Kebumen. Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 1– 6.
https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.13
Nugraha, B. A., & Ramdhanie, G. G. (2018). Gambaran Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Kelas Fungsional I Dan II Di
Ruang Rawat Inap RSU dr.
Slamet Garut. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, 10(01), 8–11.
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
medika Jayanti,N.2010.Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada tanggal 21 desember 2021, pukul 20.00 wib)
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006.
Semarang: UNDIP
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika