M DI RUANG ICU
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
PEMBIMBING
SYAHFERI ANWAR.,S.Kep.,Ns.,M.Si
OLEH
KELOMPOK 7:
2022
KONSEP
A. Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupakelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untukmemenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalaudisertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantungkongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
sisi kiri dan sisi kanan(Mansjoer, 2001). Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung
untukmempertahankan curah jantung (Caridiac Output= CO) dalam memenuhikebutuhan
metabolisme tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehinggamengakibatkan edema
paru dan bendungan di system vena, maka keadaan inidisebut gagal jantung kongestif (Kabo &
Karim, 2002)
B. Etiologi
1.Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
3.Hipertensi sistemik atau pulmonal Meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
5.Penyakit jantung lain Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload
C. Patofisiologi
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem tubuh
melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.Gagal jantung ditandai dengan satu respon
hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa
penurunan fungsi jantung. Respon hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan
pengisian ( filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung menimbulkan
beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume
ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga
menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan
garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik (Price, 2005).
Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa ( pump function) dengan
kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan ditemukan beban
berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung
intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak
tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung
akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem
renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan
kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan
tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang efektif (Baughman, 2005). Hal ini akan
merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi dan retensi air untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan
meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera
teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi jantung akan lebih
menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi. Dilatasi
ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensi cairan
meningkatkan volume ventrikel (dilatasi).Jantung yang berdilatasi tidak efisien secara mekanis
(hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas (misal pada penyakit koroner) selanjutnya bisa
menyebabkan gangguan kontraktilitas (Patric, 2005).
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada
tiga faktor yaitu:
1)Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung.
2)Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
3)Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan arteriole.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal
jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel
mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung
kongestif, hampir selalu ditemukan (Kabo & Karim, 2002)
2)Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
3)Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium
E. Komplikasi
3)Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
4)Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-
aldosteron.
5)Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
6)Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau deep
venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama pada
CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
7)Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauandenyut jantung (dengan digoxin
atau β blocker dan pemberian warfarin).
8)Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan dosis
ditinggikan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik
(CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat disebabkan
oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat
kardiomegali tidak berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
2) Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian besar pasien
(80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV, gangguan konduksi,
aritmia.
3) Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung.
Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan
dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat disinggirkan.
4) Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung sehingga
pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
5) Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan
sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh.
Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional penyakit jantung
koroner.
G. Penatalaksanaan
a.Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai
menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunanberat badan, dan memperbaiki gejala
dan toleransi aktivitas pada gagal jantung terkompensasi dan stabil.
Terapi obat-obatan :
Nama : Ny.M
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku : minang
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah :O
Alamat : Jl. Utama Gg. Setia No. 32
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.M
Umur : 45 tahun
Hub. Dgn pasien : anak
Alamat : Jl. Utama Gg. Setia No. 32
II. Keluhan Utama
Sesak napas
III. Riwayat kesehatan sekarang
Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya : px mengatakan sesak napasnya dikarenakan
pasien kelelahan
2. Hal yang meperbaiki keadaan : px mengatakan untuk mengurangi
sesak biasanya px cukup beristirahat
Quantity/quality
Region
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b/d splenomegali/hepatomegali, mendeak diafragma,
sesak napas d/d px mengatakan sesak napas 2 hari ini, RR:30 x/I, HR: 95 x/I, TD:
220/120 mmHg, sens CM, pupil isokor repon ada, sesak ada.
2. Gangguan pertukaran gas b/d tek. Kapiler paru , edema paru, cairan masuk
kedalam alveoli d/d px mengatakan sesak 2 hari ini, SPO2: 95%, RR:30 x/I, HR:
95 x/I, TD: 220/120 mmHg, sens CM,GCS 14, suara pernapasan rochi.
3. Intoleransi aktivitas B/d asidosin metabolik, penimbunan as. Laktat & ATP ,
fatique d/d px mengatakan tubuhnya lemah dan lelah, K/U lemah, kesadaran CM,
GCS 14 SPO2: 95 %, RR: 30 x/i, HR: 95 x/I, TD: 220/120 mmHg, pupil isokor,
tampak terpasang infus, oksigen dan kateter.
D. RENCANA ASUHAN KEPERWATAN
3 Intoleransi aktivitas B/d Tujuan: 1. Kaji tingkat 08.3 1. Mengkaji tingkat S : px mengatakan
asidosin metabolik, penimbunan Setelah dilakukan kemampuan 0 kemampuan sedikit mampu
as. Laktat & ATP , fatique d/d tindakan px pasien untuk 2. Menentukan penyebab beraktivitas dengan
px mengatakan tubuhnya lemah mampu mekukan berpindah keletihan duduk tanpa
dan lelah, K/U lemah, kesadaran aktivitas 2. Tentukan 3. Memantau respon dibantu dan tanpa
CM, GCS 14 SPO2: 95 %, RR: Kriteria hasil: penyebab 09.0 kardiorespiratori terhadap alat bantuan
30 x/i, HR: 95 x/I, TD: 220/120 Pasien mampu keletihan 0 aktivitas O : kesadaran CM,
mmHg, pupil isokor, tampak melakukan 3. Pantau respon 4. Mengajarkan tentang GCS 14, SPO2:
terpasang infus, oksigen dan aktivitas berjalan kardiorespirat pengaturan aktivitas dan 98%,RR: 23x/i,
kateter. ori terhadap 09.2 teknik manajemen waktu HR: 85 x/i, TD:
aktivitas 0 untuk menyebabkan 125/ 95 mmHg,
4. Ajarkan kelelahan pupil isokor,
tentang 5. Mengajarkan kepada tampak terpasang
pengaturan pasien dan orang terdekat infus, oksigen dan
aktivitas dan 10.0 tentang teknik perawatan kateter.
teknik 0 diri yang akan A : masalah teratasi
manajemen meminimalkan konsumsi sebagian
waktu untuk oksigen Kriteria Hasil:
mencegah melakukan kolaborasi Pasien mampu
kelelahan dengan ahli terapi untuk melakukan
5. Ajarkan merencanakan program aktivitas
kepada pasien aktovitas P : intervensi
dan orang 6. Melakukan kolaborasi dilanjutkan
terdekat dengan ahli terapi untuk 1. Kaji tingkat
tentang merencanakan program kemampuan
11.0
teknik terapi pasien untuk
0
perawatan berpindah
diri yang 2. Pantau
akan respon
meminimalka kardiorespira
n konsumsi tori terhadap
oksigen aktivitas
6. Kolaborasi 3. Ajarkan
dengan ahli tentang
terapi untuk pengaturan
merencanaka aktivitas dan
n program, teknik
aktivitas manajemen
waktu untuk
mencegah
kelelahan
4. Kolaborasi
dengan ahli
terapi untuk
merencanaka
n program
aktivitas