Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MAKALAH

“NOLA J PANDER”
DOSEN PENGAMPU : Fitriani Fadhillah,S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. Ayu Alia
2. Anggun Anjani
3.Cut Nirwana
4.Shindy Rezky
5.Nani Maida wati
6.Widyati Rabudi
7.Galuh Kurniawan
8.Ahmad Nur Imam
9.Ahmadal Hadi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan
judul asuhan keperawatan pada kasus persyarafan aplikasi teori keperawatan Health Peomosi
Model (Nola J Pander)sebagai salah tugas mata kuliah pengkajian keperawatan medical bedah.

Dalam penyusunan tugas ini kelompok telah banyak mendapatkan motivasi dan masukan
dari berbagai pihak, baik itu fasilitator mata kuliah maupun rekan – rekan sekalian. Untuk itu
perkenankan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
langsung dalam penyusunan tugas mata kuliah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun dalam pengembangan pemahaman untuk tugas selanjutnya sangat kami harapkan.
Akhir kata dengan harapan yang sangat besar dari penulis, semoga tugas ini dapat membawa
manfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4

A. Konsep Teori Nola J Pander..........................................................................4


B. Komponen teori model promosi kesehatan ...................................................4
C. Asumsi dari model promosi kesehatan .........................................................5
D. Penjelasan health promosi model pander.......................................................6
E. Analisis teori...............................................................................................9
F. Kelebihan dan kekurangan............................................................................9
G. Konsep teori penyakit stroke..........................................................................12

BAB III Analisa Kasus Pengkajian Teori HPM .......................................................31

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................40

BAB V PENUTUP ....................................................................................................45

A. Kesimpulan....................................................................................................45
B. Saran...............................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam disiplin ilmu keperawatan, fokus pengembangan teori lebih menekankan pada
penggunaan teori dalam konteks pengembangan dan penggunaan teori middle range yang
berfokus pada level praktek.Disiplin ilmu keperawatan yang telah banyak mengalmi
perkembangan mendapatkan suatu pemahaman tentang hubungan antara teori, praktek dan riset
yang tidak lagi dipisahkan menjadi kategori yang berbeda.Pengetahuan terus mengalami
perkembang ini,dalam kaitannya dengan tujuan profesi untuk kesejahtraan sosial manusia dan
masyarakat yang perawat layani membutuhkan pendekatan sistematis yang difokuskan pada
pasien. Jadi meskipun pegetahuan penting, namun teori dan penelitian merupakan hal yang
penting pula untuk disiplin dan profesi sehingga pengetahuan baru akan terus
dihasilkan(Alligood, 2017)

Penerapan pengetahuan keperawatan dalam praktik merupakan kriteria yang saat ini berada
di garis depan dengan penekanan pada akuntabilitas untuk praktik keperawatan, dan pengakuan
yang berkembang terhadap teori middle range untuk praktik keperawatan professional.Praktik
professional membutuhkan pendekatan sistematis yang di fokuskan pada pasien serta karya-
karya teoritis dalam memberikan pandangan dan perawatan kepada pasien. Secara umum
perawat mengakui warisan yang kaya akan karya dari para ahli teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan pada asuhan keperawatan, diantaranya teori middle range yang menghadirkan
keperawatan sebagai disiplin, dan menyediakan struktur pengetahuan dalam proses analisis,
kritik, evaluasi dan refleksi kritis dalam penerapan praktik keperawatan.

Nola J. Pender adalah salah satu tokoh middle range teori yang memiliki konribusi dalam
ilmu keperawatan untuk promosi kesehatan melalui penelitiannya, pengajaran, presentasi dan
penulisan.Nola J. Pender menggunakan keperawatan holistik, psikologi sosial dan belajar teori
sebagai dasar untuk model promosi kesehatan.Hal ini merupakan latar belakang Pender dalam
keperawatan, perkembangan manusia, psikologi eksperimental dan pendidikan.Health Promotion
Model adalah mengintegrasikan teori nilai pengharapan dan teori kognif sosial dalam suatu
perspektif ilmu keperawatan dari fungsi manusia secara holistik. Model Pender mencoba untuk
mengintegrasikan Health Promotion Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan secara
efektif yang diarahkan pada perbaikan atau peningkatan kesehatan dan kemampuan fungsional
(Arifuddin & Basri, 2015).
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep teori

Nola J Pander Health Promotion Model pertama kali diterbitkan oleh Nola J. Pender pada
tahun 1982 dankemudian direvisi pada tahun 1996. Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori
nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang konsisten
dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
adalah suatu hal yang logis dan ekonomis (Sukut, Arif, & Qur, 2015).

Model ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan mengubah perilaku mereka saat ini
kecuali mereka pertama termotivasi atau cenderung untuk mengambil tindakan (misalnya untuk
bergerak menuju terlibat dalam perilaku yang berkelanjutan). Kedua, individu termotivasi harus
diaktifkan untuk melakukan tindakan. Ketiga, orang yang mengambil tindakan harus dihargai
atau diperkuat. Perilaku yang tidak dihargai tidak akan bertahan (Savelson, Van Wynsberghe,
Frankish, & Folz, 2005).

B. Kerangka Konseptual

Model Promosi Kesehatan Sifat-sifat Perilaku spesifik Hasil Perilaku dan pengalaman
individu pengetahuan dan sikap Revisi Model Promosi Kesehatan dari Pender, N.J, Murdaugh,
C.L., dan Parsons, M.A (2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip
dari(Alligood & Tomey, 2006).

Manfaat dari tindakan yang dirasakan Hubungan dengan perilaku sebelumnya Pengaruh
situasional: pilihan, sifat kebutuhan, estetika. Hambatan untuk melakukan tindakan Faktor
personal, biologis, psikologis, social budaya Pengaruh hubungan interpersonal (Keluarga,
kelompok, provider), norma, dukungan , model. Tindakan terkait yang mempengaruhi
Keyakinan diri yang dirasakan Model perilaku kesehatan Kebutuhan bersaing rendah atau tinggi
dan preferensi Komitmen pada rencana tindakan.

Adapun definisi konsep health promotion model revisi menurut Pender diuraikan sebagai berikut
(Alligood, 2014):

1. Prior related behavior (hubungan dengan perilaku sebelumnya) adalah frekwensi


perilaku yang sama atau mirip masa lalu. Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh
langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan.
2. Personal factors (faktor personal) meliputi aspek biologis, psikologis, dan sosial
budaya. Faktor-faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk
secara alami oleh target perilaku.
3. Perceived benefits of actions (manfaat tindakan) adalah hasil positif dari tindakan yang
diharapkan terjadi dari perilaku kesehatan.
4. Perceived bariers to actions (hambatan tindakan yang dirasakan) adalah dapat
diantisipasi dan dibayangkan. Hambatan yang diantisipasi secara berulang terlihat
dalam penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku
yang nyata yang dilaksanakan.
5. Perceived self efficacy (keyakinan diri) adalah judgment/keputusan dari kapabilitas
seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata.
6. Activity-related affect (afek/sikap yang berhubungan dengan aktivitas).Perasaan
subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku, didasarkan pada sifat
stimulus perilaku itu sendiri.
7. Interpersonal influences (pengaruh interpersonal) adalah kesadaran mengenai perilaku,
kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Pengaruh interpersonal termasuk di
dalamnya adalah norma (harapan dari orang terdekat), dukungan sosial (instrument dan
emosional) dan modeling (belajar melalui observasi dari orang lain yang melakukan
perilaku tertentu). Sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, kelompok
dan pemberi layanan kesehatan.
8. Situational influences (pengaruh situasional) adalah persepsi dan kesadaran personal
terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu
perilaku.
9. Commitment to a plan of action (komitmen pada rencana tindakan), komitmen
menggambarkan konsep intensi dan identifikasi strategi perencanaan. Rencana kegiatan
dikembangkan oleh perawat dan pasien dengan pelaksanaan perilaku kesehatan.
10. Immediate competing demands and preferences (kebutuhan bersaing dan preferensi)
adalah perilaku alternatif yang masuk ke dalam kesadaran sehingga tindakan yang
mungkin dilakukan segera sebelum kejadian terjadi.
11. Health promoting behavior (perilaku peningkatan kesehatan) adalah tindakan akhir atau
hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil
kesehatan positif untuk pasien.

C. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan (Alligood, 2014).

1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat
mengekspresikan keunikannya.
2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya,termasuk
penilaian terhadap kemampuannya.
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai
keseirnbangan perubahan diri yang stabil.
4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan lingkungannya
secara terus menerus.
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang
berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.
7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk
perubahan perilaku.

Banyak model-model perilaku kesehatan yang bertujuan dalam peningkatan kesehatan di


masyarakat. Salah satu teori perilaku kesehatan adalah Model Promosi Kesehatan Pender.
Promosi kesehatan merupakan suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan
lingkungan fisik dan interpersoalnya dalam berbagai dimensi. Model ini mengintegrasikan teori
nilai harapan dan teori kognitif sosial dalam perspektif keperawatan manusia dilihat dari fungsi
yang holistik (Iswari, 2011).

Empat belas pernyataan teoritis yang berasal dari model promosi kesehatan dalam praktek
keperawatan (Alligood, 2014):

1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan


perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan
yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan
tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilakunyata.
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan
dan perbuatan dari perilaku.
5. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada perilaku
kesehatan spesifik.
6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah
hasil positif.
7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka
kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik,
perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.
9. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang
penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku
promosi kesehatan.
10. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi
keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.
11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan
perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.
12. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang
diharapkan dimana seseorang mempunyai kontrol yang sedikit kebutuhan yang
diinginkan tidak tersedia.
13. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang diharapkan
ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka pada perilaku yang
diharapkan.
14. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan
fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan.

D. Penjelasan Health Promotion Model Pender

1. Karakteristik dan pengalaman individu

Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat
mempengaruhi tindakanya. Karakteristik individu atau aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel
sebagai variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi
utama. Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam
pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu: Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu
terhadap perilaku promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang
mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis. Pengaruh tidak
langsungnya adalah melalui persepsi pada selfefficacy, manfaat, hambatan dan pengaruh
aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut.

Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baiksebelum, saat itu ataupun setelah perilaku
tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan
dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut dikemudian waktu. Perawat dapat
membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan dengan
memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan
dalam melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan kadar efficacy dan pengaruh positif
melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.

a. Faktor Personal. Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social
budaya. Faktorini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk
secara alami oleh target perilaku.
b. Faktor Biologis Personal. Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa
tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas erobik, kekuatan, kecerdasan
atau keseimbangan.
c. Faktor Psikologis Personal. Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah
harapan diri,motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat
d. Faktor social kultural.
e. Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (BehaviourSpesificCognitionsand Affect).

a. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions).

Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung mencerminkan
rencana kegiatan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental
positif atau reinforcement positif bagi perilaku. Rencana seseorang melaksanakan perilaku
tertentu tergantung pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi
manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori
expecting value atau teori nilai ekspentasi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang
dari pengalaman dahulu melalui pelajaran observasi dari orang lain dalam perilaku. Individu
cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktifitas untuk mendapat hasil
yang positif. Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intristik atau ekstrinstik.Intristik
bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan ekstrinsik reward keuangan atau interaksi positif.
Manfaat ekstrinsik perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi dimana manfaat instrinsik
lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat penting yang paling diharapkan
dan secara tempo berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif
dari harapan.

b. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers toActions)

Dalam hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, hambatan-hambatan ini dapat


berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan,
tidak menyenangkan, kesulitan biaya atau penggunaan waktu untuk tindakan tertentu. Hilangnya
kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan perilaku yang merusak kesehatan seperti
merokok atau makan makanan tinggi lemak, untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat juga
dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk
menghindari perilaku yang dikerjakan.

c. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)

Self efficacy seperti didefinisikan sebagai judgment atau keputusan dari seseorang untuk
mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata. Perasaan efficacy dan ketrampilan
dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/menjalankan perilaku
yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil.

d. Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)

Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik
dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa
perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus diuraikan
sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur
afek, perasaan negative diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif.

e. Interpersonal Influences

Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan


atau pun sikap terhadap orang lain.Kesadaran ini bisa atau tidak bisa sesuai dengan
kenyataan.Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah
keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh
interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan social
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui mengobservasi
perilaku khusus seseorang).

f. Pengaruh Situasional (Situational Influences).

Pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung
pada perilaku kesehatan.Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku dengan
menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan
tindakan. Sebagai contoh, suatu lingkungan yang ditulis dilarang merokok akan menciptakan
karakteristik perilaku tidak merokok di lingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua situasi
ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan
sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai
determinan yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang
sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi
penerimaan dan pemilihan perilaku kesehatan.

3. Hasil Perilaku.

Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil dari tindakan.Perilaku ini
akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif akhirnya secara
langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi
kesehatan terutama dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek kehidupan
seharusnya mengakibatkan peningkatkan kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan
kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.

4. Perilaku Promosi Kesehatan.

Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM.Bagaimanapun
harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk
mencapai kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika
berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan
pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan.

E. Analisis Teori

1. Kemampuan Teori Menghubungkan Konsep.

Dalam Melihat Fenomena Nola J Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya
dalam berbagai dimensi. Model ini menggambungkan dua teori yaitu teori nilai pengharapan dan
teori pembelajaran sosial dalam perspektif keperawatan manusia dilihat dari fungsi holistik.
Konsep dalam teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal dan
perilaku promsi kesehatan adalah ekonomis. Pada beberapa bagian bahwa fokus dari perawatan
adalah individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat (Sukut et al., 2015).

2. Tingkat Generalisasi

Teori Teori dan model ini berfokus pada upaya promosi kesehatan dan prevensi penyakit.
Sehingga teori bersifat spesifik dan sederhana, namun demikian teori ini dapat didemonstrasikan
dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep yang
dikemukakan saling berhubungan. Teori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh yang
berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasikan dan
konsep yang dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.

3. Tingkat Kelogisan Teori.

Pandangan tentang aspek promotif adalah lebih murah daripada aspek kuratif dan
rehabilitati sangat logis dan telah diterima dimasyarakat.

4. Testabilitas Teori.

Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif dan
kuantitatif, baik di Amerika maupun Negara lain. Bahkan teori ini saat ini terlibat dalam prakarsa
kesehatan global dan telah diuji oleh para sarjana dari Jepang, China, dan Taiwan. Selama
perkembangan teori banyak studi yang berhubungan dengan pengaplikasian teori yang dapat
dijadikan sebagai dasar riset.

5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge.

Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model memberikan kontribusi secara
umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu keperawatan. Pergeseran paradigma
dari kuaratif rehabilitative kearah promotif dan preventif. diyakini bahwa dengan mutu
kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki system kesehatan secara integral.

6. Konsistensi Teori

Teori pender konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit adalah sesuatu yang logis dan ekonomis.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori

1. Kelebihan.
a. Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan bermanfaat bagi
setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi kesehatan sesorang sangat
didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori kognitif sosial yang menekankan
pada selfregulation, self direction dan persepsi terhadap self efficacy.
Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan menentukan status
kesehatan.
b. Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
tindakan promotif dan preventif.

2. Kekurangan.

a. Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan nilai dan
kognisi sosial. Demikian juga dengan sesorang yang sudah mendapat cacat
bawaan sejak lahir seperti malfungsisel yang berperan untuk daya tahan tubuh.
b. Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi lemah dan
tingkat pendidikan yang rendah karena sesorang dengan sosial ekonomi rendah
lebih termotivasi atau cenderung untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
dibandingkan dengan motivasi meningkatkan status kesehatannya.
c. Membutuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi masyarakat
disekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah telah mengetahui teori ini dan
kalau telah mengetahui apakah telah mengamalkannya sehingga bisa
mempengaruhi klien atau masyarakat.
d. Masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi hambatan
dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori ini.

G. Konsep Teori Penyakit Stroke

1. Definisi Stroke

Stroke atau serangan otak adalah kondisi abnormal dari pembuluh darah otak, dikarenakan
adanya perdarahan pada otak atau adanya pembentukan embolus atau thrombus yang
menghambat aliran darah dalam pembuluh darah arteri. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
iskemia jaringan otak yang seharusnya secara normal diperdarahi oleh pembuluh darah yang
telah rusak tersebut (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014) Stroke didefinisikan sebagai suatu
manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologi mendadak
sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Sehingga dengan sangat jelas, kelainan
utama stroke adalah kelainan pembuluh darah yang tentu saja merupakan bagian dari pembuluh
darah sistemik (Sudoyo et al., 2009)

2. Etiologi

Penyebab terjadinya serangan stroke seperti terlihat dari pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh dua jenis gangguan vaskuler, yaitu : iskemia
(pasokan darah yang kurang) atau hemoragik (bocornya darah dari pembuluh darah intra
cranial). Keadaan ini dapat terjadi bersamaan atau secara mandiri. Pada keadaan hemoragik akan
menyebabkan peningkatan volume otak yang memicu terjadinya peningkatan tekanan intra
cranial, sehingga membuat daerah otak tertentu menjadi iskemia. Begitu juga sebaliknya,
iskemia yang dikarenakan adanya thrombus atau embolus dapat memicu terjadinya perdarahan.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik (Black & Jane
Hokanson Hawks, 2014).

Iskemia terjadi ketika suplai darah kebagian otak terganggu atau tertutup secara total.
Iskemia biasanya disebabkan oleh adanya emboli atau trombosis. Sebuah thrombus dimulai
dengan adanya kerusakan lapisan endothelial pada pembuluh darah dan aterosklerosis
merupakan penyebab utama. Penyebab dari embolic stroke kareana adanya oklusi oleh embolus,
yang terbentuk diluar otak dan terlepas serta terbawa sampai ke sirkulasi serebral, sehingga
akhirnya menghambat aliran darah arteri serebral. Perdarahan intra serebral dapat disebabkan
karena rupturnya pembuluh darah otak, atau karena rupturnya aneurisma ataupun dikarenakan
adanya malformasi pembuluh darah (Sudoyo et al., 2009).

Pada stroke hemoragik, diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma dari Charcot
atau etat crible di otak dengan perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid. Hampir 70
persen kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien hipertensi. Kejadian stroke yang lainnya dapat
disebabkan karena spasme arteri serebral yang dipicu oleh adanya iritasi, sehingga aliran darah
ke otak menurun karena terjadi vasokonstriksi (Sudoyo et al., 2009)

3. Patofosiologi

Patofisiolagi atau proses perjalanan penyakit stroke, dilandasi oleh sifat otak yang sangat
sensitive terhadap kehilangan suplai darah, dimana otak tidak dapat melakukan metabolisme
anaerob dalam keadaan kurang oksigen dan nutrisi. Kondisi hipoksia otak memicu terjadinya
iskemia otak. Iskemia pada jaringan bagian distal termasuk otak yang mendapatkan suplai darah
dari arteri terkait disebabkan oleh adanya oklusi pembuluh darah otak. Dampak dari oklusi ini
juga terjadi menyebabkan edema disekitar jaringan. Iskemia inilah yang dapat mengganggu
metabolisme jaringan otak, karena minimnya suplai oksigen dan nutrisi.

Iskemia dalam waktu singkat memicu terjadinya deficit neurologi atau TIA (Transien
Iscemic Attact) dan jika aliran darah ke otak ini tidak segera tergantikan maka jaringan otak akan
mengalami kerusakan yang irreversible atau infark dalam hitungan menit. Kondisi iskemia yang
mengganggu metabolisme otak, dapat menyebabkan kematian sel dan terjadi perubahan yang
permanent dalam 3- 10 menit (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010) Aliran darah otak
(CBF=Cerebral Blood Flow) yang normal sekitar 50-55 ml/100 gr otak/menit dan batas
terjadinya gagal transmisi di sinaps adalah sekitar 18 ml/100 gr otak/menit yang berakibat sel
saraf tidak dapat berfungsi secara normal tetapi masih ada potensi untuk pulih. Sel saraf akan
mati jika CBF berkurang sampai mendekati 8 ml/100 gr otak/menit. Apabila daerah otak dengan
tingkat CBF antara 8-18 ml/100 gr otak/menit, daerah sel otak dapat pulih kembali atau berlanjut
ke kematian neuronal. Sel- sel saraf yang menjadi pusat daerah stroke atau inti yang mengalami
kematian segera saat kejadian serangan stroke tejadi disebut sebagai primary neuronal injury dan
area hipoperfusi yang muncul di sekitar area inti infark, disebut sebagai penumbra iskemik
(Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).

Area infark yang terjadi juga dipengaruhi jumlah sirkulasi kolateral dan ukurannya,
sehingga ini memunculkan adanya variasi manifestasi pada pasien yang mengalami stroke pada
area anatomi yang sama. Kejadian iskemia serebral dalam beberapa menit , juga mempengaruhi
proses biokimia. Neurotoksin, termasuk oksigen, radikal bebas, nitric oxide, dan glutamat
menurun, sehingga terjadilah asidosis lokal dan depolarisasi membran dan memungkinkan
terjadinya gelombang natrium kalsium. Hasilnya adalah edema sitotoksik dan kematian sel, ini
merupakan secondary neuronal injury. Sel- sel saraf penumbra rentan terhadap pengaruh dari
iskemia. Area yang mengalami edema setelah iskemia memicu terjadinya temporary defisit
neurology. Edema akan menurun dalam beberapa jam atau kadang dalam beberapa hari dan
pasien mendapatkan kembali beberapa fungsi tubuhnya (Smeltzer et al., 2010).

Dijelaskan juga mengenai proses penyakit stroke hemoragik yang dimulai dari kejadian
rupturnya arterosklerotik dan hypertensive vessel. Sebagian besar perdarahan intraserebral sangat
luas, sehingga tidak mengejutkan jika perdarahan kedalam otak menyebabkan sebagian besar
kejadian stroke yang fatal (Black dan Hawk, 2005).

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pasien yang terkena serangan stroke menurut, bervariasi tergantung pada
penyebabnya, luas area neuron yang rusak, lokasi neuron yang terkena serangan, dan kondisi
pembuluh darah kolateral di serebral.Temuan tanda dan gejala secara umum adalah sakit kepala,
muntah, kejang, perubahan status mental demam dan perubahan gambaran EKG
(elektrokardiogram), dan belum dikaitkan dengan pembuluh darah spesifik. Manifestasi dari
stroke iskemik termasuk hemiparesis sementara, kehilanagan fungsi wicara dan hilangnya
hemisensori. Manifestasi klinis stroke dapat dihubungkan dengan area kerusakan neuron otak
(Black & Jane Hokanson Hawks, 2014), meliputi:

a. Hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (paralisis) satu sisi tubuh sering terjadi
setelah stroke, yang biasanya desebabkan karena stroke pada bagian anterior atau
bagian tengah arteri serebral, sehingga memicu terjadinya infark bagian motorik
dari kortek frontal.
b. Aphasia, pasien mengalami defisit dalam kemampuan berkomunikasi, termasuk
berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa lisan. Terjadi jika pusat
bahasa primer yang terletak di hemisfer yang terletak di hemisfer kiri serebelum
tidak mendapatkan aliran darah dari arteri serebral tengah karena mengalami
stroke, ini terkait erat dengan area wernick dan brocca.
c. Disatria, manifestasi klinis ini berbeda dengan manifestasi klinis aphasia dimana
pasien mampu memahami percakapan tetapi sulit untuk mengucapkannya.
d. Disfagia merupakan manifestasi klinis yang lain dari kejadian stroke,dimana
pasien mengalami kesulitan dalam menelan karena stroke pada arteri
vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf yang mengatur proses menelan, yaitu N V
(trigeminus), N VII (facialis), N IX (glossofarengeus dan N XII (hipoglosus).
e. Pada pasien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan seperti diplopia,
homonymous hemianophia (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandang).
f. Agnosia, adalah gangguan dalam kemampuan mengenal obyek yang familiar
yang berupa agnosia visual dan auditori, dan disebabkan karena oklusi pada arteri
serebro posterior dan medial yang mensuplai pada lobus temporal dan oksipital.
g. Horner’s syndrom, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus simpatis pada mata
sehingga bola mata seperti tenggelam, ptosis pada kelopak mata atas, kelopak
mata bawah agak naik keatas, kontriksi pupil dan berkurangnya air mata.
h. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon stimulus dari sisi
kontralateral infark serebral, sehingga mereka sering mengabaikan salah satu
sisinya
i. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari lobus parietal
yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior dan medial.
j. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian otak yang
mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang bervariasi, yaitu bagian
kortek serebral, area temporal, limbik, hipotalamus, kelenjar pituitari yang
mempengarui kortks motorik dan area bahasa.
k. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan manifestasi lain
yang sering muncul pada pasien stroke. Salah satu bentuk neurogenic blader atau
ketidakmampuan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke.

Saraf mengirimkan pesan ke otak tentang pengisian kadung kemih tetapi otak tidak dapat
menginterpretasikan secara benar pesan tersebut dan tidak menstransmisikan pesan kekandung
kemih untuk tidak mengeluarkan urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi urgency dan
inkontinensia (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).

5. Penatalaksanaan Pasien Stroke

Penanganan pasien stroke merupakan tanggung jawab dari semua pihak, baik dari tenaga
kesehatan, pasien dan juga keluarga. Adapun saat pasien dirawat di rumah sakit pemegang
peranan terbesar dalam penanganan pasien stroke adalah pemberi pelayanan medis dan
keperawatan, selain tim kesehatan lain yang peranannya tidak bisa dianggap sedikit, misalnya
bagian rehabilitasi, gizi dan farmasi.

a. Penatalaksanaan Medis.
Manajemen medis pada pasien stroke adalah sejak awal dilakukan diagnosis sesegera
mungkin dan mengidentifikasi pasien yang bisa mendapatkan manfaat terapi trombolitik sejak
awal. Tujuan yang lainnya adalah mempertahankan oksigenasi, mencegah komplikasi dan
kekambuhan, serta merehabilitasi pasien stroke (Sudoyo et al., 2009), dapat dijabarkan sebagai
berikut:

1) Mengidentifikasi stroke sejak awal.

Faktor kritis dalam intervensi dan penatalaksanaan awal pasien stroke adalah ketepatan
dalam mengidentifikasi manifestasi klinis yang bervariasi berdasarkan lokasi dan ukuran infark,
alat pengkajian yang terstandarisasi termasuk penggunaan Acut Stroke Quick Screen dan
National Instituttes of Health Stroke Scale (NIHSS), yang mungkin dapat digunakan untuk
mengidentifikasi secara cepat dimana klien mungkin bisa mendapatkan manfaat dari pemberian
trombolitik.

2) Mempertahankan oksigenasi serebral.

Penatalaksanaan gawat darurat pasien stroke termasuk mempertahankan kepatenan jalan


nafas, dengan jalan memiringkan kepala pasien untuk mengalirkan air liur pada jalan nafas,
kepala dielevasi tetapi leher tidak boleh diekstensikan. Selain itu suplai oksigen juga harus
diperhatikan pemenuhannya, untuk mencegah hipoksia dan mencegah peningkatan iskemia
serebral.

3) Memulihkan aliran darah srebral.

Pasien yang mendapatkan terapi trombolitik harus dievaluasi terhadap terjadinya


perdarahan. Tujuan pemberian trombolitik adalah untuk rekanalisasi pembuluh darah dan perfusi
jaringan otak yang mengalami iskemia. Agen trombolitik yang bisa diberikan adalah exogenous
plasminogen actifators, yang dapat memecahkan trombus atau embolus yang menutupi aliran
darah.

4) Mencegah komlikasi, misalnya perdarahan, edema serebral, kekambuhan strokre,


aspirasi dan komplikasi yang lainnya.

Setelah pasien diberikan terpi rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator), pasien
harus dimonitor terjadinya potensial komplikasi berupa perdarahan (perdarahan intrakranial dan
sistemik). Sedangkan edema serebral dapat terjadi saat pasien mengalami peningkatan tekanan
intrakranial, sehingga aliran darah ke otak menurun dan akhirnya otak mengalami metabolisme
anaerob karena kurang suplai oksigen. Pasien perlu diberikan posisi yang benar (elevasi 30°)
untuk menurunkan tekanan intracranial dan memfasilitasi aliran darah balik vena.Pasien stroke
juga diberikan heparin atau walfarin sebagai anti koagulan, tetapi pemberiannya harus
diperhatikan. Resiko aspirasi pneumonia juga merupakan resiko komplikasi yang cukup tinggi
pada pasien stroke. Aspirasi lebih sering terjadi pada periode awal dan dikaitkan dengan
hilangnya sensasi faringeal, hilangnya kontrol motor orofaringeal dan adanya penurunan
kesadaran, sehingga pemberian makanan dan cairan melalui oral ditunda dulu dalam 24-48 jam.
Komplikasi yang lain tergantung pada jaringan yang rusak atau infark.

5) Rehabilitasi setelah stroke. Intervensi ditujukan pada memaksimalkan pemulihan fisik


dan kognitif sejak awal serangan stroke (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).

Pada pasien dewasa yang mengalami injuri otak dan mengalami kerusakan saraf, dengan
dilakukan pembelajaran ulang (relearning) segera dapat menggantikan kemampuan yang telah
hilang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan.

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam penatalaksanaan pasien stroke secara
umum. Diagnosa keperawatan dan intervensinya merupakan arahan yang sesuai dalam
manajemen perawatan pasien stroke. Berdasarkan sindrom spesifik stroke dan defisit neurologis
dan fungsional meliputi bereapa area (Black & Jane Hokanson Hawks, 2014), yaitu:

 Pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke merupakan tindakan preventif, yang
diartikan sebagai tugas perawat dalam mengidentifikasi faktor resiko dan bekerja sama
dengan pasien tidak hanya memodifikasi faktor resiko tersebut tapi juga dalam
mengembangkan pola hidup yang lebih sehat. Pencegahan sekunder menjadi fokus
setelah terjadi stroke untuk mencegah stroke yang lainya. Selama pemberian
pendidikan kesehatan dan motivasi, pasien harus dimonitor secara kolaboratif oleh
perawat dan dokter.
 Manajemen penanganan pasien pada fase akut, sehingga kondisi pasien menjadi stabil
dan melindungi pasien dari kerusakan otak lebih lanjut karena iskemia. Kunci pokok
dalam manajemen perawatan fase akut pasien strok meliputi manejemen pada pasien
yang mendapatkan terapi trobolitik, manajemen pasien yang dilakukan cerebral
angiographystent, manajemen pasien yang dilakukan carotidendarterectomy dan
manajemen pasien yang mendapatkan terapi heparin.
 Early focus rehabilitation. Rehabilitation dimulai segera setelah kondisi pasien stabil
dan perawat perlu bekerjasama dengan tim yang lain untuk mengembangkan rencana
perawatan pasien. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien stroke,
dimana pasien membutuhkan rehabilitasi secepatnya yaitu: defisit keperawatan diri,
perubahan persepsi sensori, kerusakan komunikasi verbal, kerusakan mobilitas fisik,
perubahan eliminasi urin, disuse syndrome, perubahan proses fikir, impaired
adjustment, gangguan penampilan peran dan unilateral neglect. Rehabilitasi unuk
mengatasi masalah perubahan eliminasi urin, hendaknya juga dilakukan bladder
training sejak pasien melewati fase akut. Masalah kolaboratif yang mungkin muncul
pada fase ini adalah efek disamping dari terapi anti platelet.
 Discharge planning dan perawatan berkelanjutan bagi pasien harus sudah direncanakan
program rehabilitasi. Hal pokok dalam discharge planning ini adalah meyakinkan
bahwa pasien dan keluarga dapat melakukan follow up sehingga proses pemulihan,
munculnya masalah baru dan terapi pengobatan dapat dimonitor.
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga, ini membutuhkan tempat dan waktu
yang padat. Bukan hal yang realitis jika semua pendidikan kesehatan dapat diberikan
secara lengkap dalam waktu yang pendek. Pendidikan kesehatan harus dilakukan
secara berkelanjutan setelah pasien pulang oleh pemberi layanan kesehatan
dikomunitas.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar Gula Darah


b. Hemoglobin (Hb)
c. Hematocrit
d. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
e. EKG
f. CT-Scan
BAB III

PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN TEORI HEALTH PROMOTION


MODEL NOLA J PENDER

A. Tinjauan kasus

Tn. W, 50 tahun rawat inap hari ke 2 dengan keluhan pusing dan tidak bisa menggerakkan
tungkai atas bawah sebelah kiri, bicara pelo, keluarga mengatakan pasien selama ini memiliki
penyakit hipertensi, dari hasil pemeriksaan didapatkan TD: 200/100 mmhg, RR: 22x/mnt, sh;
36,7˚ C , N: 52x/mnt, GCS 14 (CM) E4V4M6, terpasang IVFD RL 20 tpm, pada pemeriksaan
ekstermitas didapatkan kekuatan ekstermitas kiri 2 dan kekuatan ektermitas kanan 5, pasien tidak
bisa melakukan aktifitas sendiri, dari hasil pemeriksaan saraf kranial, CT Scan didapatkan ICH
di thalamus dan capsul interna dextra dengan perifokal oedema disekitarnya yang menyempitkan
ventrikel lateralis dextra. Klien memiliki istri dan 2 orang anak, klien merupakan tulang
punggung keluarga, keluarga mengatakan kalau klien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi
menyukai makanan yang bersantan dan jarang berolah raga. Keluarga mengatakan bahwa selama
klien menderita penyakit hipertensi dan jarang memeriksakan ke puskesmas. Saat ini klien
nampak terbaring lemah.

B. Data Umum Pasien

1. Kamar/Ruang Rawat : 3a/ P. Syaraf


2. No Rekam Medis : 2947
3. Nama : Tn.W
4. Umur : 50 tahun
5. Alamat : Jl. Ahmad Yani
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Agama : Islam
9. Pendidikan : Tamat SMP
10. Pekerjaan : Swasta
11. TGL Masuk RS : 03 Januari 2018
12. Tanggal Pengkajian : 04 Januari 2018

C. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama :  Kelemahan anggota gerak sebelah badan  Nyeri otot  Bicara
Pelo  Kaku kuduk  Tidak dapat berkomunikasi  Sakit punggung  Konvulsi
(kejang)  Pusing  Sakit kepala hebat  Ekstremitas dingin  Penurunan kesadaran
Pusing dan kelemahan anggota gerak atas bawah bagian kiri
2. Riwayat Keluhan Utama (OLDCART) :(Black & Hawks, 2014) Keluarga
mengatakan setelah keluar dari kamar mandi klien merasa pusing dan mengalami
kelemahan anggota gerak bagian kiri disertai dengan bicara pelo.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Kebiasaan :  Merokok Obat-obatan Alkohol
b. Riwayat Penyakit :  Ya, ............................................ Tidak Jika Ya :  Rubela 
Rubeola  Infeksi sitomegalovirus  Influenza  Herpes simpleks  Meningitis 
HIV  TB  Anemia permisiosa Kanker  Hipertensi
c. Riwayat Pembedahan : Ya, ............................................ Tidak Jika Ya : 
Gangguan Spinal  Neuropati perifer  Bedah kranial Adakah kompliksi
pembedahan :  Ya  Tidak Paparan anestesi :  Epidural  Spinal
d. Riwayat Pengobatan :  Ya, ............................................ Tidak Jika Ya : 
Aspirin/ antikoagulan  Antikonvulsan  Pil KB  Stimulan SSP (Opioid,
antimikroba, antireumatik, penenang dan sedatif)
e. Riwayat Alergi :  Ya, ............................................  Tidak
f. Riwayat Imunisasi :  Lengkap  Tidak Lengkap  Lupa
g. Riwayat Perinatal :  Toksemia maternal  Defek tabung saraf  Paparan virus in
utero  Radiasi
h. Kelahiran prematur :  Ya ...........................................  Tidak
i. Riwayat Persalinan Lama :  Ya  Tidak
j. Riwayat Pemeriksaan Penunjang :  Ya  Tidak Jika Ya :  EEG  EMG  CT
k. Riwayat perubahan sensori persepsi :  Ya  Tidak
l. Riwayat Trauma Kepala :  Ya  Tidak
m. Riwayat Penyakit Keluarga :  Ya  Tidak Jika Ya :  DM  Epilepsi  Sklerosis
lateral amiotropik  Distrofi muskular  Hipertensi  Stroke  Retardasi mental 
Ggg Psikiatrik  Kanker
n. Self Efficacy : Klien dan keluarga percaya kalau penyakit yang dideritanya akan
segera sembuh dengan harapan klien dapat kembali bekerja dan klien akan
berusaha untuk memperhatikan agar penyakitnya tidak kambuh kembali dengan
memulai pola hidup sehat dan menghindari merokok dan melakukan olahraga
ringan.

D. Pemeriksaan Fisik Neurologis (Jarvis, 2016; Muttaqin, 2011)

1. Tingkat Kesadaran :GCS: 14 E: 4 M: 4 V: 6  Composmentis  Somnolen Sopor


Semi Koma  Koma
2. Fungsi Serebri :
a. Status Mental :  Gelisah  Sulit tidur  Diam  Menarik diri  Bicara tak terarah
 Menangis tanpa sebab  Bicara sendiri  Menghindari kontak
b. Fungsi Intelektual :  Ggg. Daya Ingat  Ggg Orientasi  Ggg Berhitung 
Pengetahuan Umum  Perbedaan dan persamaan
c. Daya Pikir :  Sulit berkonsentrasi  Depresi  Spontan  Pelupa  Irrasional
d. Status Emosonal :  Alamiah  Datar  Cemas  Pemarah  Apatis  Euphoria
e. Kemampuan Bahasa :  Disartria (Pelo)  Disfonia (Serak)  Disprosodi
(Gangguan irama bicara)  Aleksia (kehilangan kemampuan membaca)  Agrafia
(Gangguan dalam penulisan)  Afasia
f. Fungsi Lobus :  Ggg Lobus Parietalis  Ggg Lobus Temporalis  Ggg Lobus
Frontal

3. Saraf Kranial :

a. Olfaktorius (NI) :  Anosmia  Hiposmia  Parosmia  Kakosmia  Halusinasi


olfaktorik
b. Optikus (NII) :  Visus mata sebelah kiri baik  Lapang Pandang mata kanan baik
dan sebelah kiri tidak pasien dapat mengikuti gerak tangan
c. Okumulotorius (NIII) :  Respon Pupil kanan dan kiri terhadap cahaya baik 
Kelopak Mata, tidak mampu mengangkat kelopak mata atas  Pupil kanan dan
kiri ±3 mm Reflek Pupil : Reflek Cahaya  Normal  Miosis Reflek Akomodasi 
Miosis Pupil  Konvergensi Reflek Okulosensorik  Miosis  Midriasis Refleks
Ciliospinal  Miosis  Midriasis
d. Troklearis (NIV) : baik, dapat membuka kemudian menutup mata kembali
e. Trigeminus (NV) : pasien bisa menggerakkan rahang ke kanan dan ke kiri
f. Abdusen (NVI) : pasien mampu menggerakkan bola mata
g. Vasialis (NVII) : mampu mengerutkan dahi, menutup mata, menyengir,
memencongkan bibir dan memperlihatkan gigi.
h. Oktavus/ Vestibulokoklearis (NVIII) tidak dilakukan Nervus Koklearis : 
Weber ................................................................. 
Rinne ................................................................... 
Swabac ................................................................. Nervus Vestibulo : pasien bisa
merefleksikan rasa muntah
i. Glosofaringeus (NIX) :  Menelan , pasien dapat menelan dengan baik  Sensasi
Rasa baik
j. Vagus (NX) : pasien tidak mengalami gangguan menelan
k. Asessorius (NXI) : pasien dapat mempfleksikan kepala kebahu tetapi nyeri
l. Hipoglosus (NXII) : pasien bisa menjulurkan lidah keluar

4. Sistem Motorik :

a. Inspeksi Umum :  Atropi  Tremor  Kejang  Rigiditas  Miotonia  Drifting


b. Tonus Otot :  Normal  Hipertonik seb. kiri  Hipotonik
c. Kekuatan Otot :  Skala 5/2
d. Keseimbangan dan Koordinai :  Ataksia/ Tremor ..............................

5. Respon Refleks :

a. Refleks Biseps : 2+ (kanan), 0 (kiri)


b. Refleks Triseps : 2+ (kanan), 0 (kiri)
c. Refleks Pektoralis : 2+ (kanan), 0 (kiri)
d. Refleks Patella : 2+ (kanan), 0 (kiri)
e. Refleks Achiless : 2+ (kanan), 0 (kiri)
f. Refleks Kontraksi Abdominal : tidak dilakukan
g. Refleks Kremaster dan Skrotal : tidak dilakukan
h. Refleks Gluteal : tidak dilakukan
i. Refleks Plantar : : 2+ (kanan), 0 (kiri)
j. Refleks Patologis di kaki : ....................................................................Refleks Babinski
 Positif  Negatif, sebelah kiri Refleks Chaddok  Positif  Negatif, kedua sisi
Refleks Oppenheim  Positif  Negatif, kedua sisi Refleks Gordon  Positif  Negatif
Refleks Schaeffer  Positif  Negatif Refleks Bing  Positif  Negatif
k. Refleks Patologis di tangan : ..................................................................Refleks Tromner
 Positif  Negatif Refleks Hoffman  Positif  Negatif Refleks Wartnberg  Positif 
Negatif l Refleks Patologis regresi : tidak dilakukan Refleks Menetek  Positif 
Negatif Refleks Nout  Positif  Negatif Refleks Memegang  Positif  Negatif

6. Sistem Sensorik : Perasaan raba  Anestesia seb kiri  Hipestesia  Hiperestesia


Perasaan nyeri  Analgesia sebelah kiri Hipalgesia Hiperalgesia Perasaan suhu 
Termoanestesia  Termohipestesia  Termohiperestesia Permukaan tubuh  Parestesia 
Disestesiahiperpatia Perasaan Propriosetik  Somestesia  Viseroestesia  Kinestesia  Statesia
 Palestesi  Barestesia

E. Pengkajian menurut Teori Health Promotion (Nola J Pender) pada masalah persyarafan
(Pender, 2011)

a. Karakteristik dan pengalaman individu tentang

1) Perilaku sebelumnya

 Kebiasaan individu Setiap hari klien beraktifitas dirumah yaitu dengan berjualan
makanan, jika terlalu capek klien sering mengeluh pusing, klien sering mengkomsumsi
makanan yang bersantan, klien juga suka makan makanan yang asin, kebiasaan klien
pada pagi hari suka minum kopi, klien juga suka merokok.
 Hambatan dari prilaku yang pernah dilakukan Anggota keluarga yang lain menjadi
hambatan karena semua kegiatan berjualan dulakukan sendiri oleh klien, klien hidup
serumah dengan seorang istri yang sementara menderita penyakit hipertensi, 2 orang anak
dan dua orang cucu.
 Manfaat dari prilaku yang telah dilakukan Produktif namun prilaku diatas dapat memicu
terjadinya stroke pada Tn. W
 Penyakit yang pernah diderita Klien sering merasa pusing, tegang pada leher kadang
merasa kram pada kedua tungkai bawah
 Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan Jika sakit klien berobat kesarana
kesehatan terdekat dari rumah klien yaitu Puskesmas
 Upaya yang pernah dilakukan ketika keluarga sakit Bila keluarga klien sakit, keluarga
memeriksakan diri ke puskesmas dan kadang istirahat dirumah

2) Faktor personal

 Faktor biologis Pengkajian Tn.W Ny. J Tn. S Ny. R umur 50 thn 45 thn 31 thn 26 thn
Penyakit Hipertensi, hiperkolesterol hipertensi - pilek Imunisasi Tdk diketahui Tidak
diketahui
 Faktor psikososial
 Status kesehatan Tn. W mengatakan pusing, tidak bisa menggerakkan tungkai atas
dan tungkai bawah sebelah kiri, bicar pelo, pada pemeriksaan TD: 200/120 mmhg
 Motivasi Semua keluarga memberi dukungan terhadap kesembuhan klien Tn. W
 Harapan diri dan keluarga tentang penyakit stroke Keluarga dan Tn. W berharap
mendapatkan pengobatan dan perawatan agar segera sembuh dari penyakitnya.
 Faktor sosial budaya
 Pendidikan : klien tamat SMP
 Status ekonomi : penghasilan Rp ±1.000.000 per bulan

3) Prilaku spesifik pengetahuan dan sikap

 Manfaat/ harapan dari tindakan : setelah diberikan promosi kesehatan, keluarga


diharapkan mampu merubah prilaku yang tidak sehat dan dapat menghindari penyakit
stroke yang ada pada anggota keluarganya.
 Hambatan : Tn. W sering makan makanan yang berlemak atau bersantan dan suka minum
kopi, tidak berolahraga, Tn. W jarang berobat dipuskesmas kalau sakit meskipun tidak
jauh dari tempat tinggal.

4) Kemajuan diri Motivasi untuk prilaku hidup sehat

 Wujud dari prilaku: Tn.W akan berusaha mengurangi kebiasaan minum kopi, merokok
dan memakan makanan yang dapat memicu terjadinya stroke. Jika merasa lelah klien
akan beristirahat dan menutup warungnya.
 Pengalaman : Setelah memperhatikan saran dari tenaga kesehatan kelemahan yang terjadi
pada klien dapat sembuh.
 Ajakan Tenaga kesehatan menyarankan agar membiasakan pola hidup sehat, berhenti
merokok, banyak minum air putih, berolahraga dan istirahat yang cukup.
 Kondisi psikologi ( kecemasan ) Pasien kadang cemas dan bingung dengan keadaan yang
dialaminya sekarang dan tidak begitu mengerti tentang penyakitnya.
 Sikap yang berhubungan dengan aktifitas Reaksi emosional terhadap prilaku yang telah
dilakukan apakah mempertahankan, menghindari dan merubah karena ada keinginan
untuk hidup sehat, setelah klien berusaha berubah supaya penyakit stroke yang
dialaminya dapat sembuh tanpa mengalami kelumpuhan badan.

5) Pengaruh situasional Keadaan lingkungan sekitar

 Keadaan lingkungan rumah Keadaan rumah terang, ventilasi cukup, tidak tertata rapi,
mempunyai jamban, lantai dari tegel.
 Sanitasi: Tidak ada tempat pembuangan limbah, sampah langsung dibakar
 Komunitas (tetangga): keluarga dan tetangga berperan aktif dalam berhubungan/
berinteraksi dengan klien.

6) Pengaruh interpersonal

 Dukungan sosial Dari segi keluarga dan tetangga berperan aktif dalam menciptakan
hidup sehat.
 Role model Tidak ada panutan dari lingkungan dalam mencegah penyakit
 Kebudayaan (nilai kepercayaan yang dianut) Klien dan keluarga beragama islam.
Keluarga mengatakan Klien rajin melakukan shalat berjamaah dimasjid.

b. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Hubungan pasien dengan keluarga baik tetapi pasif dalam penerapan
pola hidup sehat
2) Fungsi perawatan keluarga
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah Kurang mengerti tentang kesehatan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan Keluarga membawa kepelayanan
kesehatan terdekat jika sakit yang dirsakan terus berlanjut
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : mampu merawat
tetapi kurang maksimal
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan: keluarga mampu tapi tidak
maksimal
e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada: mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium  GDS : 140 mg/dl  Colesterol : 293 mg/dl  LDL


colesterol : 395 mg/dl
b. Pemeriksaan radiologi CT Scan didapatkan Intra Cerebral Hematom di thalamus
dan capsul interna dextra dengan perifokal oedema disekitarnya yang
menyempitkan ventrikel lateralis dextra
H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul :
√ Gangguan Mobilitas Fisik  Risiko Hipertermia  Risiko Kerusakan Integritas Kulit
√ Defisit Perawatan Diri  Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
√ Risiko Terjadinya Cedera
√ Gangguan Komunikasi Verbal  Koping Tidak Efektif  Gangguan Persepsi Sensori:
Visual  Proses Berfikir Terganggu  Masalah Kolaborasi: Risiko Terjadinya Kontraktur
 Masalah Kolaborasi: Risiko Abrasi Kornea
BAB IV

PEMBAHASAN
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh aliran ke otak yang bisa menurun dengan
beberapa cara seperti iskemik menyebabkan suplai darah ke bagian otak terganggu atau
tersumbat total. Kemampuan yang bertahan diotak yang iskemik tergantung pada lama waktu
kerusakan ditambah dengan tingkatan gangguan dari metabolisme diotak. (Black & Hawks,
2014) Dikaitkan dengan teori keperawatan Health Promotion (Nola J Pender) dimana pasien dan
keluarga dapat merubah prilaku kesehatan yang dapat menghambat aktivitas fisik kedepannya.
Teori ini sangat tepat diterapkan pada pasien dengan gangguan persyarafan yaitu stroke karena
pengalaman sebelumnya dengan perilaku yang juga dilatarbelakangi adanya faktor pendidikan,
informasi yang didapatkan sebelumnya mengenai stroke, dan juga faktor ekonomi (Lawrence,
Kerr, Watson, Paton, & Ellis, 2010).

Faktor personal diantaranya usia, status ekonomi dan pengetahuan memiliki pengaruh
terhadap perilaku kesehatan ditandai dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
mencakup mencegah dan melindungi diri dari penyakit atau masalah kesehatan lainnya,
meningkatkan kesehatan, serta mencari kesembuhan apabila sakit. Terdapatnya perbedaan
karakteristik personal mempengaruhi juga seseorang dalam melakukan penilaian terhadap
dirinya yang akan mempengaruhi tingkah laku yang dilakukan seseorang. Menurut (Pender,
2011), Salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkah laku peningkatan kesehatan adalah
persepsi terhadap manfaat tindakan (perceived benefits) yang merupakan hasil positif yang
diharapkan yang akan diperoleh dari perilaku sehat. Individu yang mempersepsikan banyaknya
manfaat ketika kita waspada terhadap ancaman stroke juga dibuktikan pada perilaku untuk lebih
waspada terhadap stroke, sebaliknya individu yang mempersepsikan kewaspadaan stroke bukan
suatu hal yang penting untuk dilakukan, maka akan diwujudkan dalam perilakunya yang kurang
baik diantaranya perilakuperilaku yang akan menambah resiko terjadinya stroke semakin
tinggi(Teuschl & Brainin, 2010).

Adanya hambatan yang ada dalam meningkatkan perilaku kesehatan yaitu


ketidaktersediaan fasilitas kesehatan yang dekat dengan pemukiman, atau sulitnya pemanfaatan
fasilitas kesehatan, mahalnya biaya, kurang aktifnya peran tenaga kesehatan bisa menjadikan
sebagai hambatan untuk meningkatkan perilaku kesehatan Persepsi yang positif akan
kemampuan diri, keyakinan bahwa pada dirinya bisa melakukan tindakan yang lebih baik lagi,
mampu untuk menjadi individu yang lebih baik lagi untuk menjadi lebih sehat lagi akan
mempengaruhi individu tersebut untuk melakukan apa yang diyakininya sebaliknya jika terdapat
penilaian yang dirasa tidak mampu untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik lagi,maka
akan tercermin juga dalam perilakunya yaitu perilaku yang kurang baik. Individu yang memiliki
persepsi terhadap kemampuan kurang tetapi perilakunya baik, hal ini karena ada faktor-faktor
lain yang mendukung seseorang untuk melakukan perilaku yang lebih baik lagi meskipun dirasa
dirinya tidak mampu, misalkan adanya dukungan keluarga, adanya motivasi, didukung juga
dengan pengetahuan yang baik, semua ini akan mendorong individu tersebut berperilaku yang
lebih baik lagi yaitu perilaku yang lebih waspada lagi terhadap bahaya stroke. Pengaruh
interpersonal (interpersonal factor) merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan perilaku
kesehatan menurut teori Nolla J Pender HPM (Health Promotion Model) yang dapat
menghasilkan perilaku, kepercayaan maupun sikap. Sumber utama faktor interpersonal pada
peningkatan perilaku kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan
petugas kesehatan. Adanya dukungan sosial mempengaruhi terwujudnya perilaku peningkatan
kesehatan. (Alligood, 2014)
BAB V

PENUTUP
1. Kesimpulan

Teori Nolla J Pender Health Promotion Model sebagai sebuah kerangka untuk
mengintegrasikan ilmu keperawatan dengan ilmu perilaku yang dianggap sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Model ini disajikan sebagai sebuah acuan atau
pedoman untuk menjelaskan proses biopsikososial sebagai sesuatu yang mampu untuk
memotivasi individu secara langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada
pasien dengan gangguan persyarafan yaitu stroke.

2. Saran

Rekomendasi Teori health promotion sangat direkomendasikan dalam memberikan atau


melakukan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan sroke mengingat pasien dengan
stroke akan lebih banyak membutuhkan bantuan dan kolaborasi pemenuhan kebutuhannya oleh
keluarga sehingga promosi kesehatan penting dilakukan guna memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh keluarga maupun masyarakat sekitar serta sebagai upaya mengajarkan keluarga
untuk perawatan dirumah pasien dengan stroke. Selain itu, aplikasi teori health promosi oleh
nola j pender ini dapat memotivasi klien dalam meningkatkan derajat kesehatan termasuk pada
pasien dengan system persyarafan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (6th edn). Contemporary Nurse,
24(1), 106–106. https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. (A. Y. Hamid & K.
Ibrahim, Eds.) (Edisi Indo). singapore: Elsevier.

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theory: Utilization & Application. United
States: Elsevier Mosby.

Arifuddin, & Basri, B. (2015). TEORI ILMU KEPERAWATAN PARA AHLI “ TEORI DAN
APLIKASI” (Nusing Theorists and Their Work"). Jakarta: Pustaka Muda.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Singapore: Elsevier.

Black, J. M., & Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. (A. Susila, F. Ganiajri, L. P. Puji, & R. W. Arum Sari, Eds.) (Edisi
8 Bu). singapore: Salemba Medika.

Iswari, Y. (2011). Analisis faktor Resiko Penyebab Kejadian Diare pada Anak Usia di bawah 2
tahun. Universitas Indonesia.

Jarvis, C. (2016). Pocket Companion Physical Examination & Health Assessment (Sevent).
United Sates of America: Elseiver.

Lawrence, M., Kerr, S., Watson, H., Paton, G., & Ellis, G. (2010). An exploration of lifestyle
beliefs ans lifestyle behaviour following stroke: Findings from a focus group study of patients
and family members.

BMC Family Practice, 11(97). Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta.

Pender, N. J. (2011). Heath Promotion Model Manual. University of Michigan, 1– 17.

Savelson, A., Van Wynsberghe, R., Frankish, J., & Folz, H. (2005). Application of a health
promotion model to community-based sustainability planning. Local Environment, 10(6), 629–
647. https://doi.org/10.1080/13549830500321832

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). BRUNNER &
SUDARTH’S Textbook of Medical-Surgical Nursing. (H. Surrena, Ed.) (Twelfth). Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K, M., Setiati, S., & Syam, A. F. (2009).
BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM (Jilid I Ed). Jakarta: Internal Publishing.
Sukut, S. S., Arif, Y. S., & Qur, N. (2015). FAKTOR KEJADIAN DIARE PADA BALITA
DENGAN PENDEKATAN TEORI NOLA J. PENDER DI IGD RSUD RUTENG Factors
Correlated With The Incidence Of Diarrhea In Infants with Nola J.Pender Approach in
Emergency Room of RSUD Ruteng. Jurnal Pediomaternal, 3(2).

Teuschl, Y., & Brainin, M. (2010). Stroke education: Discrepancies among factors influencing
prehospital delay and stroke knowledge. International Journal of Stroke, 5(3), 187–208.
https://doi.org/10.1111/j.1747-4949.2010.00428.x
Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN SISTEM PERSYARAFAN TEORI HEALTH
PROMOTION MODEL NOLA J PENDER

A. Data Umum Pasien

1. Kamar/Ruang Rawat :
2. No Rekam Medis :
3. Nama :
4. Umur :
5. Alamat :
6. Jenis Kelamin :
7. Status Perkawinan :
8. Agama :
9. Pendidikan :
10. Pekerjaan :
11. TGL Masuk RS :
12. Tanggal Pengkajian :

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama :  Kelemahan anggota gerak sebelah badan  Nyeri otot  Bicara
Pelo  Kaku kuduk  Tidak dapat berkomunikasi  Sakit punggung  Konvulsi
(kejang)  Pusing  Sakit kepala hebat  Ekstremitas dingin  Penurunan kesadaran
........................................................................................................................ .............
...........................................................................................................
2. Riwayat Keluhan Utama (OLDCART) :(Black & Hawks, 2014) Onset Location
Duration Characteristic Associated manifestations Radiation
Treatment : ......................................................................... : .......................................
.................................. : .......................................................................... : ....................
...................................................... : .......................................................................... :
.......................................................................... : .........................................................
.................
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Kebiasaan :  Merokok Obat-obatan Alkohol
b. Riwayat Penyakit :  Ya, ............................................ Tidak Jika Ya :  Rubela 
Rubeola  Infeksi sitomegalovirus  Influenza Herpes simpleks  Meningitis 
HIV  TB  Anemia permisiosa  Kanker  Hipertensi
c. Riwayat Pembedahan : Ya, ............................................ Tidak Jika Ya : 
Gangguan Spinal  Neuropati perifer  Bedah kranial Adakah kompliksi
pembedahan :  Ya  Tidak Paparan anestesi :  Epidural  Spinal
d. Riwayat Pengobatan :  Ya, ............................................ Tidak Jika Ya : 
Aspirin/ antikoagulan  Antikonvulsan  Pil KB  Stimulan SSP (Opioid,
antimikroba, antireumatik, penenang dan sedatif)
e. Riwayat Alergi :  Ya, ............................................  Tidak
f. Riwayat Imunisasi :  Lengkap  Tidak Lengkap  Lupa
g. Riwayat Perinatal :  Toksemia maternal  Defek tabung saraf  Paparan virus in
utero  Radiasi
h. Kelahiran prematur :  Ya ...........................................  Tidak
i. Riwayat Persalinan Lama :  Ya  Tidak
j. Riwayat Pemeriksaan Penunjang :  Ya  Tidak Jika Ya :  EEG  EMG  CT
k. Riwayat perubahan sensori persepsi :  Ya  Tidak
l. Riwayat Trauma Kepala :  Ya  Tidak
m. Riwayat Penyakit Keluarga :  Ya  Tidak Jika Ya :  DM  Epilepsi  Sklerosis
lateral amiotropik  Distrofi muskular  Hipertensi  Stroke  Retardasi mental 
Ggg Psikiatrik  Kanker Genogram
n. Self Efficacy : ..................................................................................................

C. Pemeriksaan Fisik Neurologis(Jarvis, 2016; Muttaqin, 2011)

1. Tingkat Kesadaran :GCS: ........ E: ........ M: ....... V: .......  Composmentis 


Somnolen Sopor Semi Koma  Koma
2. Fungsi Serebri :
a. Status Mental :  Gelisah  Sulit tidur  Diam  Menarik diri Bicara tak terarah
 Menangis tanpa sebab  Bicara sendiri Menghindari kontak
b. Fungsi Intelektual :  Ggg. Daya Ingat  Ggg Orientasi  Ggg Berhitung
Pengetahuan Umum  Perbedaan dan persamaan
c. Daya Pikir :  Sulit berkonsentrasi  Depresi  Spontan  Pelupa  Irrasional
d. Status Emosonal :  Alamiah  Datar  Cemas  Pemarah  Apatis  Euphoria
e. Kemampuan Bahasa :  Disartria (Pelo)  Disfonia (Serak)  Disprosodi
(Gangguan irama bicara)  Aleksia (kehilangan kemampuan membaca)  Agrafia
(Gangguan dalam penulisan)  Afasia
f. Fungsi Lobus :  Ggg Lobus Parietalis  Ggg Lobus Temporalis  Ggg Lobus
Frontal

3. Saraf Kranial :

a. Olfaktorius (NI) :  Anosmia  Hiposmia  Parosmia  Kakosmia  Halusinasi


olfaktorik
b. Optikus (NII:  Visus ........................................................................
LapangPandang ......................................
c. Okumulotorius (NIII):Respon Pupil ..............................  Kelopak Mata  Pupil
.............................................................. Reflek Pupil : Reflek Cahaya  Normal 
Miosis Reflek Akomodasi  Miosis Pupil  Konvergensi Reflek Okulosensorik 
Miosis  Midriasis Refleks Ciliospinal  Miosis  Midriasis
d. Troklearis (NIV) : ............................................
e. Trigeminus (NV) : Reflek Kornea............Reflek Jaw Jerk.
f. Abdusen (NVI) : ..................
g. Vasialis (NVII) : Fungsi Sensorik ....................... Fungsi Motorik ......................
h. Oktavus/ Vestibulokoklearis (NVIII) :................. Nervus Koklearis : 
Weber ................  Rinne ............................................ 
Swabac ............................................. Nervus Vestibulo :  Post pointing
test ........................  Tes Romberg ...........................  Stepping
Test ...........................
i. Glosofaringeus (NIX) :  Menelan .....................  Sensasi Rasa ..................
j. Vagus (NX) :  Gag Refleks ..............................
k. Asessorius (NXI) :  Otot Trvezeus .......................  Otot
sternokleidomastoideus ................. l. Hipoglosus (NXII) : ..........................
1. Sistem Motorik :
a. Inspeksi Umum :  Atropi  Tremor  Kejang  Rigiditas  Miotonia  Drifting
b. Tonus Otot :  Normal  Hipertonik  Hipotonik
c. Kekuatan Otot :  Skala ................................
d. Keseimbangan dan Koordinai :  Ataksia/ Tremor ...........

2. Respon Refleks :

a. Refleks Biseps : ...................


b. Refleks Triseps : ......................
c. Refleks Pektoralis : ...................
d. Refleks Patella : ........................
e. Refleks Achiless : .......................
f. Refleks Kontraksi Abdominal : ................
g. Refleks Kremaster dan Skrotal : .............................
h. Refleks Gluteal : ................................
i. Refleks Plantar : ...........................
j. Refleks Patologis di kaki : ............................ Refleks Babinski  Positif  Negatif
Refleks Chaddok  Positif  Negatif Refleks Oppenheim  Positif  Negatif
Refleks Gordon  Positif  Negatif Refleks Schaeffer  Positif  Negatif Refleks
Bing  Positif  Negatif
k. Refleks Patologis di tangan : ............... Refleks Tromner  Positif  Negatif
Refleks Hoffman  Positif  Negatif Refleks Wartnberg  Positif  Negatif
l. Refleks Patologis regresi : ........................... Refleks Menetek  Positif  Negatif
Refleks Nout  Positif  Negatif Refleks Memegang  Positif  Negatif
6. Sistem Sensorik : Perasaan raba  Anestesia  Hipestesia  Hiperestesia Perasaan nyeri
 Analgesia  Hipalgesia  Hiperalgesia Perasaan suhu  Termoanestesia  Termohipestesia 
Termohiperestesia Permukaan tubuh  Parestesia  Disestesiahiperpatia Perasaan Propriosetik 
Somestesia  Viseroestesia  Kinestesia  Statesia  Palestesi  Barestesia Perasaan Interoseptif
atau Viseroestesia ................. Perasaan diskriminatif atau Multimodalitas ...................

D. Pengkajian menurut Teori Health Promotion (Nola J Pender) pada masalah persyarafan
(Pender, 2011)

1. Karakteristik dan pengalaman individu tentang:


a. Kebiasaan sebelumnya Kebiasaan individu .......................................... Hambatan
dari perilaku yang pernah dilakukan ................ Manfaat dari perilaku yang telah
dilakukan ............... Penyakit yang pernah diderita Sumber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan .................................. Upaya yang pernah dilakukan ketika
keluarga sakit ..................................
b. Faktor personal Faktor
biologis ...................................................................................... Faktor psikososial
Status kesehatan ...............................................................................
Motivasi ......................................................................................... Harapan diri
dari keluarga tentang penyakit.......................................Faktor social
budaya..........................
c. Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap Manfaat atau harapan dari
tindakan ........................................................
Hambatan .....................................................
d. Kemajuan diri Motivasi untuk perilaku hidup sehat Wujud dari
perilaku ..............................................................................
Pengalaman .........................................................................................
Ajakan ................................................................................................. Kondisi
psikologi/ kecemasan ................................................................
e. Sikap yang berhubungan dengan aktifitas ..................
f. Pengaruh situasional ........................................................................... Keadaan
lingkungan sekitar ...............................................................
Sanitasi ...............................................................................................
Komunitas ...........................................................................................
g. Pengaruh interpersonal Dukungan sosial................................................................
Role model..................................................... Kebutuhan (nilai kepercayaan yang
dianut) ....................

2. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif ......................................................................................


b. Fungsi perawatan keluarga ................................................................. Kemampuan
keluarga mengenal tentang kesehatan ................. Kemampuan keluarga
mengambil keputusan ..................... Kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit ......... Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan ............

Lampiran 2 HEALTH PROMOTION MODEL CLINICAL ASSESSMENT FOR HEALTH


PROMOTION PLAN

1. Meningkatkan Aktivitas Fisik


a. Perilaku sebelumnya Usaha apa yang telah anda buat di masa lalu untuk aktif secara
fisik ? .................................................................................................................. Apa
yang anda pelajari dari pengalaman ini ? ...................
b. Pengaruh Pribadi Apa keuntungan pribadi menjadi lebih aktif ? .................... Masalah
(rintangan) apa yang mungkin anda coba lebih aktif? ............... Seberapa yakin anda
(self-efficacy)bahwa anda bisa mengatasi hambatan ini untuk menjadi lebih
aktif? ........................... 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak Pasti Sangat Yakin Aktivitas fisik
apa yang paling anda sukai ? (pengaruh aktivitas
terkait) .................................................................................................................. .....
c. Pengaruh Interpersonal Norma Sosial Apakah anggota keluarga atau teman anda
mengharapkan anda secara fisik aktif?  Ya  Tidak, Jika Ya,
Siapa? ................................................. Dukungan Sosial Siapa yang akan mendorong
anda untuk aktif atau aktif dengan anda ? ...... Model Peran Apakah ada orang di
keluarga anda atau teman anda yang secara fisik aktif 3-5 kali setiap minggu?  Ya 
Tidak, Jika Ya, siapa, dan apa yang mereka lakukan ..................................................
Pengaruh Situasional Dimana anda bisa secara fisik aktif melakukan apa yang anda
sukai ? .......
d. Komitmen Terhadap Rencana Aksi Apakah anda siap untuk menetapkan tujuan dan
mengembangkan rencana untuk menjadi lebih aktif?  Ya  Tidak Langkah- langkah
rencana .................................
e. Tuntutan dan Preferensi yang Bersaing (Tindak Lanjut) Masalah apa yang anda
hadapi dalam mencoba menjadi lebih aktif ? ........ Bagaimana anda bisa menghindari
masalah ini di masa depan? .................

2. Meningkatkan Nutrisi

a. Perilaku sebelumnya Apa upaya yang telah anda buat di masa lalu untuk makan
makanan sehat di tempat kerja dan di rumah ? ................................ Apa yang anda
pelajari dari usaha ini? ..........................
b. Perilaku Pribadi Apa keuntungan pribadi memperbaiki kebiasaan makan
anda? ................ Masalah (rintangan) apa yang mungkin anda coba makan
makanan yang lebih sehat (lebih banyak sayuran, lebih banyak buah, makanan
rendah lemak, dan biji- bijian sehat)? ................................ Seberapa yakin anda
(self-efficacy) bahwa anda bisa mengatasi hambatan makan sehat ini? 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 Tidak Pasti Sangat Yakin Makanan sehat apa yang paling anda sukai?
(pengaruh aktifitas terkait) .............................................................
c. Pengaruh Interpersonal Norma Sosial Apakah anggota keluarga atau teman anda
mengharapkan anda untuk makan makanan sehat?  Ya  Tidak, Jika Ya, siapa,
dan apa yang mereka lakukan? ….............................................................................
Dukungan Sosial Siapa yang akan mendorong anda untuk makan makanan sehat
dan memakannya bersama anda? ..................................... Model Peran Apakah
anggota keluarga atau teman anda makan makanan sehat sebagian besar waktu? 
Ya  Tidak, Jika Ya, Siapa? ........................ Apa yang mereka
makan? ........................ Pengaruh Situasional Di mana anda bisa menemukan
makanan sehat untuk dimakan yang anda nikmati?
Kerja ? .................................................. Rumah? ........................................
Lain? .........................................
d. Komitmen Terhadap Rencana Aksi Apakah anda siap untuk menetapkan tujuan
dan mengembangkan rencana makan makanan yang lebih sehat?  Ya  Tidak
Langkah Merencanakan Makan Sehat ............................ .Tuntutan dan Preferensi
yang Bersaing (Tindak Lanjut) Masalah apa yang anda hadapi dalam mencoba
makan makanan yang lebih sehat? ...................................... Bagaimana anda bisa
menghindari masalah ini di masa depan?...............................................................

E. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Laboratori Model Promosi Kesehatan Intervensi untuk Mengatasi
Pengaruh Kesehatan
Contoh : Meningkatakan Aktivitas Fisik
a) Karakteristik dan Pengalaman Indivu Perilaku Sebelumnya : Memperkuat
kekuatan klien dan membangun kesuksesan dan kegagalan masa lalu
b) Pengaruh Pribadi
1. Manfaat : Memperkuat atau memperluas visi keuntungan
2. Hambatan : Bahas bagaimana hambatan untuk menjadi lebih aktif dapat
dilakukan
3. Self-efficacy : Telah mencoba sedikit peningkatan aktivitas untuk
mengalami kesuksesan, membujuk kesuksesan, memperkuat kesuksesan,
berhubungan dengan model aktivitas fisik, fokus pada sensasi positif.
4. Aktivitas yang berhubungan dengan mempengaruhi : Membantu
merencanakan aktivitas yang menyenangkan sesuai jadwal
c) Pengaruh Interpersonal Norma sosial : Dorong keluarga dan teman untuk
meningkatkan ekspektasi aktivitas Dukungan sosial : Bantu klien
menggunakan dukungan sosial dengan meminta keluarga dan teman untuk
menjadi aktif dengan dia atau memberikan dukungan untuk melakukannya
(dorongan, hadiah, kontrak keluarga). Model peran : Rencanakan peningkatan
interaksi dengan orang- orang yang aktif secara fisik
d) Pengaruh Situasional Pilihan : Bantu pilih lokasi yang menarik, hemat biaya,
dan aman untuk aktivitas favorit
e) Komitmen Terhadap Rencana Aksi Menetapkan Tujuan : Menetapkan sasaran
tindakan yang realistis dan berintegrasi ke dalam harian dan mingguan
susunan acara.
f) Permintaan dan Preferensi Bersaing Kesulitan yang tak terduga : Bekerja
sama dengan klien untuk mengembangkan rencana untuk menghindari
tuntutan dan preferensi yang bersaing g. Evaluasi yang sedang berlangsung :
Tindak lanjut untuk melihat apakah rencana berhasil. Rencana selengkapnya
sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai