Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu :
Ns. Rina Fera Dwianti Kastino, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1
HORIZON UNIVERSITY INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya makal
mengenai Interaksi Sosial Di Rumah Sakit ini bisa terselesaikan Ucapan terima kasih kepada
teman teman yang telah banyak memberikan bantuan sehingga makalah ini selesai tepat
waktu. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Promosi Kesehatan, harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu
Kami sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah iniDemikian akhir kata dari kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya masyarakat umum sehingga dapat menambah wawasan ilmu serta menghasilkan
generasi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Karawang, 12 Oktober
2
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….......5
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MODEL TEORI DARI NOLA J. PENDER……………………………..6
2.2 INTEGRASI MODEL TEORI DARI NOLA J. PENDER………………………..7
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI NOLA J. PENDER…………...7
2.4 PERAN PERAWAT MENURUT TEORI NOLA J. PENDER……………………...9
2.5 KONSEP TUBERKULOSIS MENURUT TEORI NOLA J.
PENDER……………..9
3
BAB 1
PEMBAHASAN
4
2.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep model teori dari Nola J. Pender ?
2. Apa yang dimaksud dengan integrasi model teori dari Nola J. Pender ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan menurut teori Nola J. Pender ?
4. Bagaimana peran perawat menurut teori Nola J. Pender ?
5. Bagaimana konsep Tuberkolosis menurut teori Nola J. Pender ?
2.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep model teori dari Nola J. Pender
2. Untuk mengetahui integrasi model teori dari Nola J. Pender
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan menurut teori Nola J. Pender
4. Untuk mengetahui peran perawat menurut teori Nola J. Pender
5. Untuk mengetahui konsep Tuberkolosis menurut teori Nola J. Pender
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya dan
fisik.
3. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu ilmu yang memiliki peran untuk berkolaborasi dengan
individu, keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan kondisi
kesehatan yang optimal dan sejahtera.
4. Kesehatan
Kesehatan merupakan kehidupan yang terus berkembang berdasarkan pengalaman.
Kesehatan sebagai aktualisasi yang melekat, perilaku hidup, kemampuan untuk
melakukan perawatan diri, kepuasan terhadap hubungan dengan orang lain yang terus
mengalami perkembangan dan selaras dengan lingkungan (Lestari, L.2018).
7
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian terhadap individu, keluarga, ataupun komunitas
mengenai proses terjadinya penyakit secara aktual dan potensial.
3. Intervensi
Menurut Nola J Pender intervensi keperawatan yaitu proses kognitif yang mendasari
diantaranya karakteristik dan pengalaman individual, perilaku spesifik, pengetahuan dan
sikap individu (Mutiara, 2018).
Berdasarkan komponen paradigma menurut Nola J. Pender perawat memiliki peran
untuk membantu pasien agar dapat membentuk perilaku positif bagi masa depan
memfokuskan pada manfaat perilaku positifnya tersebut. Selain itu perawat juga bertugas
untuk membantu pasien mengatasi hambatan pada saat melakukan peningkatan perilaku
positif melalui pengalaman yang berhasil dan umpan balik yang positif. Kemudian untuk
menerapkan promosi kesehatan atau penyuluhan perawat dapat menggunakan strategi yang
tepat agar dapat diterima dengan baik. Strategi yang digunakan adalah menggunakan model
HPM Pender. Berikut bagan yang dapat digunakan untuk menerapkan strategi model HPM
Pender.
Bagian tersebut bisa dijadikan acuan saat melakukan promosi kesehatan, dengan cara pertama
mengobservasi perilaku sebelumnya atau alasan sescorang memiliki perilaku terkait yang
kurang baik. Kedua, observasi hambatan seseorang tidak melakukan perilaku keschatan.
Setelah itu berikan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh klien. Terakhir, berikan
promosi keschatan agar klien mendapat solusi yang tepat untuk kesehatannya.
Contoh integrasi teori Health Promotion Model (HPM) dalam keperawatan yaitu
seperti pada pendekatan HPM terhadap masalah anemia pada remaja putri. Menurut
penelitian Gustina (2022), teori HPM sangat efektif diterapkan pada masalah anemia remaja
putri. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan melakukan observasi karakteristik dan
pengalaman remaja putri yakni seperti mengkaji kebiasaan remaja putri dalam mengkonsumsi
8
lauk hewani seperti daging dan telur. Selain itu kaji faktor personal biologis yaitu remaja
putri yang sedang mengalami pubertas yakni menstruasi. Kemudian kaji perilaku spesifik,
pada penelitian discbutkan beberapa perilaku spesifiknya yaitu masih rendahnya tingkat
kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi TDD (Tablet 'Tambah Darah) juga masih
kurangnya sosialisasi yang diberikan. Solusi yang diberikan yaitu dengan meningkatkan
sosialisasi melalui dorongan interpersonal seperti melibatkan guru dan orang tua dalam
kegiatan sosialisasi dan dorongan situasional dengan meningkatkan persepsi remaja terkait
anemia. Luaran perilaku yang diharapkan yaitu meningkatnya tingkat kepatuhan remaja putri
dalam konsumsi TDD (Gustina, 2022).
9
kejadian penyakit TBC masih tergolong tinggi dan masuk dalam 10 penyebab kematian di
Indonesia. Selain tinggi nya kasus baru pada penyakit TBC terdapat juga kasus gagal
pengobatan sehingga klien masuk dalam kategori Multi Drug Resistance (MDR) dan
memerlukan pengobatan yang lebih intensif dan pengawasan yang lebih ekstra dari keluarga.
Oleh karena tingginya kasus TBC ini sehingga sampai dengan saat ini TBC masih menjadi
perhatian utama dunia dan Indonesia dalam SDGs (Sustainability Development Goals). Hal
ini didukung oleh penelitian Tadele. dimana banyaknya kasus TBC terjadi karena pasien tidak
menyelesaikan pengobatan selama enam bulan dengan meminum obat TBC dan tidak
menyadari pentingnya pemeriksaan sputum untuk mengurangi resiko kejadian
berkembangnya Multidrug resistant (MDR–TBC) dan berkembangnya MDR yang masif dan
kekambuhan penyakit yang diderita. Hal ini didukung oleh kurang adanya pengetahuan
masyarakat tentang TBC, proses pengobatan TBC dan faktor ekonomi seperti yang terjadi di
wilayah papua dengan masalah kesulitan akses untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan
karena faktor jarak yang jauh.
Pengobatan TBC ditentukan keberhasilan pengobatan yang dijalankan oleh klien
TBC melalui program Direct Observation Short Course Theraphy (DOTS) melalui
pengobatan selama enam bulan. Pengobatan dengan pendekatan DOTS merupakan
pengobatan yang dilakukan di Indonesia oleh karena hal tersebut merupakan rekomendasi
WHO yang menekankan pada efektifitas pencegahan maupun pengobatan Hal ini
menekankan bahwa pengobatan melalui program DOTS yang dilakukan pada dasarnya
sangat mendukung proses kesembuhan dari klien TBC akan tetapi faktor dari klien sendiri
yang seringkali menjadikan pengobatan itu tidak berhasil bahkan mengarah pada MDR TBC
dan komplikasi lanjut terjadinya kematian klien dengan TBC. Faktor pengetahuan dari klien
ikut mendukung program keberhasilan terapi.
Faktor lain yang menyokong ketidakberhasilan pengobatan TBC adalah tingkat
Pendidikan, kesulitan untuk melakukan monitoring klien TBC, pengetahuan tidak hanya
tentang penyakit tetapi pengetahuan tentang instruksi proses pengobatan yang dijalankan.
Ketidaktahuan tentang penyakit akan berhubungan dengan kepatuhan untuk meminum obat
TBC serta tidak akan mengikuti proses pengobatan dengan tepat waktu dimana akan
menjadikan klien MDR TBC. MDR TB sangat berhubungan erat dengan kematian selama
klien TBC menjalani pengobatan. Status Pendidikan yang rendah, episode pengobatan yang
gagal dalam jumlah yang besar, riwayat Diabetes Melitus dan infeksi HIV secara bebas
berhubungan dengan kematian klien dengan MDR TB.
10
Keberhasilan pengobatan TBC memerlukan kerjasama yang baik antara klien TBC
dengan petugas kesehatan yang selaras dengan kebudayaan setempat, sikap dari klien,
dukungan keluarga dan petugas kesehatan yang ada. 10 Kepatuhan klien dalam menjalani
pengobatan dan adanya system monitoring yang tepat bagi petugas kesehatan dapat
membantu mengarahkan pada pencegahan dari kejadian MDR TBC. Peningkatan perilaku
kepatuhan dari klien merupakan dasar bagi kesuksesan yang dapat dicapai dari kerjasama
anggota anggota tim pengobatan dan klien itu sendiri. The Health Promotion Model (HPM)
adalah adaptasi keperawatan pada model the health belief model. HPM focus pada
karakteristik individu dan pengalaman seperti hal nya pemikiran yang berfokus pada perilaku
dan hasil kegiatan. Memasukkan model HPM pada perilaku kepatuhan dapat menjadi satu
bagian dinding untuk melakukan blok dalam suksesnya perubahan perilaku kesehatan. HPM
Model merupakan seni dan ilmu untuk mendampingi klien untuk dapat beradaptasi untuk
berubah dan meningkatkan gaya hidup selama dalam proses untuk mencapai kesehatan yang
optimum dalm hal ini proses pengobatan untuk kesembuhan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif dan
preventif Nolla. J Pender telah menghasilkan sebuah karya fenomenal tentang "Health
Promotion Model" atau model promosi kesehatanDimana model tersebut menggabungkan 2
teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive
theory) yang
konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis dan ekonomis.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang lebih sehat,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan masyarakat,
mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat.
Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, linkungan dan
masyarakat dimana mereka perlu hidup.
Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi
manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini
mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif sosial (Social
Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang
holistik.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan. Dengan usaha yang
sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data untuk dapat menyelesaikan makalah
ini.
2. Pendidikan
12
Pada Prodi Keperawatan, khususnya perpustakaanagar dapat menyediakan buku-buku yang
sudah mengalami perubahan-perubahan yang lebih maju sehingga buku tersebut bukan saja
sebagai sumber ilmu tetapi dapat dijadikan sumber referensi untuk materi makalahKhususnya
untuk makalah-makalah yang akan dijadikan makalah selanjutnya
3 Perawat
Sebagai pelaku kesehatan dan penyuluh kesehatan diharapkan dapat memberikan contoh
dalam melakukan perubahan perikaku sehat untuk diri sendiri, keluarga, dan
masyarakatDalam Promosi Kesehtan sangat diperlukan peran perawat dan dapat diterapkan
pada seluruh subjek keperawatan individu, keluarga, kelompok maupun komunitas
13
DAFTAR PUSTAKA
Endang Triyanto, A. I. (2 Juli 2012). PENGARUH APLIKASI HEALTH PROMOTION MODEL TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS KELOMPOK PEDUDLI HIPERTENSI. Reference Jurnal Keperawatan
Soedirman , 8.
Gustina, N. Z. (2022). Pendekatan Model Promosi Kesehatan Pender Terhadap Masalah Anemia.
Jurnal Pustaka Keperawatan, 8.
Prasetyo, W. (2020). Analisis Faktor Kegagalan Pengobatan Tuberkulosis Berdasarkan Teori Health
Promotion Model. Reference Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 7.
14