Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL MEDIKAL KEPERAWATAN JIWA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh :

Ayuni Indah Dewi L 20101440120017


Hanifah Rahma N 20101440120047
Muhammad Lutfi 20101440120059
Riska Anggraini 20101440120077
Yesi Puspitasari 20101440120095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

1
2022

KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tepat
pada waktunya.  Shalawat  dan  salam  selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW. 
Berkat rahmat-Nya penyusun mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan jiwa
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan Model Medikal
Keperawatan Jiwa yang penyusun sajikan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah
ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.

Semarang, 20 September 2022

Kelompok 6

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan aktivitas berfikir
yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok,
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik (Potter & Perry,
2015). Model konseptual keperawatan digunakan dalam memberikan pengetahuan untuk
meningkatkan praktik, penentu penelitian serta mengidentifikasi bidang dan tujuan dari praktik
keperawatan (Potter & Perry, 2015).
Pada umumnya, tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan jiwa melakukan praktek
dalam kerangka model konseptual. Perawat jiwa dapat bekerja lebih efektif jika tindakan mereka
didasari pada suatu model yang mengenali adanya sehat atau sakit sebagai hasil dari berbagai
karakteristik individu yang berinteraksi dengan faktor lingkungan (Sundeen & Stuart, 2012).
Salah satu model konseptual dalam keperawatan jiwa adalah model medical. Model
medical ini fokusnya pada diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan berdasarkan
diagnosis. Pada model ini, gangguan perilaku disebabkan oleh penyakit biologis. Gejala-gejala
yang timbul sebagai akibat dari kombinasi faktor-faktor fisiologik, genetic, lingkungan dan
sosial. Perilaku menyimpang berhubungan dengan toleransi pasien terhadap stress. Diagnosis
penyakit pada model ini dilandasi oleh kondisi yang ada dan informasi historis serta pemeriksaan
diagnostic. Pengobatan pada mosel medical ini berupa terapi somatik dan farmakologik selain
berbagai teknik-teknik interpersonal. Fungsi model medical adalah mengobati yang sakit dan
proses pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya (Sundeen & Stuart,2012).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memahami model konseptual keperawatan jiwa khususnya model medical
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa yaitu model medical

3
c. Mengaplikasikan model konseptual keperawatan jiwa yaitu model medikal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Konseptual Keperawatan Jiwa


2.1.1 Model Konseptual
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,
menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma, dan
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang
menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan
masalah. (Hidayat, 2016 )
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2012 ).

2.1.2 Model Konseptual dalam Keperawatan


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka
peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan
tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2012).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu
keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik.
Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga
perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana
4
konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang
meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya
sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien)
(Marriner-Tomey, 2014, dalam Nurrachmah, 2015)
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2011 )
a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial
yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan
fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan
dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem
perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2014, dalam Nurrachmah, 2015).

2.1.3 Model Konseptual Praktik


Pada umumnya tenaga kesehatan mental melakukan praktik dalam kerangka model
konsepsual. Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang
kompleks seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model ini
membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi, juga cara
untuk mengevaluasi keberhasilan penanggulangan. Model dan teori yang terkait pandangan
tentang penyimpangan perilakunya, proses terapeutik, dan peran pasien dan ahli terapi.
Asuhan yang kompeten bagi perawat jiwa sebagai berikut:
1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasi, mengkaji, negosiasi, serta
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.

5
4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, serta
teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik
7. Mengelola dan mengoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

2.2 Model Konseptual Keperawatan Jiwa Model Medikal


2.2.1 Pengertian Model Medikal
Model medikal mengacu pada perawatan psikiatri yang didasarkan pada hubungan
dokter-pasien. Ini berfokus pada diagnosis penyakit mental, dan pengobatan selanjutnya
didasarkan pada diagnosis ini. Perawatan somatik, termasuk farmakoterapi dan electroconvulsive
adalah komponen penting dari proses pengobatan. Aspek interpersonal model medis sangat
bervariasi, dari wawasan intensif berorientasi intervensi untuk sesi singkat yang melibatkan
manajemen medis obat. (Stuart dan Larai, 2011)
Sebagian besar perawatan psikiatri modern didominasi oleh model medis. Profesional
kesehatan lainnya mungkin terlibat dalam rujukan antar, penilaian keluarga, dan pengajaran
kesehatan, tapi dokter dilihat sebagai pemimpin tim di bawah model ini. Elemen model lain
perawatan dapat digunakan bersama dengan model medis. Misalnya, pasien dengan schzophrenia
dapat diobati dengan obat fenotiazin. Pasien ini dapat juga diberikan dalam supportivetherapy
untuk mengembangkan skiils sosial adaptif. (Stuart dan Larai, 2011 )
Sebuah kontribusi positif dari model medis telah menjadi eksplorasi terus menerus untuk
penyebab penyakit mental yang menggunakan proses ilmiah. Baru langkah besar telah dibuat
untuk belajar tentang fungsi sistem otak dan saraf. Kemajuan ini telah menyebabkan pemahaman
tentang komponen fisiologis kemungkinan gangguan perilaku dan lebih banyak perawatan
psikiatris efektif (Stuart , 2012 )

6
Model yang dikemukakan oleh Meyer, Kraeplin, Spitzer dan Frances ini mengemukakan
bahwa prilaku disebabkan oleh penyakit biologis. Gejala-gajala ini timbul akibat kombinasi
faktor-faktor fisiologis, genetik, lingkungan, dan social. Prilaku menyimpang berhubungan
dengan toleransi pasien terhadap stress (Stuart & Laraia , 2011 ).
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor yang kompleks
meliputi: aspekfisik, genetik, lingkungan dan faktorsosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapisomatik, farmakologikdanteknik
interpersonal. Diagnosa penyakit didasarkan pada kondisi yang ada dan informasi historis serta
pemeriksaan diagnostik. Pengobatan meliputi terapi somatik dan farmakologis selain berbagai
teknik interpersonal. Peran pasien disini mengikuti program terapi yang dianjurkan dan
melaporkan efek terapi kepada ahli terapi. Pasien menjalani terapi jangka panjang jika
diperlukan. Ahli terapi menggunakan terapi somatik dan terapi interpersonal. Ahli terapi
menegakkan diagnosis penyakit dan menentukan pendekatan terapeutik (Stuart & Laraia ,
2011 ).
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan
mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan (Stuart &Laraia , 2011).
Menurut Meyer dan Kreplin, konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifaktor yang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial. Sehingga
fokus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik,
farmakologi, dan tehnik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang, terapist berperan dalam
pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa dan menentukan jenis
pendekatan terapi yang digunakan (Yosep , 2013 )

2.2.2 Dilihat Dari Penyimpangan Perilaku


Model medis mengusulkan bahwa perilaku menyimpang merupakan gejala dari gangguan
sistem saraf pusat. Andreasen menulis "penyakit mental benar-benar gangguan saraf”. Suatu
masalah yang terjadi ketika saraf otak cedera begitu parah sehingga kapasitas penyembuhan
internal tidak dapat memperbaikinya. Daftar beberapa jenis gangguan otak yang dapat
7
menyebabkan penyakit mental diantaranya hilangnya sel saraf, defisit dalam transmisi kimia,
pola abnormal dari sirkulasi otak, masalah di pusat-pusat perintah di otak, dan gangguan dalam
pergerakan pesan di sepanjang saraf. (Stuart, 2012 )
Saat ini sifat yang tepat dari gangguan fisiologis belum dipahami dengan baik.
Diperkirakan bahwa gangguan seperti gangguan bipolar, depresi berat dan skizofrenia
melibatkan kelainan dalam transmisi impuls saraf. Hal ini juga dapat diketahui bahwa masalah
ini terjadi pada tingkat sinaps dan melibatkan zat kimia saraf seperti dopamin, serotonin, dan
norepinefrin. (Stuart, 2012 )
Banyak penelitian yang melibatkan otak dalam respons emosional berlangsung. Cabang
lain penelitian berfokus pada stres dan respon manusia terhadap stres. Para peneliti bertanya,
"mengapa beberapa orang tampaknya mentolerir stres yang besar dan terus berfungsi dengan
baik, sedangkan yang lain berantakan ketika masalah kecil muncul?" Para peneliti menduga
bahwa manusia memiliki ambang stres fisiologis yang mungkin secara genetik ditentukan.
Bidang-bidang penelitian yang lebih baik dapat memandu pengobatan di masa mendatang (Stuart
, 2012 ).
Akibat manifestasi penyakit, kerusakan sistem persyarafan, ketidakseimbangan
hormonal. Faktor lingkungan dan sosial dianggap sebagai faktor pencetus dan faktor pendukung.
Faktor genetik dianggap cukup berperan. Penyimpangan perilaku karena klien tidak mampu
bertoleransi terhadap stres(Stuart & Laraia )

2.2.3 Proses Terapi Medis


Proses terapi medis didefinisikan dengan baik dan akrab bagi kebanyakan pasien.
Pemeriksaan pasien meliputi sejarah penyakit ini, sejarah sosial, sejarah medis, kajian sistem
tubuh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental. Data tambahan dapat dikumpulkan dari
orang lain yang signifikan, dan catatan medis ditinjau jika tersedia. Diagnosis kemudian
dirumuskan, sambil menunggu penelitian lebih lanjut diagnostik dan pengamatan perilaku
pasien. Proses ini dapat terjadi pada rawat jalan atau rawat inap secara, tergantung pada kondisi
pasien. (Stuart, 1998 )
Diagnosis diklasifikasikan menurut manual diagnostik dan statistik gangguan mental,
edisi keempat (DSM-IV) dari asosiasi psikiatris amerika. Nama – namapenyakit yang disertai
dengan penjelasan kriteria diagnostik, terkait fitur umum medis dan psikiatris, diagram
8
menunjukkan longitudinal dari gangguan, dan jenis kelamin tertentu, umur, dan aspek budaya
dari masing – masing penyakitnya. Perubahan dalam manual mencerminkan perubahan dalam
model medis perawatan kejiwaan. DSM pertama kali diterbitkan pada 1952, dan DSM-IV, yang
diterbitkan pada tahun 1994. (stuart:2012 )

Model (ilmuwan Pandangan tentang Proses terapeutik Peran pasien dan


terkemuka) penyimpangan terapis
perilaku

Medik (Mayer, Gangguan perilaku Diagnosis penyakit Pasien mempraktikkan


Kraeplin, disebabkan oleh dilandasi oleh kondisi regimen terapi yang
Spitzer, Frances) penyakit biologis. yang ada dan dianjurkan dan
Gejala-gejala timbul informasi historis melaporkan efek terapi
sebagai akibat dari serta pemeriksaan kepada dokter. Pasien
kombinasi faktor-faktor diagnostik. menjalani terapi
fisiologik, genetik, Pengobatan meliputi jangka panjang apabila
lingkungan, dan sosial. terapi somatik dan diperlukan.
Perilaku menyimpang farmakologik selain
berhubungan dengan berbagai teknik-
toleransi pasien terhadap teknik interpersonal.
stress.
Terapis menggunakan
kombinasi terapi
somatik dan terapi
interpersonal. Terapi
menegakkan diagnosis
penyakit dan
menentukan
pendekatan terapeutik.

9
Medis (Mayer, Kraeplin)
Menurut konsep ini, gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor yang kompleks,
meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial sehingga focus penatalaksanaanya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologi, dan teknik
interpersonal. Perawat berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik
dan terapi jangka panjang. Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnosis, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

2.2.4 Terapi Yang Dapat Diberikan serta Peran Perawat


Disini adalah beberapa terapi yang bisa diberikan kepada klien yang mengalami
gangguan dengan model konseptual medikal, serta beberapa peran perawat didalamnya (Stuart,
2012 ) :
a. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.
Jenis terapi somatik pd klien gangguan jiwa antara lain:
1. Pengekangan
Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan mekanik, seperti manset utk
pergelangan tangan & pergelangan kaki, serta seperai pengekang, begitu pula isolasi,
yaitu dengan menempatkan pasien dlm suatu ruangan dimana dia tdk dpt keluar atas
kemauannya sendiri.
a) Indikasi Pengekangan
· Perilaku amuk
· Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
· Ancaman terhadap infegritas fisik
· Permintaan pasien utk pengendalian perilaku eksternal
b) Pengekangan dengan Seprei Basah dan Dingin

10
Pasien dpt diimobilisasi dgn membalutnya seperti mummi dalam lapisan seprei dan
selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas seprei yg telah direndam dalam air es.
Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan.

2. Isolasi
Menempatkan pasien dalam suatu ruang di mana dia tidakdapat keluar dari ruangan
tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan
dalam ruangan yang tertutup, tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruang
terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang dibatasi, &
pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal
kurang dapat diterima & hanya digunakan untuk melindungi pasien aiau orang lain.
a) Indikasi penggunaan:
Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan pasien atau orang lain dan
tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengekangan yang longgar,
seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
b) Kontraindikasi adalah:
1. Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic
2. Risiko tinggi untuk bunuh diri
3. Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
4. Hukuman.

3. Terapi Kejang Listrik


Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang pada satu atau dua "temples." Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan
rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien tergantung ; pada masalah pasien dan respons
terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Rentang jumlah yang paling umum
dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif antara enam sampai 12 kali, sedangkan
pada pasien skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali
seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih jarang atau
lebih sering.

11
Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa kondisi
merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT.

a) Kondisi – kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah:


1. Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
2. Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
3. Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya
fraktur tulang.
4. Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
5. Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.

b) Indikasi penggunaan adalah:


1. Penyakit depresi berat yang tidak berespons terhadap obat antidepresan atau pada
pasien yang tidak dapat menggunakan obat
2. Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat
3. Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk
dapat mencapai efek terapeutik
4. Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek terapi
pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan selama kehamilan

4. Fototerapi
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien
biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien berespon
kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan
pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga ditentukan oleh
kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang
diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi
dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari.
12
Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien
membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi
dihentikan. Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.
a) Indikasi :
Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien akibat perubahan
cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan atau musim
dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerus yang bisa mencetuskan
depresi pada beberapa orang.
b) Mekanisme Kerja :
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap terang pd
kondisi biologis. Dgn adanya cahaya terang terpapar pd mata akan merangsang sistem
neurotransmiter serotonin & dopamin yg berperanan pd depresi.
c) Efek Samping :
Kebanyakan efek samping yg terjadi meliputi ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat
terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari hidung
dan sinus.

5. Terapi deprivasi tidur


Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kpd klien degn cara mengurangi
jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami
perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama
penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
a) Indikasi : Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
b) Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang
berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.
c) Efek Samping :
Klien yg didiagnosa mengalami gang. efektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dpt
mengalami gejala mania.

b. Peran Perawat dalam Terapi psikofarmalogi (Stuart, 2012 )


13
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pskofarmakologis yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik
pada asuhan pasien. Peran perawat mengikuti hal-hal sebagai berikut:
1) Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang
masing-masing pasien
2) Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi
pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien.
3) Pemberian agens psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara
profesional dan bersifat individual.
4) Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek sampng yang
dapat dialami pasien.
5) Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan
efektif.
6) Program rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien disuatu tantangan
perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
7) Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat. Perawat
merupakan anggota tim yang penting dalam peneitian obat yang digunakan untuk
mengobati pasien gangguan jiwa.
8) Kewenangan untuk memberikan resep. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang-undang praktik
negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan
memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual keperawatan
merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat
di dalamnya. Model medikal mengacu pada perawatan psikiatri yang didasarkan pada hubungan
dokter-pasien. Ini berfokus pada diagnosis penyakit mental, dan pengobatan selanjutnya
didasarkan pada diagnosis ini. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang.

3.2 Saran
Perawat digarapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa khususnya
model medical dalam merespon setiap perilaku pasien dengan melakukan komunikasi terapeutik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:

EGC

Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &

Praktik. Jakarta: EGC

Stuart Gail. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa.edisi 5.Jakarta:EGC

Stuart dan Larai.2011.Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis Mossour:Westline

Industrial Drive.

Yosep Iyus.2009.Keperawatan Jiwa. Bandung:Refika aditama

Nurgiwiati, (2015), Terapi Alternatif & Komplementer Dalam Bidang Keperawatan.

http://ners-novriadi.blogspot.com/2012/07/konseptual-model-keperawatan-jiwa-model.html?

m=1

16

Anda mungkin juga menyukai