Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEPTUAL MODEL DALAM KEPERAWATAN JIWA TERMASUK


PREVENSI PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Dosen Pembimbing : Ns. Tria Monja Mandira S.Kep, M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Anisa Fitri Lestari (191030100310) 5. Pinta Ully . R (191030100303)


2. Dinda Rahmadia (191030100293) 6. Siti Nurhaliza (191030100295)
3. Dita Herlina Ferdian (191030100311) 7. Syena Tania . V (191030100300)
4. Mitha Vanya Irawan (191030100325)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA

2020/2021

Jl. Surya Kencana No.1 Kota Tangerang Selatan-Banten


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang “Konseptual Model dalam Keperawatan Jiwa Termasuk Prevensi
Primer, Sekunder, dan Tersier”. Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang
penulis dapat dari berbagai sumber. Penulisan materi menggunakan langkah-langkah dan metode
yang sistematis dan simple, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahaminya.

Dalam penyelesaian makalah, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya pengalaman dan masih terbatasnya pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak
kekurangannya.

Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa/i yang pengetahuannya belum luas dan masih
perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, sehingga makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif
agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Pamulang, Maret 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………….……………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………...……………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Model Konseptual Keperawatan Jiwa ................................................................................. 3


B. Model Konseptual Keperawatan Jiwa .................................................................................. 4
C. Prevensi Primer, Sekunder, dan Tersier ............................................................................... 8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpluan......................................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisikonsep-konsp yang saling
terkait dan saling terorganisasi guna melihathubungan dan pengaruh logis antar konsep.
Model konseptual jugamemberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa yang dilihat
danmemberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untukmenanyakan tentang
kejadian serta menunjukkan suatu pemecahanmasalah (Potter&perry, P 270, 2005).Model
konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangkarancangan terstruktur untuk
melakukan praktik pada setiap tenagakesehatan mental.
Hal ini merupakan upaya yang dilakukan baik olehtenaga kesehatan mental maupun perawat
untuk menolong seseorangdalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui
mekanismepenyelesaian masalah yang positif untuk mengatasi stresor atau cemasyang
dialaminya. Perawat psikiatri dapat bekerja lebih efektif bila tindakanyang dilakukan
didasarkan pada suatu model yang mengenali keberadaansehat atau sakit sebagai suatu hasil
dari berbagai karakteristik individu yangberinteraksi dengan sejumlah faktor di lingkungan
(Videbeck, 2008).
Model konseptual keperawatan jiwa khususnya model komunikasimerupakan suatu
hubungan interaksi manusia sebagai proses interpersonal.Model komunikasi ini
memprediksi perilaku dalam hal pengetahuan tentangmanfaat dan ancaman bagi kesehatan
dan jiwanya. Untuk memotivasiseseorang dalam pengambilan keputusan untuk
mempertahankankesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi (Fitzpatrick, 1989).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi model konseptual?
2. Apa saja macam-macam model konseptual?
3. Prevensi primer, sekunder, dan tersier?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi model konseptual.
2. Untuk mengetahui macam- macam model konseptual.
3. Untuk mengetahui prevensi primer, sekunder, dan tersier .

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Konseptual Keperawatan Jiwa


Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).

Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks
seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model ini
membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi juga cara
untuk mengevaluasi keberhasilan penanggulangan (Stuart dan sundeen, P 32,1998).

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan
atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang
adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan
jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teori merupakan aktivitas berpikir
yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok,
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan displin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu
3
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori mempunyai konstribusi
pada pembentukan dasar praktik keperawatan ( Chinn& Jacobs, 1995).

B. Model Konseptual Keperawatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).

Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana perawat
membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif
di masyarakat.”

Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak terjadi ganguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang
bersangkutan. Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa merupakan
kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut Yahoda,
kesehatan jiwa adalah keadaan yg dinamis yang mengandung pengertian positif, yang dapat
dilihat dari adanya kenormalan tingkah laku, keutuhan kepribadian, pengenalan yang benar
dari realitas dan bukan hanya merupakan keadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan
kelainan jiwa.

Model-model Praktek Keperawatan Jiwa:

1. Model Psikoanalisa
a. Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang
meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada
perkembangan pada anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas

4
perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak merupakan simbul dari
konflik.

b. Proses Terapi
1) Memakan waktu yang lama
2) Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan
perilaku, mengguakan transferens untuk memperbaiki masa lalu
,mengidentifikasi area masalah.
c. Peran Pasien Dan Terapis
1) Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
2) Terapis : mengupayakan perkembangan transferens menginterpretasikan pikiran
dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik.
2. Model Interpersonal
a. Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini menyakini bahwa
perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Menurut Sulivan indivdu
memadang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya , maksudnya
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup proses intrepersonal perawat klien dan
masalh kecemasan yang terjadi akibat sakit.

Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :

1) Orientasi

Perawat klien melakukan kontrak awal untuk BHSP dan terjadi proses
pengumpulan data

2) Identivikasi

Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep

3) Eksplorasi

5
Perawat memberi gambaran kondisi klien

4) Resolusi

Perawat memandirikan klien.

b. Proses terapi
1) Mengeksplorasi proses perkembangan
2) Mengoreksi pengalaman interpersonal
3) Reduksi
4) Mengembangkan hubungan saling percaya
c. Peran pasien dengan terapis
1) Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
2) Terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati
dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
3. Model Sosial
a. Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus
hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dan lingkungan dapat
terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa
,sedih,sepi,kurang kesadaran diri yang mnecegah partisipasi dan penghargaan pada
hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan
nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.
b. Proses terapi
1) Rational emotive therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawabtrehadap perilakunya. Klien
didorong menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang
dilakukan.
2) Terapi logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan , karena tanpa
arti berarti eksis. Tujuannya agara induvidu sadar akan tanggung jawabnya.
3) Terapi realitas

6
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk
mencapainya. Klien didasarkan akan alternatif yang tersedia.
c. Peran pasien perawat
1) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
2) Terapis :
a) Membantu pasien untuk mengenali diri.
b) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi.
c) Mengenali pasien tentangperasaan tulus.
d) Memperluas kesadaran diri pasien.
4. Model eksistensi

Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan
akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.

5. Model komunikasi

Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik
verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi
mengakibatkan kecemasan dan frustasi.

6. Model behavioral

Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua perilaku itu
dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini
terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku
membuat perubahan pada kognitif dan afektif.

7. Model medical

Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor yang kompleks
meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologi, dan teknik interpersonal.

7
8. Model keperawatan

Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers.
Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat
holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku,
menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela
klien.

C. Prevensi Primer, Sekunder, dan Tersier


Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin praevenire, yang artinya“datang
sebelum” atau “antisipasi “mempersiapkan diri sebelum terjadi sesuatu” atau “mencegah
untuk tidak terjadi sesuatu”. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi dimaknakan
sebagai upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.

Prevensi kesehatan mental didasarkan atas cara kerja usaha pencegahan kesehatan
masyarakat. Hanya saja, dalam kesehatan masyarakat. Dalam masyarakat, prevensi
mengandung arti untuk mengendalikan penyakit. Sementara dalam bidang psikiatri dan
kesehatan mental masyarakat, pengendalian penyakit hanyalah salah satu dari berbagai
target yang hendak dicapai. Prevensi mencakup pencegahan terhadap kondisi yang lain.
Seperti: tidak berfungsinya adaptasi (adaptive dysfunction), penyimpangan sosial (social
deviation), dan hendaya dalam perkembangan( developmental impairment) (adler, 1978).
Terdapat tiga macam prevensi, yaitu: prevensi primer, prevensi sekunder, prevensi tersier.

1. Prevensi Primer

Usaha yang lebih progresif lagi dalam usaha pencegahan kesehatan mental adalah dengan
mencegah terjadinya suatu gangguan dalam masyarakat. Jadi kesehatan mental
masyarakat diproteksi sehingga tidak terjadi suatu gangguan. Hal demikian ini akan lebih
baik jika dibandingkan dengan melakukan penanganan setelah terjadi. Prevensi jenis ini
desebut sebagai prevensi primer.

8
a. Prevensi primer merupakan aktivitas yang didesain untuk mengurangi insidensi
gangguan atau kemugkinan terjadi insiden dalam resiko. Tujuan prevennsi primer
ada dua macam: Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
b. Menunda atau mneghindari munculnya gangguan mental. Menurut cowen
(shaw,1984) secara prinsipil prevensi primer dibatasi sebagai berikut:
1) Prevensi harus lebih berorientasi pada kelompok masyarakat daripada secara
individual, meskipun untuk beberapa aktivitas dapat merupakan kontak
individual
2) Prevensi harus suatu kualitas dari fakta-fakta sebelumnya, yaitu ditargetkan pada
kelompok yang belum mengalami gangguan.
3) Prevensi primer harus disengaja, yang bersandar pada dasar-dasar pengetahuan
yang mendalam yang termanifestasi ke dalam program-program yang ditentukan
untuk meningkatkan kesehatan psikologisnya atau mencegah perilaku
maladaptive.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk melakukan program prevensi ini, yaitu
memodifikasi lingkungan dan memperkuat kapasitas individu atau masyarakat dalam
menangani situasi.

2. Prevensi Sekunder
Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin secepatnya dicegah, dengan
jalan mengurangi durasi suatu gangguan. Jika suatu gangguan misalnya berlangsung
dalam durasi satu bulan, maka sebaliknya dicegah dan diupayakan diperpendek durasi
gangguan itu. Pencegahan ini disebut dengan prevensi sekunder. Prevensi sekunder
berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi durasi kasus gangguan
mental. Gangguan mental yang di alami ini baik karena kegagalan dalam usaha
pencegahan primer maupun tanpa adanya usaha pencegahan primer sebelumnya. Sesuai
dengan sekunder ini, maka saran pokoknya adalah penduduk atau sekelompok populasi
yang sudah menderita suatu gangguan mental. Dengan memperpendek durasi suatu
gangguan mental yang ada di masyarakat, maka dapat membantu mengurangi angka
prevalensi gangguan mental dimasyarakat.
3. Prevensi Tersier

9
Orang yang mengalami gangguan, apalagi gangguan itu sampai pada terganggunya
kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan prevensi untuk:
a. Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
b. Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan
c. Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prevensi jenis ini yang disebut
sebagai prevensi tersier

Sasaran dalam prevensi tersier ini adalah kelompok masyarakat yang mengalami
gangguan yang bersifat jangka panjang atau orang yang telah mengalami gangguan
mental yang akut dan berakibat penurunan kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja,
hubungan social, maupun personalnya.

Prevensi tersier memiliki pengertian yang sama dengan rehabilitasi. Namun penekanan
kedua hal ini berbeda. Menurut caplan (1963), rehabilitasi lebih bersifat individual dan
mengacu pada pelayanan medis. Sementara prevensi tersier lebih menekankan pada aspek
komunitas, sasarannya adalah masyarakat dan mencakup perencanaan masyarakat
logistic. Tentunya dalam prevensi tersier merupakan intervensi yang anti-hospitalisasi.

Prevensi tersier ini diberikan pada kepada orang yang sakit dan terjadi penurunan
kemampuan ata fungsi social dan personalnya. Adalah terlalu mahal biaya secara
ekonomi, social dan personal jika penanganan kesehatan mental dilakukan hanya dengan
prevensi tersier ini. adalah lebih efisien jika dilakukan sebelum penderita mengalami
penurunan kemampuan itu. Karena itu ada alternative yang lebih baik untuk melakukan
pencagahan, yaitu dengan prevensi sekunder.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpluan
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan management,
bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan. Model konseptual keperawatan
merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan
perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang
terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan. Model konseptual keperawatan kesehatan jiwa terdiri dari 8 model yang
terdiri dariModel Psikoanalisa, Model Perilaku, Model Eksistensi, Model Interpersonal,
Model Medikal, Model Komunikasi, Model Keperawatan, dan Model Sosial.

B. Saran
1. Mahasiswa
Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita dalam memahami teori
peplau mengenai konseptual model keperawatan jiwa interpersonal, Sehingga kedepan
nanti kita bisa berkerja dengan baik, dan hubungan interpersonal yang kita lakukan baik.
Sehingga kita bisa memberikan keperawatan yang baik kepada pasien.
2. Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model
keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
3. Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial
maupun gangguan jiwa.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/41883/3/jiptummpp-gdl-hartatikus-47374-3-bab2.pdf
http://eprints.umm.ac.id/42098/3/jiptummpp-gdl-imeldasulf-49052-3-bab2.pdf
https://id.scribd.com/document/427584540/Konseptual-Model-Dalam-Keperawatan-Jiwa-
Termasuk-Prevensi-KLMPK-2
http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/07/konseptual-model-keperawatan-jiwa-
model.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai