Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

“KONSEPTUAL KEPERAWATAN MODEL MEDICAL”

DISUSUN OLEH :

NAMA : EVI NOVIANA NINGSI

NIM : BT 2001009

KELAS : 2 A

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
dengan judul “KONSEPTUAL KEPERAWATAN MODEL MEDICAL “.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Jiwa. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Watampone, Juni 2022

Penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Pengertian konseptual keperawatan medical………………………..


B. komponen paradigmana keperawatan medical…………………….
C. Model konseptual keperawatan medical……………………………

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan aktivitas


berfikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide –ideglobal mengenai
individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik (Potter & Perry, 2005).Model konsep keperawatan digunakan dalam memberikan
pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian serta mengidentifikasi bidang
dan tujuan dari praktik keperawatan (Potter & Perry , 2005). Pada umumnya, tenaga
kesehatan khususnya tenaga kesehatan jiwa melakukan praktek dalam kerangka model
konseptual. Perawat jiwa dapat bekerja lebih efektif jika tindakan mereka didasari pada
suatu model yang mengenali adanya sehat atau sakit sebagai hasil dari berbagai
karakteristik individu yang berinteraksi dengan faktor lingkungan (Sundeen & Stuart ,
1998)Salah satu model konseptual dalam keperawatan jiwa adalah model medikal.
Model medikal ini fokusnya pada diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan
berdasarkan diagnosis. Pada model ini, gangguan perilaku disebabkan oleh penyakit biologis.
Gejala –gejala yang timbul sebagai akibat dari kombinasi faktor –faktor fisiologik,
genetik, lingkungan dan sosial. Perilaku menyimpang berhubungan dengan toleransi
pasien terhadap stres. Diagnosis penyakit pada model ini dilandasi oleh kondisi
yang ada dan informasi historis serta pemeriksaan diagnostik.Pengobatan pada
model medikal ini berupa terapi somatik dan farmakologik selain berbagai teknik –
teknik interpersonal. Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit dan proses
pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya (Sundeen & Stuart , 1998).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseptual keperawatan medical
2. Bagaimana komponen paragdima keperawatan medical
3. Model konseptual medical
C. Tujuan
1. Memahami model konseptual keperawatan jiwa khususnya model medical
2. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
3. Menjelaskan model konseptual keperawatan model medical
4. Mengaplikasikan model konseptual keperawatan model medical
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Konseptual Keperawatan medical


1. Model Konseptual

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan
diafragma, dan Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek,
benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang
berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang
sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena,
mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. (Hidayat, 2006, hal.42).

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual
memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang
dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk
menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen &
Kenny, 2009, hal. 29).

2. Model Konseptual dalam Keperawatan

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadapapa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati,
2009).Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu :manusia sebagai pribadi yang utuh
dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal
masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan
konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya
dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan
sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98)

a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan


b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial


yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif
manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

3. Keperawatan Jiwa.

Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa( Yosep, 2010, hal. 1-2 )

1) Menurut American Nurses Associations (ANA)

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien
dankesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
2) Menurut WHO

Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management,bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

3) Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966

Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan
jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah proses
interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga
klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5).

B. Komponen Paradigma Keperawatan medical

Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan(Sulistiawati dkk, 2005, hal. 5-6)

1) Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.

2) Lingkungan

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan
diri individu.

3) Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

4) Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan


menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.

Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan
diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan
modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mememberian asuhan keperawatan


sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien, merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciridinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.
Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi tahap
merupakan siklus dan saling bergantung.

Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada.
Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses
sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga
kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan
sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi. (Keliat, 2006, hal.1-3)

C. Model Konseptual Keperawatan Jiwa Model Medikal


1. Pengertian Model Medikal

Model medikal mengacu pada perawatan psikiatri yang didasarkan pada hubungan
dokter-pasien. Ini berfokus pada diagnosis penyakit mental, dan pengobatan selanjutnya
didasarkan pada diagnosis ini. Perawatan somatik, termasuk farmakoterapi dan
electroconvulsive adalah komponen penting dari proses pengobatan. Aspek interpersonal
model medis sangat bervariasi, dari wawasan intensif berorientasi intervensi untuk sesi
singkat yang melibatkan manajemen medis obat. (Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61).

Sebagian besar perawatan psikiatri modern didominasi oleh model medis. Profesional
kesehatan lainnya mungkin terlibat dalam rujukan antar, penilaian keluarga, dan
pengajaran kesehatan, tapi dokter dilihat sebagai pemimpin tim di bawah model ini.
Elemen model lain perawatan dapat digunakan bersama dengan model medis.
Misalnya, pasien dengan schzophrenia dapat diobati dengan obat fenotiazin. Pasien ini
dapat juga diberikan dalam supportivetherapy untuk mengembangkan skiils sosial adaptif.
(Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61).

Sebuah kontribusi positif dari model medis telah menjadi eksplorasi terus menerus
untuk penyebab penyakit mental yang menggunakan proses ilmiah. Baru langkah besar
telah dibuat untuk belajar tentang fungsi sistem otak dan saraf. Kemajuan ini
telah menyebabkan pemahaman tentang komponen fisiologis kemungkinan gangguan
perilaku dan lebih banyak perawatan psikiatris efektif (Stuart , 1998, Hal. 61).

Model yang dikemukakan oleh Meyer, Kraeplin, Spitzer dan Frances ini
mengemukakan bahwaprilaku disebabkan oleh penyakit biologis. Gejala-gajala ini
timbul akibat kombinasi faktor-faktor fisiologis, genetik, lingkungan, dan social. Prilaku
menyimpang berhubungan dengan toleransi pasien terhadap stress (Stuart &Laraia , 2001,
Hal. 56).

Menurut Meyer dan Kreplin, konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor
yang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial. Sehingga
fokus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik,
farmakologi, dan tehnik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan
tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang, terapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan (Yosep , 2010, Hal. 15)

2. Dilihat Dari Penyimpangan Perilaku Model medis

mengusulkan bahwa perilaku menyimpang merupakan gejala dari gangguan sistem saraf
pusat. Andreasen menulis "penyakit mental benar-benar gangguan saraf”. Suatu masalah
yang terjadi ketika saraf otak cedera begitu parah sehingga kapasitas penyembuhan
internal tidak dapat memperbaikinya.

Daftar beberapa jenis gangguan otak yang dapat menyebabkan penyakit mental
diantaranya hilangnya sel saraf, defisit dalam transmisi kimia, pola abnormal dari
sirkulasi otak, masalah di pusat-pusat perintah di otak,dan gangguan dalam pergerakan pesan
di sepanjang saraf. (Stuart, 1990, Hal. 62 ).Saat ini sifat yang tepat dari gangguan fisiologis
belum dipahami dengan baik. Diperkirakan bahwa gangguan seperti gangguan bipolar,
depresi berat dan skizofrenia melibatkan kelainan dalam transmisi impuls saraf. Hal ini
juga dapat diketahui bahwa masalah ini terjadi pada tingkat sinaps dan melibatkan zat
kimia saraf seperti dopamin, serotonin, dan norepinefrin. (Stuart, 1990, Hal. 62)Banyak
penelitian yang melibatkan otak dalam respons emosional berlangsung. Cabang lain
penelitian berfokus pada stres dan respon manusia terhadap stres. Para peneliti
bertanya, "mengapa beberapa orang tampaknya mentolerir stres yang besar dan terus
berfungsi dengan baik, sedangkan yang lain berantakan ketika masalah kecil muncul?"
Para peneliti menduga bahwa manusia memiliki ambang stres fisiologis yang mungkin
secara genetik ditentukan. Bidang-bidang penelitian yang lebih baik dapat memandu
pengobatan di masa mendatang (Stuart , 1998, Hal. 62).

Akibat manifestasi penyakit, kerusakan sistem persyarafan, ketidakseimbangan


hormonal. Faktor lingkungan dan sosial dianggap sebagai faktor pencetus dan faktor
pendukung. Faktor genetik dianggap cukup berperan. Penyimpangan perilaku karena
klien tidak mampu bertoleransi terhadap stres(Stuart & Laraia , 2001, Hal. 57)

3. Proses Terapi Medis

Proses terapi medis didefinisikan dengan baik dan akrab bagi kebanyakan
pasien. Pemeriksaan pasien meliputi sejarah penyakit ini, sejarah sosial, sejarah medis,
kajian sistem tubuh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental. Data tambahan
dapat dikumpulkan dari orang lain yang signifikan, dan catatan medis ditinjau jika
tersedia. Diagnosis kemudian dirumuskan, sambil menunggu penelitian lebih lanjut
diagnostik danpengamatan perilaku pasien. Proses ini dapat terjadi pada rawat jalan atau
rawat inap secara, tergantung pada kondisi pasien. (Stuart, 1998, Hal. 62).

Diagnosis diklasifikasikan menurut manual diagnostik dan statistik gangguan mental,


edisi keempat (DSM-IV) dari asosiasi psikiatris amerika. Nama –nama penyakit yang disertai
dengan penjelasan kriteria diagnostik, terkait fitur umum medis dan psikiatris, diagram
menunjukkan longitudinal dari gangguan, dan jenis kelamin tertentu, umur, dan aspek
budaya dari masing –masing penyakitnya. Perubahan dalam manual mencerminkan
perubahan dalam model medis perawatan kejiwaan. DSM pertama kali diterbitkan pada
1952, dan DSM-IV, yang diterbitkan pada tahun 1994. (stuart:1998, Hal. 62) Setelah
diagnosis dibuat, pengobatandimulai oleh para dokter dan sesuai dengan rencana
pengobatan. Anggota tim kesehatan lain mungkin menyumbangkan keahlian mereka.
Respon terhadap pengobatan dievaluasi pada pengamatan tujuan dokter perilaku
gejala. Terapi dihentikan bila gejala pasien telah disetorkan. Karena dalam sikap,
beberapa orang yang mengalami depresi mungkin dapat kembali ke gaya hidup yang
biasa mereka setelah suatu program pengobatan dan terapi suportif. Pasien lain
mungkin memerlukan terapi jangka panjang, sering termasuk farmakoterapi dan studi
laboratorium berkala(Stuart,1998, Hal. 62).

Diagnosis penyakit dilandasi oleh kondisi yang ada dan informasi historis serta pemeriksaan
diagnostik. Pengobatan meliputi(Stuart&Laraia,2001, Hal.57):

a. Terapi somatic
b. farmakoterapi
c. Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
d. Terapi suportife.Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor
4. Peran Dari Terapi Pasien Dan Medis

Peran dokter dan pasien telah didefinisikan dengan baik oleh tradisi. Dokter sebagai
penyembuh, mengidentifikasi penyakit pasien serta menyusun rencana pengobatan.
Pasien mungkin memiliki beberapa orang mengatakan tentang rencana tersebut,
namun dokter meresepkan terapi. (Stuart, 1998, Hal. 62) Peran pasien melibatkan
mengakui sedang sakit, yang dapat menjadi masalah dalam psikiatri. Pasien kadang-
kadang tidak menyadari perilaku mereka terganggu dan secara aktif mungkin menolak
pengobatan. Ini tidak sesuai dengan model medis. Pasien diharapkan untuk mematuhi
program pengobatan dan mencoba untuk sembuh. Jika perbaikan tidak diamati ,
pengasuh dan orang lain yang signifikan sering menduga bahwa pasien tidak berusaha
cukup keras. Ini bisa membuat frustasi kepada pasien yang sedang mencoba untuk sembuh
dan kecewa dengan kurangnya kemajuan. Pasien jugam ungkin harus membiarkan orang
sulit memperpanjang perawatan sementara memenuhi seluruh kebutuhan.

5. Terapi Yang Dapat Diberikan serta Peran Perawat Disini adalah beberapa terapi yang
bisa diberikan kepada klien yang mengalami gangguan dengan model konseptual
medikal, serta beberapa peran perawat didalamnya (Stuart, 2002, Hal. 403) :
a. Terapi Somatik

Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.Jenis terapi somatik pada klien gangguan
jiwa antara lain:

1) Pengekangan

Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan mekanik, seperti manset utk


pergelangan tangan & pergelangan kaki, serta seperai pengekang, begitu pula isolasi,
yaitu dengan menempatkan pasien dlm suatu ruangan dimana dia tidak dapat keluar
atas kemauannya sendiri.

 Indikasi Pengekangan Perilaku amuko Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan
dengan pengobatan ancaman terhadap infegritas fisiko Permintaan pasien utk
pengendalian perilaku eksternal
 Pengekangan dengan Seprei Basah dan DinginPasien dapat diimobilisasi degan
membalutnya seperti mummi dalam lapisan seprei dan selimut. Lapisan paling dalam
terdiri atas seprei yg telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa
dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan.
2) Isolasi

Menempatkan pasien dalam suatu ruang di mana dia tidak dapat keluar dari ruangan
tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari
penempatan dalam ruangan yang tertutup, tapi tidak terkunci sampai pada penempatan
dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi
yang dibatasi, & pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat.
Penggunaan kain terpal kurangdapatditerima & hanya digunakan untuk melindungi pasien
aiau orang lain.

 Indikasi penggunaan:
Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan pasien atau orang lain
dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengekangan yang
longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.oReduksi stimulus lingkungan,
terutama jika diminta oleh pasien.
 Kontraindikasi adalah:
1. Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic
2. Risiko tinggi untuk bunuh diri
3. Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
4. Hukuman.
3) Terapi Kejang Listrik Terapi elektrokonvulsif

(ECT) adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal secara artifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua
"temples." Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap
pasien tergantung ; pada masalah pasien dan respons terapeutik sesuai hasil
pengkajian selama tindakan. Rentang jumlah yang paling umum dilakukan pada pasien
dengan gangguan afektif antara enam sampai 12 kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali
seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih jarang atau
lebih sering.Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa
kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT.

a. Kondisi–kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah:


 Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
 Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
 Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya fraktur
tulang.
 Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
 Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.
b. Indikasi penggunaan adalah:
 Penyakit depresi berat yang tidak berespons terhadap obat antidepresan atau pada pasien
yang tidak dapat menggunakan obat
 Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat
 Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk dapat
mencapai efek terapeutik
 Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada
efek terapipengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan selama
ke-hamilan
4) Fototerapi

Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien
biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi
mata.Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien
berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon
kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga
ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500
lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan
terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari.Terapi sinar
sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif.Kebanyakan klien membaik
setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan.

Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.

a. Indikasi :Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien akibat
perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan
atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerusyangbisa
mencetuskan depresipadabeberapaorang.
b. Mekanisme Kerja :Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh
cahaya gelap terang pd kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar
pada mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yg
berperanan pada depresi.
c. Efek Samping :Kebanyakan efek samping yg terjadi meliputi ketegangan pada mata,
sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering,
keluar sekresi dari hidung dan sinus.
5) Terapi deprivasi tidur

Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kpd klien degn cara mengurangi jumlah jam
tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan
yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama
penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.

a. Indikasi : Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.


b. Mekanisme Kerja:Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah
neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-
gejala depresi.
c. Efek Samping :Klien yg didiagnosa mengalami gang. efektif tipe bipolar bila diberikan
terapi ini dpt mengalami gejala mania.Peran Perawat dalam Terapi psikofarmalogi
(Stuart, 2002, Hal. 377)Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang
strategipskofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu
bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien.
Peran perawat mengikuti hal-hal sebagai berikut:
a. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang
masing-masing pasien
b. Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi
pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien.
c. Pemberian agens psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara
profesional dan bersifat individual.
d. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek sampng yang
dapat dialami pasien.
e. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan
efektif.
f. Program rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien disuatu tantangan
perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
g. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat. Perawat
merupakan anggota tim yang penting dalam peneitian obat yang digunakan untuk
mengobati pasien gangguan jiwa.
h. Kewenanga nuntuk memberikan resep. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang-undang praktik
negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan
memperbaiki status fungsionalpasien yang mengalami gangguan jiwa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebanyakan kaum profesional kesehatan mental memakai kerangka kerja prakteknya


berdasarkan banyak konsep model. Sebuah model adalah sebuah batang ilmu pengetahuan
yang berisi kerangka konsep pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Fungsinya agar pendekatan dan prakteknya bisa diterima secara logis dan mudah
dievaluasi, berdasarkan hal-hal ilmiah dan mudah dipertanggungjawabkan.Salah satu
Model konseptual dalam keperawatan jiwa adalah model medikal. Model medikal ini
fokusnya pada diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan berdasarkan
diagnosis.Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit dan proses pengobatan pada
fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya.Perawat harusmempunyai cukup pengetahuan
tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan
sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien. KemudianProses
pengobatan ini Lebihke arah somatik : farmakoterapi, ECT atau psikosurgery.

B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatanjiwa
khususnya model medikal dalam merespon setiap perilaku pasien . seperti pasien
yang mengalami depresi berat , dengan melakukan komunikasi terapeutik dan
membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat itu sendiri. Selain itu
dapat dilakukanelektroshock dimana elektroshock itu sendiri adalah suatu terapi
psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha pengobatannya.
Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon
kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas
diharapkan mampu menerapkan model medikal pada setiap perawat yang ada,
melalui pendekatan terapeutikdalam mengatasi masalah yang timbul. Selain itu institusi
pelayanan kesehatan juga harus mampu memberikan pelayan kesehatan yang baik
bagipasien-pasien yang terkena gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, dkk 1998.Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC

Christensen,P. J. dan Kenney, J.W. (2009), Proses keperawatan Aplikasi Model


Konseptual, Ed.4, Jakarta, EGC.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Isaacs ann. 2005.panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri


edisi 3. Jakarta:EGC

Stuart dan larai.2001.principles and practice of psychiatric nursing.St Louis mossour :


westline industrial drive

Stuart dan sundeen’s.1998.principle practice of psychiatric nursing sixth edition.St


Louis, missour:mosby-year book

Stuart Gail. 2007 .buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGCSuliswati dkk. 2005.

Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC

Yosep Iyus. 2009.keperawatan jiwa.bandung:Refika aditama

Zaidin, Ali. 2002.Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika


RANGKUMAN

MODEL MEDICAL ( Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifactor yang kompleks yaitu aspek
fisik, genetic, lingkungan dan factor social. Model medical meyakini bahwa penyimpangan
perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa
depresi dan schizophrenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta gangguan synaptic.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Peran perawat dalam model medical ini
adalah melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan
terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
Medical model terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
1. Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang
lain adalah stage…
a. medical model
b. model kebidanan
c. model partisipasi
d. model Health For All
2. Ciri dari model kebidanan, adalah …
a. Orientasi pada manusia sehat mengikuti proses alamiah
b. Kondisi patologis
c. Bidan berorientasi pada pengobatan penyakit
d. Intervensi saat persalinan
3. Termasuk tema Health For All, kecuali …
a. Mengurangi kesenjangan dalam kesehatan
b. Bentuk Yankes. Penyembuhan dan perbaikan kesehatan
c. Partisipasi masyarakat
d. Berfokus pada ibu hamil
4. Ciri dari asuhan sayang ibu adalah…
a. Dokter yang bertanggung jawab
b. Pemberian obat anti nyeri saat persalinan
c. Memberikan asuhan yang berorientasi pada kebutuhan ibu
d. Informasi diberikan terbatas pada ibu
5. Klien datang ke tempat praktik anda, kemudian klien berpartisipasi dalam berinteraksi
dengan mau mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan anda, dalam hal ini, klien
telah berada pada tingkat partisipasi …
a. tingkat I
b. tingkat II
c. tingkat III
d. tingkat IV
6. Menurut WHO individu yang sehat jiwa memiliki ciri-ciri sebagai berikut…

a. Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif

pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.

b. Memperoleh kepuasan dari dari hasil jerih payah

usahanya.

c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima

d. Benar semua

7. Komponen dalam paradigma keperawatan jiwa meliputi….


a. Manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
b. Manusia, keperawatan, lingkungan dan psikilogis
c. Manusia, keperawatan, kesehatan dan kekeluargaan
d. Manusia,mlingkungan, kesehatan dan kegembiran
8. RSJ yang pertama kali berdiri di indonesia adalah...
a. RSJ Bogor
b. RSJ Lawang
c. RSJ Jakarta
d. RSJ Semarang
9. Siapakh yang pertama kali mengadakan pelatihan cara merawat pasien gangguan jiwa…
a. Thomas Kirkbridge
b. William Ellis
c. Socrates
d. Rafles
10. Kesehatan adalah milik setiap manusia. Adalah semboyan pada masah penjajahan
a. Belanda
b. Jepang
c. Inggris
d. Portugis

Anda mungkin juga menyukai