KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OLEH :
NIM : BT 2001009
KELAS : 2 A
WATAMPONE
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
dengan judul “KONSEPTUAL KEPERAWATAN MODEL MEDICAL “.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Jiwa. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseptual keperawatan medical
2. Bagaimana komponen paragdima keperawatan medical
3. Model konseptual medical
C. Tujuan
1. Memahami model konseptual keperawatan jiwa khususnya model medical
2. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
3. Menjelaskan model konseptual keperawatan model medical
4. Mengaplikasikan model konseptual keperawatan model medical
BAB II
PEMBAHASAN
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual
memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang
dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk
menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen &
Kenny, 2009, hal. 29).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadapapa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati,
2009).Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu :manusia sebagai pribadi yang utuh
dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal
masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan
konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya
dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan
sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).
3. Keperawatan Jiwa.
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien
dankesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
2) Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management,bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan
jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah proses
interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga
klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5).
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan(Sulistiawati dkk, 2005, hal. 5-6)
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan
diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan
diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan
modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada.
Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya,
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses
sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga
kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan
sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi. (Keliat, 2006, hal.1-3)
Model medikal mengacu pada perawatan psikiatri yang didasarkan pada hubungan
dokter-pasien. Ini berfokus pada diagnosis penyakit mental, dan pengobatan selanjutnya
didasarkan pada diagnosis ini. Perawatan somatik, termasuk farmakoterapi dan
electroconvulsive adalah komponen penting dari proses pengobatan. Aspek interpersonal
model medis sangat bervariasi, dari wawasan intensif berorientasi intervensi untuk sesi
singkat yang melibatkan manajemen medis obat. (Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61).
Sebagian besar perawatan psikiatri modern didominasi oleh model medis. Profesional
kesehatan lainnya mungkin terlibat dalam rujukan antar, penilaian keluarga, dan
pengajaran kesehatan, tapi dokter dilihat sebagai pemimpin tim di bawah model ini.
Elemen model lain perawatan dapat digunakan bersama dengan model medis.
Misalnya, pasien dengan schzophrenia dapat diobati dengan obat fenotiazin. Pasien ini
dapat juga diberikan dalam supportivetherapy untuk mengembangkan skiils sosial adaptif.
(Stuart dan Larai, 1998, Hal. 61).
Sebuah kontribusi positif dari model medis telah menjadi eksplorasi terus menerus
untuk penyebab penyakit mental yang menggunakan proses ilmiah. Baru langkah besar
telah dibuat untuk belajar tentang fungsi sistem otak dan saraf. Kemajuan ini
telah menyebabkan pemahaman tentang komponen fisiologis kemungkinan gangguan
perilaku dan lebih banyak perawatan psikiatris efektif (Stuart , 1998, Hal. 61).
Model yang dikemukakan oleh Meyer, Kraeplin, Spitzer dan Frances ini
mengemukakan bahwaprilaku disebabkan oleh penyakit biologis. Gejala-gajala ini
timbul akibat kombinasi faktor-faktor fisiologis, genetik, lingkungan, dan social. Prilaku
menyimpang berhubungan dengan toleransi pasien terhadap stress (Stuart &Laraia , 2001,
Hal. 56).
Menurut Meyer dan Kreplin, konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor
yang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial. Sehingga
fokus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik,
farmakologi, dan tehnik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan
tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang, terapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosa
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan (Yosep , 2010, Hal. 15)
mengusulkan bahwa perilaku menyimpang merupakan gejala dari gangguan sistem saraf
pusat. Andreasen menulis "penyakit mental benar-benar gangguan saraf”. Suatu masalah
yang terjadi ketika saraf otak cedera begitu parah sehingga kapasitas penyembuhan
internal tidak dapat memperbaikinya.
Daftar beberapa jenis gangguan otak yang dapat menyebabkan penyakit mental
diantaranya hilangnya sel saraf, defisit dalam transmisi kimia, pola abnormal dari
sirkulasi otak, masalah di pusat-pusat perintah di otak,dan gangguan dalam pergerakan pesan
di sepanjang saraf. (Stuart, 1990, Hal. 62 ).Saat ini sifat yang tepat dari gangguan fisiologis
belum dipahami dengan baik. Diperkirakan bahwa gangguan seperti gangguan bipolar,
depresi berat dan skizofrenia melibatkan kelainan dalam transmisi impuls saraf. Hal ini
juga dapat diketahui bahwa masalah ini terjadi pada tingkat sinaps dan melibatkan zat
kimia saraf seperti dopamin, serotonin, dan norepinefrin. (Stuart, 1990, Hal. 62)Banyak
penelitian yang melibatkan otak dalam respons emosional berlangsung. Cabang lain
penelitian berfokus pada stres dan respon manusia terhadap stres. Para peneliti
bertanya, "mengapa beberapa orang tampaknya mentolerir stres yang besar dan terus
berfungsi dengan baik, sedangkan yang lain berantakan ketika masalah kecil muncul?"
Para peneliti menduga bahwa manusia memiliki ambang stres fisiologis yang mungkin
secara genetik ditentukan. Bidang-bidang penelitian yang lebih baik dapat memandu
pengobatan di masa mendatang (Stuart , 1998, Hal. 62).
Proses terapi medis didefinisikan dengan baik dan akrab bagi kebanyakan
pasien. Pemeriksaan pasien meliputi sejarah penyakit ini, sejarah sosial, sejarah medis,
kajian sistem tubuh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental. Data tambahan
dapat dikumpulkan dari orang lain yang signifikan, dan catatan medis ditinjau jika
tersedia. Diagnosis kemudian dirumuskan, sambil menunggu penelitian lebih lanjut
diagnostik danpengamatan perilaku pasien. Proses ini dapat terjadi pada rawat jalan atau
rawat inap secara, tergantung pada kondisi pasien. (Stuart, 1998, Hal. 62).
Diagnosis penyakit dilandasi oleh kondisi yang ada dan informasi historis serta pemeriksaan
diagnostik. Pengobatan meliputi(Stuart&Laraia,2001, Hal.57):
a. Terapi somatic
b. farmakoterapi
c. Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
d. Terapi suportife.Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor
4. Peran Dari Terapi Pasien Dan Medis
Peran dokter dan pasien telah didefinisikan dengan baik oleh tradisi. Dokter sebagai
penyembuh, mengidentifikasi penyakit pasien serta menyusun rencana pengobatan.
Pasien mungkin memiliki beberapa orang mengatakan tentang rencana tersebut,
namun dokter meresepkan terapi. (Stuart, 1998, Hal. 62) Peran pasien melibatkan
mengakui sedang sakit, yang dapat menjadi masalah dalam psikiatri. Pasien kadang-
kadang tidak menyadari perilaku mereka terganggu dan secara aktif mungkin menolak
pengobatan. Ini tidak sesuai dengan model medis. Pasien diharapkan untuk mematuhi
program pengobatan dan mencoba untuk sembuh. Jika perbaikan tidak diamati ,
pengasuh dan orang lain yang signifikan sering menduga bahwa pasien tidak berusaha
cukup keras. Ini bisa membuat frustasi kepada pasien yang sedang mencoba untuk sembuh
dan kecewa dengan kurangnya kemajuan. Pasien jugam ungkin harus membiarkan orang
sulit memperpanjang perawatan sementara memenuhi seluruh kebutuhan.
5. Terapi Yang Dapat Diberikan serta Peran Perawat Disini adalah beberapa terapi yang
bisa diberikan kepada klien yang mengalami gangguan dengan model konseptual
medikal, serta beberapa peran perawat didalamnya (Stuart, 2002, Hal. 403) :
a. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.Jenis terapi somatik pada klien gangguan
jiwa antara lain:
1) Pengekangan
Indikasi Pengekangan Perilaku amuko Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan
dengan pengobatan ancaman terhadap infegritas fisiko Permintaan pasien utk
pengendalian perilaku eksternal
Pengekangan dengan Seprei Basah dan DinginPasien dapat diimobilisasi degan
membalutnya seperti mummi dalam lapisan seprei dan selimut. Lapisan paling dalam
terdiri atas seprei yg telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa
dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan.
2) Isolasi
Menempatkan pasien dalam suatu ruang di mana dia tidak dapat keluar dari ruangan
tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari
penempatan dalam ruangan yang tertutup, tapi tidak terkunci sampai pada penempatan
dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi
yang dibatasi, & pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat.
Penggunaan kain terpal kurangdapatditerima & hanya digunakan untuk melindungi pasien
aiau orang lain.
Indikasi penggunaan:
Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan pasien atau orang lain
dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengekangan yang
longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.oReduksi stimulus lingkungan,
terutama jika diminta oleh pasien.
Kontraindikasi adalah:
1. Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic
2. Risiko tinggi untuk bunuh diri
3. Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
4. Hukuman.
3) Terapi Kejang Listrik Terapi elektrokonvulsif
(ECT) adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal secara artifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua
"temples." Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap
pasien tergantung ; pada masalah pasien dan respons terapeutik sesuai hasil
pengkajian selama tindakan. Rentang jumlah yang paling umum dilakukan pada pasien
dengan gangguan afektif antara enam sampai 12 kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali
seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih jarang atau
lebih sering.Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa
kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT.
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien
biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi
mata.Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien
berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon
kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga
ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500
lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan
terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari.Terapi sinar
sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif.Kebanyakan klien membaik
setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan.
Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.
a. Indikasi :Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien akibat
perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan
atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerusyangbisa
mencetuskan depresipadabeberapaorang.
b. Mekanisme Kerja :Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh
cahaya gelap terang pd kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar
pada mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yg
berperanan pada depresi.
c. Efek Samping :Kebanyakan efek samping yg terjadi meliputi ketegangan pada mata,
sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering,
keluar sekresi dari hidung dan sinus.
5) Terapi deprivasi tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kpd klien degn cara mengurangi jumlah jam
tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan
yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama
penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatanjiwa
khususnya model medikal dalam merespon setiap perilaku pasien . seperti pasien
yang mengalami depresi berat , dengan melakukan komunikasi terapeutik dan
membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat itu sendiri. Selain itu
dapat dilakukanelektroshock dimana elektroshock itu sendiri adalah suatu terapi
psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha pengobatannya.
Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon
kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas
diharapkan mampu menerapkan model medikal pada setiap perawat yang ada,
melalui pendekatan terapeutikdalam mengatasi masalah yang timbul. Selain itu institusi
pelayanan kesehatan juga harus mampu memberikan pelayan kesehatan yang baik
bagipasien-pasien yang terkena gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart Gail. 2007 .buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGCSuliswati dkk. 2005.
Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifactor yang kompleks yaitu aspek
fisik, genetic, lingkungan dan factor social. Model medical meyakini bahwa penyimpangan
perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa
depresi dan schizophrenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta gangguan synaptic.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Peran perawat dalam model medical ini
adalah melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan
terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
Medical model terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
1. Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang
lain adalah stage…
a. medical model
b. model kebidanan
c. model partisipasi
d. model Health For All
2. Ciri dari model kebidanan, adalah …
a. Orientasi pada manusia sehat mengikuti proses alamiah
b. Kondisi patologis
c. Bidan berorientasi pada pengobatan penyakit
d. Intervensi saat persalinan
3. Termasuk tema Health For All, kecuali …
a. Mengurangi kesenjangan dalam kesehatan
b. Bentuk Yankes. Penyembuhan dan perbaikan kesehatan
c. Partisipasi masyarakat
d. Berfokus pada ibu hamil
4. Ciri dari asuhan sayang ibu adalah…
a. Dokter yang bertanggung jawab
b. Pemberian obat anti nyeri saat persalinan
c. Memberikan asuhan yang berorientasi pada kebutuhan ibu
d. Informasi diberikan terbatas pada ibu
5. Klien datang ke tempat praktik anda, kemudian klien berpartisipasi dalam berinteraksi
dengan mau mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan anda, dalam hal ini, klien
telah berada pada tingkat partisipasi …
a. tingkat I
b. tingkat II
c. tingkat III
d. tingkat IV
6. Menurut WHO individu yang sehat jiwa memiliki ciri-ciri sebagai berikut…
usahanya.
d. Benar semua