Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang
sudah ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat didalamnya.
Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan
fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan sebagai dasar
dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Model konseptual keperawatan jiwa terdiri dari beberapa pendekatan salah satunya
model prilaku. Model prilaku sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanaya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan seseorang
mempunyai pengalaman baru.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model konseptual keperawatan jiwa?
2. Apa yang dimaksud model supportif?
3. Apa tujuan terapi supportif?
4. Bagaimana kriteria terapis dalam terapi?
5. Bagaimana pelaksanaan terapi supportif?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa


1.    Model Konseptual
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,
menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma, dan
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Model konsepadalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang
menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan
masalah. (Hidayat, 2006, hal.42)
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29).

2.    Model Konseptual dalam Keperawatan


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu
keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan
unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah
tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam
perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010)
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
2
a.    Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b.    Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
c.    Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d.   Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e.    Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif
manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

3.    Keperawatan Jiwa
a.    Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa( Yosep, 2010, hal. 1-2 )
1)   Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses
Associations).
2)   Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
3)   Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik
3
dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah
proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku
sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5).
b.    Komponen Paradigma Keperawatan Jiwa
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan(Sulistiawati dkk,  2005, hal. 5-6)
1)   Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu
mempunyai kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal.
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu
bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2)   Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan
diri individu.
3)   Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4)   Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
4
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah kehidupan.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mememberian asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien, merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi,
serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan
terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi
tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin
dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana /
wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien
lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian
klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau
masalah teratasi. (Keliat, 2006, hal.1-3)

B. Model Supportif
Teori ini menyatakan bahwa masalah terjadi sebagai akibat dari faktor bio-psiko-sosial.
Pada model ini, ditekankan pada respons koping maladaptif saat ini. Proses terapeutik pada
model ini yaitu dengan menguji coba realitas dan meningkatkan harga diri, serta
mengidentifikasi dukungan sosial dan respons koping yang adaptif dikuatkan.
Kelompok supportif merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur, dan
berespon secara langsung dengan isue-isue dan tekanan yang khusus maupun merugikan.
Tujuan awal dari kelompok ini adalah memberikan support dan menyelesaikan pengalaman
isolasi dari masing-masing anggotanya. (Grant-Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004)

C. Tujuan Terapi Supportif


Klingberg, dkk (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan terapi supportif digunakan
sebagai pendukung dari psikoterapi yang lain agar dapat mengendalikan elemen-elemen non
spesifik dari kontak terapi. Hasil psikoterapi secara umumnya terdiri atas dampak-dampak
5
spesifik dan non spesifik. Dampak non spesifik adalah dukungan emosional, perhatian
terapis, pendengar yang empati, optimasi aplikasi terapi dan hasil lain yang terkait dengan
setiap keberhasilan hubungan interpersonal yang terapeutik.

Tujuan utama terapi supportif adalah mengurangi stress dengan melakukan 5 prinsip
intervensi yaitu :

1. Mengangkat harga diri/dukungan internal


2. Mengaktifkan dukungan eksternal
3. Menasehati dan memberi saran/arahan
4. Memecahkan masalah yang ada
5. Structuring

D. Kriteria Terapis
Seorang terapis harus memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
memberikan terapinya sehingga terjadi perubahan pada klien sesuai dengan yang diharapkan.
Keterampilan verbal dan non verbal harus benar benar diperhatikan. Komunikasi verbal
membutuhkan bahasa yang baik dan dimengerti oleh klien. Komunikasi non verbal dapat
dibina melalui kepekaan terapis dalam mengekspresikan wajah, gerak tangan, gerak tubuh,
dan nada suara. (Prawitasari, 2002)
Menurut Rogers (1961, dalam Prawitasari, 2002) sikap yang harus dimiliki terapis adalah :
1. Harmonis dan tulus.
2. Terbuka terhadap diri dan perasaannya terlebih dahulu.
3. Merasakan apa yang dialami oleh klien dan melakukan suatu tindakan atau prilaku
yang dibutuhkan klien.
4. Menunjukkan penghargaan positif bagi klien tanpa syarat apapun.
5. Sikap penuh penerimaan dan perhatian tulus terhadap klien.
6. Sikap penuh kepedulian dan kerjasama dalam usaha menolong klien.
7. Sikap yang nyata dan disadari, tanpa kepura-puraan dan keterpaksaan dihadapan
klien.
E. Teknik Pelaksanaan Terapi Supportif

Terapi supportif diberikan secara berkelompok dengan jumlah klien 8 – 10 orang tiap
kelompok. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan
laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta
6
mengembangkan perilaku adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain. (Keliat and Akemat, 2005)

Teknik terapi supportif disusun berdasarkan modifikasi yang dikembangkan oleh Hernawati
(2009) dan Klingberg (2010) dibagi menjadi 4 sesi :

1. Sesi 1 : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam bersosialisasi


2. Sesi 2 : Menggunakan sistem pendukung dalam keluarga, monitor, dan hambatannya
3. Sesi 3 : Menggunakan sistem pendukung diluar keluarga, monitor, dan hambatannya
4. Sesi 4 : Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung yang ada

Terapi supportif memiliki 4 sesi dan 45 – 60 menit setiap sesinya. Pada setiap sesi 1 – 3 klien
diarahakan untuk dapat mengidentifikasi kemampuan bersosialisasi klien dan sistem
pendukung yang ada. Pada sesi 4 klien mengevaluasi pengalaman dalam menggunakan
sistem pendukung yang ada dan mengungkapkan hambatan serta kebutuhan yang diperlukan
dalam sistem pendukung yang ada.

7
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
Teori ini menyatakan bahwa masalah terjadi sebagai akibat dari faktor bio-psiko-sosial.
.Pada model ini, ditekankan pada respons koping maladaptif saat ini. Proses terapeutik pada
model ini yaitu dengan menguji coba realitas dan meningkatkan harga diri, serta
mengidentifikasi dukungan sosial dan respons koping yang adaptif dikuatkan.

B.       Saran
1.    Mahasiswa
Makalah ini sangat bagus untuk dibaca sebagai pedoman kita dalam memahami teori
mengenai model konseptual keperwatan jiwa, sehingga kedepannyakita dapat bekerja
dengan baik dan memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien.
2.    Perawat
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam model
keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien.
3.    Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial
maupun gangguan jiwa

8
DAFTAR PUSTAKA

Hernawaty,T (2009), Pengaruh Terapi Supportif Terhadap Kemampuan Keluarga dalam


Merawat Klien Gangguan Jiwa di Kelurahan Sindang Barang Bogor Tahun 2008. FIK-UI.
Tesis. Tidak dipublikasikan.

Surtiningtum.A (2011), Pengaruh Terapi Supportif Terhadap Kemampuan Bersosialisasi


Pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
FIK-UI. Tesis. Diunduh pada tanggal 27 Februari 2019.

Klingberg S, dkk, (2010), Supporive Therapy for Schizoprenic Disorders.


www.karger.com/ver,DOI:10.1159/000318718, Diunduh tanggal 27 Februari 2019.

Yosep, I (2009), Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi), Penerbit Refika Aditama, Bandung

Hunt (2004), A Resource Kit for Self Help/Support Groups for People Affected by an Eating
Disorders.

Keliat, BA dan Akemat (2005), Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai