Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Trend dan Isu Keperawatan Jiwa Secara Global

NAMA : YUDITYA .L. E. LEUNUFNA

NPM : 12114201180147

KELAS : B

PRODI : ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena, atas berkatnya

kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Trend dan Isu Keperawatan Jiwa Secara

Globalisasi ”. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya yang

bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, dengan satu harapan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Ambon, 29 Januari 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….....ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………. 1

B. Tujuan ………………………………………………………………………………………..3

C. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………3

BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………………………..4

1.1. Pengertian perspektif dan falsafah keperawatan jiwa ……………………………………..4

1.2. Model-model keperawatanjiwa ……………………………………………………………4

1.3. Ruang lingkup keperawatan jiwa …………………………………………………………..10

1.4. Trend dan isu keperawatan jiwa ……………………………………………………………11

1.5. Definisi Trend dan Issu ……………………………………………………………………12

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………..21

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………..…21

B. Saran …………………………………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Falsafah ialah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab,
azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun
mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah keperawatan
ialah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan
kerangka dasar dalam praktik keperawatan

Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..


Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-
psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik,
dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien
serta, menjunjung cukup tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat
universal dlm arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama,
aliran politik, dan status sosial ekonomi. Keperawatan adalah Falsafah keperawatan
mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.

Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :Roy memiliki delapan falsafah,
empat berlandaskan falsafah prinsip humanisme dan empat berlandaskan prinsip falsafah
veritivity.falsafah humanism atau kemanusiaan “mengenali manusia & sisi subyektif
manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Falsafah
yang melandasi keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan
secara umum yaitu manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan
kesehatan yang menjunjung cukup tinggi nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini
disusunlah paradigma keperawatan komunitas yg tersusun 4 komponen dasar manusia,
kesehatan, lingkungan, keperawatan.

Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk
membimbing masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan,
model keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas atau
keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa
keluarga ialah unit perawatan, dan masyarakat ialah konteks, sedangkan yang lain fokus
pada komunitas sebagai klien dan melihat keluarga sebagai subunit. Zerwekh (1991) Model
Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang menguraikan
kerangka kerja yang mendukung untuk menyediakan perawatan keluarga dalam sebuah
masyarakat. Sedangkan Model kesehatan masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan
panduan dalam penyediaan perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien
dalam masyarakat dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perspektif dan falsafah keperawatan jiwa ?
2. Apa saja model-model keperawatan jiwa ?
3. Apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa ?
4. Apa saja isu dan tren keperawatan jiwa

3. Tujuan
1. Untuk bisa mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
2. Untuk bisa mengetahui apa saja model-model keperawatan jiwa
3. Untuk bisa mengetahui apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa
4. Untuk bisa mengetahui bagaimana tren dan isu keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Perspektif dan Falsafah Keperawatan Jiwa

1. Falsafah Keperawatan Jiwa


Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu
dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-
masing individu tersebut berpotensi untuk berubah, oleh kita tahu bahwa manusia ialah
mahkluk holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu
perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan
tindakan.

2. Pengertian Keperawatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang
spesialisasi praktik keperawatan yg menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya
dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).

Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses


dimana perawat membantu individu / kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang
positif , meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih
berproduktif di masyarakat.”

Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental ialah “ proses interpersonal dalam


meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi.
Pasien tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atau masyarakat. Tiga area
praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”
1.2.Model-Model Keperawatan Jiwa

1. Model Psikoanalisa
1) Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang
meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada
perkembangan pada anak

2) Proses terapi

a) Memakan waktu yang lama


b) Memanfaatkan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”

3) Peran pasien dan terapis


a. Pasien
b. Terapis
c. Model Interpersonal
1) Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Dalam proses interpersonal perawat
klien memiliki 4 tahap :

1. Orientasi
2. Identivikasi
3. Eksplorasi
4. Resolusi
2) Proses terapi
1. Mengeksplorasi Proses Perkembangan
2. Mengoreksi Pengalaman Interpersonal
3. Reduksi
4. Mengembangkan hubungan saling percaya
3) peran pasien dengan terapis

1. pasien : menceritakan ansietas dan perasaan


2. terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan memanfaatkan empati

1. Model Eksistensi
1) Konsep

Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus


hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.

2) Proses terapi

1. Rational emotive therapy


2. Terapi logo
3. Terapi realitas
3) Peran pasien perawat

1. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
2. Terapis :
 Membantu pasien untuk mengenali diri
 Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
 Mengenali pasien tentangperasaan tulus
 Memperluas kesadaran diri pasien
1. Model Komunikasi
1) Konsep

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan
dengan jelas.
2) Proses terapi

1. a) Memberi umpan balik dan klarifikasi kasus


2. b) Memberi penguatan untuk komunikasi yg efektif
3. c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yg tidak efektif
4. d) Melakukan analisa proses interaksi
3) Peran pasien terapis

1. a) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk


mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
2. b) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan
prinsip komunikasi yang baik.
3. Model Keperawatan
1) Konsep

Teori ini mempunyai pandangan bahwa asuhan keperawatan berfokus pada respon individu
terhadap kasus kesehatan yang actual dan potensial denagan model pendekatan berlandaskan
teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik & teori keperawatan.
Fokus pada :

1. a) Rentang sehat sakit


2. b) Teori dasar keperawatan
3. c) Tindakan keperawatan
4. d) Hasil tindakan
2) Proses terapi

1. Proses keperawatan
2. Terapi keperawatan : terapi modalitas
3) Peran pasien & terapis

1. Pasien : mengemukakan kasus


2. Terapis : memfasilitasi & membantu menyelesaikan
2.3. Ruang Lingkup Keperawatan Jiwa

Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini


meliputi intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sukunder, dan
tersier.

1. Pencegahan primer
pencegahan primer ialah intervensi biologi, social, psikologis yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan, menurunkan insiden penyakit dimasyarakat
dengan mengubah factor-faktor penyebab sebelum membahayakan. Pengkajian
kebutuhan mau tindakan keperawatan preventif termasuk identifikasi :

1) Faktor resiko yang apabila ada pada diri seseorang membuatnya lebih cendrung
mengalami gangguan

2) Faktor pelindung yang meningkatkan respos individu terhadap stress

3) Populasi target individu yang rentan meengalami gangguan jiwa yang mumgkin
menunjukkan respon koping maladaptive terhadap stressor spesifik atau factor resiko.

1. Pencegahan sukunder
Pencegahan sukunder termasuk menurunkan prevalensi gangguan. Aktiviras
pencegahan sukunder meliputi penemuan kasus dini, skrining, dan pengobatan efektif
yang cepat. Intervebsi krisis ialah suatu modalitas yang terapi pencegahan sukunder yang
penting.

1. Pencegahan Tersier
Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan dan
disabilitas yang berkaitan.

2. Rehabilitasi
Ialah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ketingkat fungsi setinggi
mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang dari kebutuhan untuk menciptakan kesempatan
bagi individu yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa berat, agar bisa hidup, belajar
dan bekerja dilingkungan masyarakat yang mereka pilih. Rehabilitasi mengajukan bahwa
penderita gangguan jiwa harus dianggap sama seperti individu yang mengalami
disabilatasi. Sama seperti disabilitasi yang mengalami gangguan fisik, individu yang
mengalami disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam rentang yang luas, sering kali
dalam waktu yang lama. Rehabilitasi jiwa memanfaatkan pendekatan berpusat pada
individu, manusia ke manusia yang berbeda dengan model pelayanan medis tradisioanal.

1.4. Trend dan Isu Keperawatan Jiwa

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan


pelayanan kesehatan jiwa lewat advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan teknologi
digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari aneka belahan dunia mampu
di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan
terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa,
berlandaskan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah
awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia
pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa manusia mengalami
goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu
duniawi menjadi tuhan maka mau banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan
ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu
membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang
merusak integritas pribadinya sendiri.
Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan
dan dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa dianggap ancaman atau tantangan yang
mau berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Secara umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa
di antaranya ialah sebagai berikut :

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6. Kecenderungan penyakit jiwa
7. Meningkatnya post traumatik sindrom
8. Meningkatnya kasus psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Kasus AIDS & NAPZA
11. Pattern of parenting
12. Perspektif life span history
13. Kekerasan
14. Kasus ekonomi & kemiskinan

1.5. Definisi Trend dan Issu


1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sanat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambar ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masayarakat.

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
Beberpa contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :

2. Penggunaan Narkoba bagi generasi muda


Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan,
mengurangi stres, mengurangi kecemasan, agar bebas dari murung, mengurangi
keletihan, dan mengatasi masalah pribadi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, remaja
memakai narkoba karena narkoba membuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada
awal pemakaian. Alasan remaja memakai narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan
menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
2. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi
ketegangan, \cemas, dan depresi akibat stresor psikososial.
3. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba
merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai,
sehingga dapat diterima.
Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan, atau keyakinan keliru yang
tumbuh di masyarakat. Maka tidak mau memahami atau tidak mau menerima kenyataan dan
fakta yang dapat dibuktikan secara ilmiah dan sah menurut hukum.

Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?

1. Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)


Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk mengubah suasana
hati, sehingga pemakaian jenis narkoba diterima dengan tangan terbuka. Contoh : rokok,
alkohol, dan juga obat penghilang rasa nyeri yang mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau
akhir pekandilalui dengan minuman beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung
pula faktor kemudahan untuk memperolehnya.

Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya penyalahgunaan


narkoba pada remajabersifat hedonistik, yakni bertujuan mencari kesenangan. Alasan
yang sering dikemukakan adalah ingin tahu dan ingin mencari kesenangan atau
kenikmatan.

1. Kepribadian Remaja
Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu berada sekitar
ekspoitasi masa remaja yang mengandung resiko. Contoh : berselancar, ngebut, dan mencoba
narkoba. Remaja berada diantara masa kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis
maupun psikologis. Di satu pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain
pihak belum memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan


seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar

daripada orang dewasa. Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan. Narkoba


memperlemah kemauan, mendorong pemuasan keinginan segera, dan melemahkan daya pikir
ke depan.

Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan kemampuan untuk


berpartisipasi terhadap bahaya dan kemampuan untuk menangkal kenikmatan sesaat. Remaja
yang terlalu dikendalikan dengan orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang
dewasa, sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mendiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan terhadap tekanan kelompok
sebaya. Mereka akan menyerahkan diri terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari
kebebasan semu dan kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi
orang tua.

2. Tekanan Kelompok Sebaya


Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya penyalahgunaan
narkoba. Semua orang pasti merasan cemas jika ditolak oleh lingkungan sehingga berusaha
mencari persetujuan kelompoknya. Konflik orang tua dan remaja sebenarnya adalah konflik
loyalitas, yaitu loyalitas terhadap orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.
Remaja sangat peka terhadap nilai – nilai kelompok sebaya dalam penampilan, perilaku, dan
sikap. Jarang seorang remaja yang memiliki kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari
nilai – nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar berasal dari perjuangan
terus – menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan
dengan kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba digunakan untuk
maksud rekreasi atau bersenang – senang sebagai kegiatan sosial yang diterima remaja.
Karena itu, remaja rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.

3. Keterasingan Remaja
Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang tua dan masyarakat
secara cita – cita , tradisi, dan kerohanian. Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi
spiritual, karena meliputi penolakan terhadap nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi
atau memimpin sesorang melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen
emosional pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah remaja yang marah, yang secara
tidak sadar meluapkan perasaan dikhianati karena merasa nilai – nilainya ditolak. Dengan
perkataan lain, remaja yang terasing adalah remaja yang diabaikan atau tidak dipedulikan oleh
keluarga atau masyarakat. Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba – coba
berteman dengan narko

4. Sters

Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri merupakan interaksi
faktor luar sebagai penyebab stres (disebut stresor) dan faktor dalam yang disebut
keterampilan mengatasi masalah (coping skills). Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti
kehilangan, penyakit, dan trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang
yang kurang terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat stres’ dibandingkan
orang lain yang lebih terampil mengatasi masalah. Gejala stres termasuk gelisah dan cemas,
mudah tersinggung dan teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit
berkonsentrasi, mengalami gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.

Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak berfungsi baik dan kejadian
– kejadian yang membuat stres, berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian
pada sejumlah siswa penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat
stres yang tinggi, penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai ‘penuh
permusuhan dan kebencian’, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan terlalu banyak
menuntut.

Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak berfungsi baik. Namun,
faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan. Umumnya remaja memakai narkoba guna
menghilangkan stres, sebagai cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan
keluarga.

1. Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah


Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya,
penilaian diri rendah mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba. Proses yang
menyebabkan seseorang memiliki penilaian diri rendah adalah dinamika yang dibangun
sejak usia dini. Penilaian diri dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah
dan memenangkan tantangan dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi, motivasi
terbentuknya penilaian diri berasal dari dalam. Orang tua berperang penting dalam
membangun penilaian diri. Bimbingan, intruksi, dan bantuan orang tua yang efektif dan
melibatkan diri dalam kehidupan anak, akan mendukunga terbentuknya penilaian diri.

 Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi yang mengakibatkan peningkatan masalah
kesehatan jiwa .
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita
sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita
tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif..Apalagi untuk individu yang rentan
terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-
kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ
menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada
orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya
akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan
tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar
menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada
anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik
bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa
yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku
yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti
mengamuk.Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan
jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius.
WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei,
Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini
pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat
sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan
kesehatan jiwa.

2. Definisi Issu
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik,
hokum, pembanguanan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian ataupun tentang
krisis.
Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya atau
buktinya.

Beberapa contoh issu dalam keperawatan jiwa di antaranya, yaitu :

 Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan


pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi
digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu
di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan
isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material,
tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami
goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu
duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan
ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu
membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang
merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : “agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan
beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector, setiap debt
collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih,
jika perlu pindah rumah kontrakan”. Kejaran dari debt collector bisa membuat seseorang
menjadi tertekan secara psikologis.

 Pemasungan penderita gangguan jiwa .


Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan
salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat
perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia.
Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap
pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan
yang dianggap berbahaya (Broch, 2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik
terhadap individu dengan gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.

Alasan seseorang malkukan pemasungan, yaitu :

1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka panjang
(Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya meliputi biaya
yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi
juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya akomodasi
lainnya (Djatmiko, 2007).
Dampak dari pemasungan, yaitu :

Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang
dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa.
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai lalu diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan

1. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita hingga
menambah beban mental dan penderitaannya.Tindakan tersebut mengakibatkan orang
yang terpasung tidak dapat
2. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat menggerakkan
anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi atrofi.Tindakan ini sering dilakukan
pada seseorang dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi
lingkungannya atau dirinya sendiri (Maramis, 2006).
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan issue keperawatan
jiwa yang semakin berkembang di masyarakat maka seperti penyakit HIV,NAPZA,dan
masalah ekonomi dan rumah tangga dan di sinilah tugas perawat mencegah terjadinya seperti
bunuh diri,stress,maka perawat perlu member pendidikan kesehatan dan pengarahan lainnya.

B. SARAN
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika Aditama.

Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi 2).Jakarta: EGC.

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta: EGC.

Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n Thomson
Learning, Inc.

Anda mungkin juga menyukai