Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

Menganalisis Konseptual Model dalam Keperawatan Jiwa termasuk


Prevensi Primer, Sekunder dan Tersier

Dosen pembimbing : Ns.Amelia Susanti, M,Kep, Sp.Kep J

Disusun oleh :

Lara susila putri

1914201069

Keperawatan IIB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ALIFAH PADANG

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang “menganalisis konseptual model dalam
keperawatan jiwa termasuk prevensi primer, sekunder dan tersier”

Dalam menyusun makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
terima kasih .

Sijunjung, 27 September 2020

penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)

A. KONSEPTUAL MODEL DALAM KEPERAWATAN JIWA...............................2


B. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA.......................................................2
C. PREVENSI PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER.............................................3
D. MODEL STRESS ADAPTASI DALAM KEPERAWATAN JIWA......................4

BAB III (PENUTUP)

A. KESIMPULAN...................................................................................................... ..7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka remcangan
terstruktur untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mental maupun perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui
mekanisme penyelesaian masalah yang positif untuk mengatasi stresor atau cemas
yang dialaminya.
Model konseptual merupakan rancagan terstruktur yang berisi konsep-konsep yang
saling terkait dan saling teroganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar
konsep. Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati
apa yang dilihat dan memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan
untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan masalah.
Model konseptual merupakan jiwa khususnya model komunikasi merupakan suatu
hubungan interaksi manusia sebagai proses interpersonal. Model komunikasi ini
memprediksi perilaku dalam hal pengetahuan tentang manfaat dan ancaman bagi
kesehatan dan jiwanya. Untuk memotivasi seseorang dalam pengambilan keputusan
unutk mempertahankan kesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konseptual model dalam keperawatan jiwa termasuk
prevensi primer, sekunder dan tersier.
2. Untuk mengetahui model praktik keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui prevensi primer, sekunder dan tersier
4. Untuk mengetahui model stress adaptasi dalam keperawatan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konseptual Model dalam Keperawatan Jiwa termasuk Prevensi Primer,


Sekunder dan Tersier
Model konseptual didefinisikan sebagai sekumpulan dari abstrak relatif dan konsep
umum yang ditujukan fenomena dari minat sentral dari suatu disiplin, dalil-dalil yang
secara luas menggambarkan konsep tersebut, dan dalil-dalil yang dinyatakan secara
relatif dan hubungan umum antara dua atau lebih dari konsep. Fungsi setiap model
konseptual adalah menyediakan suatu kerangka acuan yang khusus yang dikatakan
kepada anggota suatu disiplin bagaimanan mengamati dan menginterpretasikan
fenomena dari minat disiplin (Potter and Perry, 2009).
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok
siatuasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-
teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin (Potter and Perry, 2009).
Salah satu model konseptual keperawatan yang dapat diaplikasikan oleh perawat
adalah model sistem Betty Neuman yang memberikan warisan baru tentang cara
pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya
respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun
eksternal (Potter and Perry,2009).
B. Model Praktik Keperawatan Jiwa
1. Model Psikoanalisis
a. Konsep
Merupakan model pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud
yang meyakini bahwa penyimpanan perilaku pada usia dewasa
berhubungan pada perkembangan pada anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di capai.
Gejala yang nampak merupakan simbol dari konflik.
b. Proses Terapi
1) Memakan waktu yang lama
2) Menggunakan teknik asosiasi bebas dan analisi mimpi
menginterprestasikan perilaku, menggunakan transferans untuk
meperbaiki masa lalu mengidentifikasi area masalah.
c. Peran pasien dan terapis
1) Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
2) Terapis : mengupayakan perkembangan transferans
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya
dengan konflik.
2. Model Interpersonal
a. Konsep
Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :
1) Orientasi
2) Identivikasi
3) Eksplorasi
4) Resolusi
b. Proses terapi
1) Mengeksplorasi proses perkembangan
2) Mengoreksi pengalaman interpersonal
3) Reduksi
4) Mengembangkan hubungan saling percaya
c. Peran pasien dengan terapis
1) Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
2) Terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan
menggunakan empati
3. Model Sosial
a. Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika
individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.
Keasingan diri dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada
diri individu.
b. Proses terapi
1) Rasional emotive therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap
perilakunya.
2) Terapi logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari
kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agar
individu sadar akan tanggung jawabnya.
3) Terapi realitas
Untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk
mencapainya.
c. Peran pasien perawat
1) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan
serta dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari
tentang dirinya yang sebenarnya
2) Terapis
 Membantu pasien untuk mengenali diri
 Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
 Mengenali pasien tentang perasaan tulus
 Memperluas kesadaran diri pasien
C. Prevensi Primer, Sekunder dan Tersier
1. Prevensi Primer
Usaha yang lebih progresif lagi dalam usaha pencegahan kesehatan
mental adalah dengan mencegah terjadinya suatu gangguan dalam
masyarakat. Jadi kesehatan mental masyarakat diproyeksi sehingga
tidak terjadi suatu gangguan. Hal demikian ini akan lebih baik jika
dibandingkan dengan malakukan penanganan setelah terjadi. Prevensi
primer merupakan aktivitas yang didsain untuk mengurangi insidensi
gangguan atau kemungkinan terjadi insiden dalam resiko. Tujuan
prevensi primer :
a. Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
b. Menunda atau menghindari munculnya gangguan mental

Menurut cowen (shaw,1984) secara prinsipal prevensi primer dibatasi


sebagai berikut:

a. Prevensi harus lebih berorientasi pada kelompok masyarakat dari


pada secara indidual
b. Prevensi harus suatu kualitas dari fakta-fakta sebelumnya, yaitu
ditargetkan pada kelompok yang belum mengalami gangguan
c. Prevensi primer harus disengaja
2. Prevensi Sekunder
Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin
secepatnya dicegah, dengan jalan mengurangi durasi suatu gangguan.
Jika suatu gangguan misalnya berlangsung dalam durasi satu bulan,
maka sebaliknya dicegah dan diupayakan diperpendek duarsi
gangguan ini. Pencegahan ini disebut dengan prevensi sekunder.
Prevensi sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk
mengurangi durasi kasus gangguan mental. Sesuai dengan sekunder
ini, maka saran pokoknya adalah penduduk atau sekelompok populasi
yang sudah menderita suatu gangguan mental.
3. Prevensi Tersier
Orang yang mengalami gangguan, apalgi gangguan itu sampai pada
terganggunya kemapuan fungsional seseorang, maka diperlukan
prevensi untuk :
a. Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
b. Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung
c. Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya
Sasaran dalam prevensi tersier ini adalah kelompok masyarakat
yang mengalami gangguan yang bersifat jangka panjang atau orang
yang telah mengalami gangguan mental yang akut dan berakibat
penurunan kapasitasnya dalan kaitannya dengan kerja, hubungan
sosial, maupun personalnya. Prevensi tersier memiliki pengertian
yang sama dengan rehabilitasi.
D. Model Stress Adaptasi dalam Keperawatan Jiwa
1. Faktor Predisposisi
Adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stress yang
memengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stress
baik yang biologis, psikososial dan sosiokultural. Secara bersama-
sama, faktor ini yang akan mempengaruhi seseorang dalam
memberikan arti dan nilai terhadap stress pengalaman stress yang
dialaminya.
Adapun maca,-macam faktor predisposisi meliputi hal sebagai berikut:
a. Biologis : latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis,
kesehatan umum, dan terpapar racun.
b. Psikologis : kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal,
penegalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan
psikologis dan kontrol.
c. Sosiokultural : usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi
memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stress atau tekanan
hidup. Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan
sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga memengaruhi
terjadinya stress, yaitu beberapa lama terpapar dan berapa frekuensi
terjadinya stres. Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
a. Kejadian yang menekan (stressful)
Ada 3 cara mengategorikan kejidian yang menekan kehidupan,
yaitu aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial.
Aktivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial,
kesehatan, keuangan, aspek legal, dan krisis komunitas.
Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan sebagai jalan
masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru
memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah keinginan
secara umum seperti pernikahan.
b. Ketegangan hidup
Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi adalah
perselisihan yang dihubungkan dengan hubungan perkawinan,
perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-
anak, ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga,
serta overload yang dihubungkan dengan peran.
Penilaian terhadap stressor meliputi penentuan arti dan
pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh dengan stres
bagi individu. Penilaian terhadap stressor ini meliputi respons
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan respons sosial. Penilaian
adalah dihubungkan dengan evaluasi terhadap pentingnya suatu
kejaidan yang berhubungan dengan kondisi sehat.
1) Respons Kognitif
Merupakan bagian kritis dari model ini. Faktor kognitif
memainkan peran sentral dalam adaptasi. Faktor kognitif
mencatat kejadian yang menekan memilih pola koping yang
digunakan, serta emosional, fisiologis, perilaku dan reaksi
sosial seseorang. Penilaian kognitif merupakan jembatan
psikologis antara seseorang dengan lingkungannya dalam
mengahadapi kerusakan dan potensial kerusakan. Terdapat 3
tipe penilaian stressor primer dari stress yaitu kehilangan,
ancaman dan tantangan.
2) Respons afektif
Adalah membangun perasaan. Dalam penilaian terhadap
stressor respons afektif utama adalah reaksi tidak spesifik
atau umumnya merupakan reaksi kecemasan, yang hal ini
diekspresikan dalam bentuk emosi. Respons afektif meliputi
sedih, takut, marah, menerima, tidak percaya, antisipasi, atau
kaget. Emosi juga menggambarkan tipe, durasi, dan karakter
yang berubah sebagai hasil dari suatu kejadian.
3) Respons fisiologis
Merefleksikan interaksi beberapa neuroendokrin yang
meliputi hormon, prolaktin, hormon adrenokortikotropik
(ACTH), vasopresin, oksitosin, insulin, epineprin
morepinerprin, dan neurotransmiter lain di otak. Respons
fisiologis melawan atau menghindar (the fight or fligh)
menstimulasi divisi simpatik dari sistem saraf autonomi dan
meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal. Sebagai tambahan,
stress dapat memengaruhi sistem imun dan memengaruhi
kemampuan seseorang untuk melawan penyakit.
4) Respons perilaku
Respons perilaku hasil dari respons emosional dan fisiologis
5) Respons sosial
Respons ini didasarkan pada 3 aktivitas, yaitu mencari arti,
atribut sosial, dan perbandingan sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gengguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan bersangkutan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya.
Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana
perawat mendapatakan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada
suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan. Model konseptual keperawatan kesehatan jiwa terdiri dari 8 model
yaitu : Model psikoanalisa, Model perilaku, Model eksistensi, Model interpersonal,
Model medikal, Model komunikasi, Model keperawatan dan Model sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fityasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Penerbit Salemba Medika.

Christensen, P. J. dan Kenney, J. W. 2009, Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual,


Ed. 4, Jakarta, EGC.

Purwaningsih, Wahyu, S.Kep. 2009. Asuahan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika Press.
Jogjakarta.

Yosep Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika aditama

Anda mungkin juga menyukai