Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya dapat

menyelesaikan tugas makalah tentang “ komunikasi dalam keluarga”. Sholawat

dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.Bersamaan

ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini, terima kasih atas

kebersamaan, bantuan, dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi

penyempurnaan skripsi ini.

Padang, 8 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan

manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain

dibutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila

menggunakan sistem isyarat yang sama Komunikasi antar pribadi akan sering

terjadi dalam pembentukkan karakter seseorang. Menurut Verdeber (1990)

dan Rahkmat (2007) komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses

interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan-gagasan

maupun perasaan.

Ketika orang berkomunikasi maka nampaknya yang terjadi adalah suatu

proses transaksional yang dapat diartikan bahwa; (1) siapa yang terlibat dalam

suatu proses komunikasi saling membutuhkan tanggapan demi suksesnya

komunikasi itu; (2) komunikasi melibatkan interaksi dari banyak unsur.

Beberapa unsur yang dimiliki secara tetap oleh setiap bentuk komunikasi

termasuk komunikasi antar pribadi adalah; (a) konteks, (b) komunikator-

komunikan, (c) pesan, (d) saluran, (e) gangguan, (f) umpan balik, dan (g)

model proses.

Konteks komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa yang melakukan

komunikasi adalah individu yang terlibat dalam interaksi sebagai pengirim

pesan atau sebagai penerima pesan. Sebagai pengirim pesan tentunya akan

terlibat dalam menyusun suatu pesan untuk dikomunikasikan dengan harapan


akan mendapat tanggapan dari individu yang dituju baik secara verbal maupun

secara nonverbal.

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam keluarga bertujuan untuk

mempererat hubungan sosial di antara individu yang ada dalam keluarga.

Komunikasi antar pribadi yang baik akan membawa kepada hubungan

interpersonal yang baik, sehingga terjadi pertukaran sosial yang baik pula.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi 

1. Definisi 

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin  Communicare atau Communis yang

berarti  sama  atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan

orang lain, berarti  kita berusaha agar  apa yang disampaikan kepada orang lain

tersebut menjadi miliknya (Roger, 1995)

Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna

yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang terlibat dalam kegiatan

komunikasi  (Astrid, 1998).

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua fihak untuk

menyamakan persepsi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Komunikasi

merupakan proses dua arah. Kesamaan persepsi hanya bisa tercapai bila kedua

pihak mendengar dan berbicara efektif (Widjono, 2006)

Komunikasi terjadi antara pengirim pesan dan yang menerima pesan, bisa terjadi

antara atasan dan bawahan atau dokter dengan perawatnya. Penekanan berada

pada kebutuhan untuk berkomunikasi dan bekerjasama antara seluruh anggota dari

organisasi, menjalankan fungsi sebagai kelompok yang saling bergantung

membentuk satu kesatuan. (Perry & Potter,2000).


B. Konsep Keluarga

1. Keluarga

a. Definisi Keluarga

Menurut Depkes RI (1998) dalam Mubarak (2006 : 159) keluarga dalam unit

terkecil dan masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul yang tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan suatu

ketergantungan.

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 255) keluarga adalah dua atau

lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan

atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu

sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

mepertahankan kebudayaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mempunyai hubungan sarat satu

sama lain dan mereka hidup dalam satu rumah tangga dalam rangka mencapai

tujuan tertentu.

b. Tipe keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) type keluarga

terdiri dari :

1) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak

2) Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.


3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti

4) Keluarga duda / janda (single family), adalah kelaurga yang terjadi

karena perceraian atau kematian

5) Keluarga komposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama

6) Keluarga kabitas (cohabitation), adalah dua orang menjadi I tanpa

pernikahan terapi membentuk suatu keluarga

c. Peran Keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) berbagai

perasaan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peran ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak

berperanan aman, sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

2) Peranan ibu sbagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, perlindungan dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

me\asyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga


3) Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental,

sosial dan spiritual.

d. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam

Suprajitno (2004 : 13) adalah sebagi berikut :

1) Fungsi efektif (the affective function) adalah faktor

keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fugsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial

anggota keluarga

2) Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi (sosialization

and social placement fungtion) adalah fungsi mengembangkan dan

tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar

rumah

3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah

fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga

4) Fungsi ekonomi (the economy funcional) yaitu keluarga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga


5) Fungsi perawatan/pemeliharaaan kesehatan (the health

care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memilki produktivitas tinggi

fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan.

e. Tahap-tahap kehidupan keluarga

1) Tahap pembentukan keluarga, tahap ini di mulai dari pernikahan,

yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga

2) Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk

mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak

merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat

yang sangat dinantikan

3) Tahap Menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh,

mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada

tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang

tuanya, dan kondisinya masih sangat lemah

4) Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah

mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan

teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,

karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.

Dan fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan

tugas keluarga adalah mulai menenmkan budaya dan sebagainya

5) Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga

adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk


mempersiapkan masa depannya membiasakan anak belajar secara

teratur, mengontrol tugas-tugas anak sekolah dan meningkatkan

pengetahuan umum anak

6) Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling

rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri

dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan

dan dari kedua orang tua sangat diperlukan komunikasi dan saling

pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara

dan dikembangkan

7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap

remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka

tahap selanjutnya adalah melepaskan anak bemasyarakat dalam

memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak

akan memulai kehidupan berumah tangga

8) Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan menmpuh

kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah suami istri berdua

saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak

dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan

stress

9) Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan keluarga

orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana

ini.
a. Model Komunikasi dalam Keluarga

Berdasarkan kasuistik perilaku orang tua dan anak yang sering

muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam

keluarga adalah berkisar di seputar Model Stimulus-Respons (S-R), Model

ABX, dan Model Interaksional.

1) Model Stimulus – Respons

Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah

model stimulus – respons (S-R). Pola ini menunjukkan komunikasi

sebagai suatu proses aksi - reaksi yang sangat sederhana. Pola S – R

mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-

isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu

akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara

tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau

pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-

balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah

tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas sosial pola ini dapat

pula berlangsung negatif.

Sampai pada batas-batas tertentu, perkataan orang tua dapat

dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, perintah orang tua dengan

mempergunakan kalimat yang sederhana dapat dilaksana kan oleh

anak dengan baik.


2) Model ABX

Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam

komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang

dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi sosial.

Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan

informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Model

tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan

terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem

yang terdiri dari empat orientasi, yaitu: (1) Orientasi A terhadap X,

yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau

dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2)

Orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama, (3) Orientasi B

terhadap X, (4) Orientasi B terhadap A.

Dalam keluarga suami-istri sering membicarakan anaknya. Entah

soal sikap dan perilaku anak, masalah sandang atau pangan anak,

masalah pendidikan anak, dan sebagainya. Ketika pembicaraan kedua

orang tua itu berlangsung anak sama sekali tidak tahu. Anak tidak

terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan, anak

hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas

kemampuannya. Setiap orang tua berkeinginan untuk memiliki

sesuatu. Keinginan untuk memiliki sesuatu itu terkadang tidak selalu

sama, karena perbedaan pendapat dalam menilainya. Namun pada


akhirnya, salah seorang harus mengalah, bukan karena kalah, tapi demi

meredam konflik, demi kebersamaan, dan demi segalanya.

3) Model Interaksional

Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif.

Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu

penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta

komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri

sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

Dalam keluarga interaksi terjadi dalam macam-macam bentuk. Yang

mengawali interaksi tidak mesti dari orang tua kepada anak, tetapi bisa

juga sebaliknya, dari anak kepada orang tua, atau dari anak kepada

anak. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar

individu saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan

menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan

pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin

memperlancar kegiatan komunikasi.

b. Manfaat komunikasi bagi keharmonisan keluarga.

Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting

dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam

masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin

kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono,

1977). Sedangkan menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan

terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi

dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-
nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam

keluarga itu akan dapat diciptakan.

Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya

hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu

dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga,

saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim, 1985)

Basri (1999) menyatakan bahwa setiap orangtua bertanggung jawab

juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan

terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif

dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab

telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan

hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan

efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang

harmonis. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang

hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah

mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin

sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang dihadapi

anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh

kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga ynag tercipta adalah

tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering

mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi

masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan persepsi

keharmonisan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam


keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat,

suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka,

saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya

sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara

seimbang.

Komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola

hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing-

masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh

berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua

fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu :

a. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun

konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk

memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan

ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang menghibur dan memupuk

hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui komunikasi

seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih

dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

b. Fungsi Komunikasi Kultural


Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan

timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi di sini

adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk

mengkomunikasikan norma-norma buidaya masyarakat, baik secara horisontal

(dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara vertikal (dari

suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya menetapkan

norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok tertentu.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidup kita tak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting

dalam hidup, kita tidak mungkin tidak berkomunikasi baik secara sengaja maupun

tidak sengaja. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator (pemberi

pesan) kepada komunikan (penerima pesan), agar dalam penyampaian pesan kita

dapat dipahami dan dimengerti haruslah tercapai "komunikasi efektif"

Dalam kehidupan rumah tangga, komunikasi merupakan faktor penting dalam

membina hubungan rumah tangga. Seorang istri harus mengerti cara

berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya. Komunikasi dalam rumah

tangga tak hanya saat berbicara empat mata atau saat berkumpul dengan keluarga,

pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu bentuk komunikasi,

hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu pasangannya pun harus

pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan yang diberikan.

Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota kelompok

biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama dengan

komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi

tersendiri. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan

orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan


menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk

mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari

pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk

terjadinya keharmonisan dalam keluarga .

Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek

kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut

sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan.

Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan

perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga

B. Saran

1. Bagi keluarga

Diharapkan bagi anggota keluarga untuk membangun sebuah komunikasi yang

baik antar anggota kelurga sehingga akan tercipta sebuah keluarga yang harmonis

dan jauh dari berbagai konflik yang dapat meretakkan pondasi sebuah keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Hurlock,Elizabeth B.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Liliweri, Alo. 2004. Perspektif Teoritis, Komunikasi Antarpribadi (Suatu


Pendekatan Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung : Citra Aditya
bakti.

Mulyana, Deddy. 2001 . Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi contoh


analisis statistik. Bandung : Remaja Rosdakary

Anda mungkin juga menyukai