Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BK DEWASA DAN LANSIA

“PERKEMBANGAN KOGNITIF,FISIK DAN SOSIOEMOSI USIA DEWASA


AWAL”

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Sri handayani (190303126)


2. Mila murniati (190303105)
3. Orin amaranti (190303098)
4. Renita anggun sholehah (190303117)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TA 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih maha penyayang, dengan ini puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah BK Dewasa dan Lansia”perkembangan kognitif,fisik dan sosioemosi usia dewasa awal” ini
yang telah diusahakan semaksimal mungkin, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah BK Bewasa dan
Lansia.

Adapun, penyusun makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami pun berharap
makalah ini dapat diberikan kritik dan sarannya agar dikemudian hari, kami bisa membuat makalah
yang lebih sempurna lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

a) Latar belakang .......................................................................................... 1


b) Rumusan masalah ...................................................................................... 2
c) Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

a) Perkembangan kognitif usia dewasa awal ................................................ 3


b) Perkembangan fisik usia dewasa awal ..................................................... 8
c) Perkembangan sosioemosi usia dewasa awal .......................................... 9

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... 11

Kesimpulan ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang, tetapi lazimnya merujuk pada
manusia. Dewasa adalah orang yang lagi bukan anak-anak dan telah menjadi pria dan wanita
seutuhnya. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memilki karakteristik perilkau dewasa,
tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jka berada dibawah umur dewasa secara hukum.
Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memilki kematangan dan
tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.

Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan mengalami
masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung
dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang kehidupan, masa dewasa
biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan
selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi,
pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan
masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.

Yang dimana perkembangan manusia proses yang progresif yang terus maju dan tidak mundur,
tidak kembali pada perkembangan semula, maka perkembangan sebagai sesuatu yang
berkesinambungan, yakni dalam perkembangannya individu tidak statism melainkan terjadinya suatu
perubahan yang sisitimatis, sejak lahir hingga mati, perubahan ini akan menghasilkan suatu interaksi
diantara ketiga faktor tersebut di atas interaksi dimaksud terlihat dengan terjadinya perubahan dalam
bentuk ukuran dan proporsi, misalnya bertambah berat

Dalam proses perkembangan di masa usia dewasa awal, jelas adanya perubahan-perubahan yang
meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi dan perasaan, minat, motivasi, sikap,
kepribadian, bakat, dan kreatifitas. Dimana dalam setiap aspek tersebut pada dasarnya membuat
kombinasi-kombinasi atau hubungan baru kemudian membentuk spesialisasi fisik dan psikologi yang
berbeda antara manusia yang satu dan lainnya

1
B. Rumusan masalah
1. Perkembangan kognitif usia dewasa awal
2. Perkembangan fisik usia dewasa awal
3. Perkembangan sosio emosi usia dewasa awal

C. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui perkembangan kogntifi manusia pada usia dewasa awal
2. Untuk mengetahui perkembangan fisik manusia pada usia dewasa awal
3. Untuk mengetahui perkembangan sosio emosi manusia pada usia dewasa awal

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Perkembangan kognitif manusia pada usia dewasa awal


Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional,periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang
baru. Kisaran umur antara 21 sampai 40 tahun. Perkembangan kognitif manusia pada usia dewasa
awal terdapat perubahan-perubahan yang terjadi seperti :
a. Berfikif pasca normal
 Teori piaget tentang perkembangan kognitif sangat jelas memfokuskan pada masa
kanak-kanak dan remaja. Perkembangan kognitif berlangsung hingga melampaui
masa tersebut dan tahap keempat perkembangan kognitif yang disebut pemikiran
pasca normal
 Dikatakan bahwa tahap ini ditandai oleh pemikiran relativistik.
o Perry (1970) mempelajari pertumbuhan kognitif pada para mahasiswa dan
menemukan bahwa terjadi perubahan dari asumsi awal ketika memasuki
perguruan tinggi, yaitu bahwa suatu kebenaran mutlak dapat ditemukan,
ke pemahaman secara bertahap bahwa pertanyaan- pertanyaan dapat
memilki jawaban
o Ini memunculkan kebimbangan karena tidak mengetahui mana “jawaban
yang benar
 Pada akhirnya, walau bagaimanapun banyak yang memahami bahwa beberapa
pendapat memperoleh dukungan lebih baik ketimbang pendapat lainnya dan
mampu menetukan satu posisi dengan memilih di antara persektif-perspektif
reatif
 Perubahan dari pemikiran absolut ke relatif ini diperkirakan mendorong
penggunaan gaya berfikir yang jauh lebih beragam (zhang,2002)
 Dikatakan bahwa pemikir tingkat lanjut menikmati tantangan untuk menemukan
paradoks-paradoks dan inkonsistensi-inkonsistensi dalam berbagai gagasan guna
mencoba menyatukannya (Basseches, 1984)
 Meski demikian, sejauh mana hal itu termasuk urutan perkembangan masih
menjadi perdebatan karena jenis berfikir ini hanya ditunjukkan oleh minoritas
orang dewasa, khususnya mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi,
yang menunjukkan pentingnya peran pengalaman dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan berpikir pada orang dewasa (Sinnot,1996)

3
b. Penuaan dan keterampilan-keterampilan kognitif
 Terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa kemampuan-kemampuan mental
menurun seiring usia bertambah. Contohnya, orang-orang dewasa tua didapati
berkinerja lebih buruk ketimbang orang-orang dewasa muda dalam tugas-tugas
kognitif Piagetian (Blackburn & Papalia, 1992)
 Meski demikian studi-studi tersebut menggunakan rancangan lintas seksional dan
karena itu dikatakan bahwa perbedaan tersebut pada dasarnya disebabkan oleh efek
kelompok, yang terjadi karena orang-orang dewasa tua yang berpartisipasi dalam
studi-studi ini secara umum memiliki tingkat pendidikan formal yang kurang
ketimbang orang-orang dewasa muda di masa kini
 Studi-studi lain yang menggunakan pendekatan longitudional memenukan bahwa
keterampilan-keterampilan kognitif tetap stabil atau meningkat seiring waktu
(Salthouse, 2009)
 Ini juga didukung oleh studi-studi yang menunjukkan bahwa orang-orang dewasa
tua yang sedang belajar di perguruan tinggi berkinejra sama baiknya dengan rekan-
rekan sekelas mereka yang lebih muda dalam tes-tes kognitif (Blackburn, 1985.)
 Meski demikian, ada pendapat bahwa studi-studi longitudional juga memilki
kelemahan metodologis, yaitu efek latihan (Salthouse, 2009.)
 Ini berarti bahwa tren-tren umur yang tampak dalam perbandingan-perbandingan
longitudional bersifat menyesatkan : kita tidak benar-benar menjadi lebih baik
dalam tugas-tugas kognitif ketika kita bertambah tua melainkan karena efek belajar
dan pengalaman (Salthouse, 2009)
 Interprestasi alternatif atas gagasan tersebut adalah latihan dapat memiliki peran
protektif bagi keberfungsian kognitif. Studi-studi pelatihan kognitif contohnya,
telah menunjukkan bahwa dalam banyak kasus penurunan kognitif pada orang-
orang tua dapat diperbaiki (Blaskewicz Boron dkk,2007)
 Bielak (2010) menyebutkan hipotesis penuaan kognitif “gunakan atau hilang”
 Bukti juga menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang memengaruhi
perubahan-perubahan keberfungsian yang terkait dengan umur
 Keberfungsian berdasarkan akumulasi pengetahuan, seperti kinerja dalam tes-tes
kosa kata atau informasi umum (disebut kemampuan terkristalisasi) secara
konsisten ditemukan meningkat setidak-tidaknya hingga usia 60 tahun (Salthouse,
2009)
 Penurunan kurang mungkin terjadi bila tidak menderita penyakit kardiovaskular
dan penyakit kronis lainnya (Wendell dkk, 2009).

4
 Status sosioekonomi tinggi dikaitkan dengan penurunan yang lebih lambat
(Fotenos dkk, 2008)
 Keterlibatan dalam lingkungan yang kompleks dan merangsang intelektualitas
akan mendorong keberfungsian yang baik ( Valenzuela, Breakspear, & Sachdev,
2007).
 Bukti dari studi kelompok di Inggris menunjukkan bahwa menjalani gaya hidup
 aktif dapat membantu memperlambat proses penurunan kognitif karena penuaan
(Richards, Hardy, & Wadsworth, 2003)
c. Bahasa dan memori
 Penelitian tentang perkembangan bahasa cenderung fokus pada perubahan-
perubahan yang terjadi di masa bayi dan kanak-kanak, dengan keyakinan bahwa di
masa dewasa keterampilan bahasa tetap bertahan (Thornton & Light, 2006).
 Meski demikian, terdapat bukti bahwa perkembangan bahasa terus berlangsung
bahkan hingga ke masa dewasa akhir : kosa kata meningkat (Willis & Schaie, 2005)
dan orang-orang dewasa tua kerap tetap memilki atau bahkan meningkatkan
pengetahuan kata mereka serta maknanya (Burke & Shafto, 2004)
 Meski demikian, di masa dewasa akhir beberapa penurunan dalam kemampuan
bahasa dapat terjadi terkait perubahan-perubahan fisiologis di usia tua, seperti
masalah pendengaran yang mengakibatkan masalah-masalah dalam membedakan
bunyi wicara ( Gordon- Salant dkk,2006).
 Hilangnya keterampilan memori juga dapat mengakibatkan masalah penarikan kata
contohnya, fenomena ujung lidah yang ditandai oleh perasaan yakin bahwa kita
mengetahui suatu kata namun tidak dapat mengingatnya (Thornton & Light, 2006).
 Penurunan ide kerap dikompensasi dengan menggunakan kata-kata yang dikenal
baik dan kalimat-kalimat yang jauh lebih pendek (Burke & Shalfo,2006)
 Ini juga dapat menjelaskan ketergantungan yang lebih tinggi pada jeda ucapan yang
kerap tampak pada orang-orang dewasa tua (contohnya, dengan mengatakan “eem”
atau “ee”), dan dapat menjadi sarana “penambah waktu” untuk mengingat kata yang
benar
 Faktor-faktor yang berperan dalam penurunan keterampilan bahasa pada orang-
orang yang berusia tua kemungkinan adalah keterampilan pemprosesan kognitif
umum, bukan keterampilan –keterampilan spesifik bahasa (Obler, 2005)
 Ini meliputi penurunan kecepatan pemprosesan informasi dan penurunan memori
kerja, yang kerap tampak ketika orang menua (Waters & Caplan, 2005)..
d. Penuaan dan otak

5
 Otak akan mengecil antara usia 20 an dan 90 tahun dan beratnya berkurang antara 5
dan 10 persen (Enzinger dkk,2005)
 Juga telah diamati terjadinya penurunan volume otak.
o Volume otak orang-orang dewasa berkisar 15 persen lebih kecil daripada
orang-orang dewasa muda (Shan dkk, 2005).
o Volume otak berkurang hingga 0.22 persen pertahun antara usia 20 dan 65
tahun, kemudian hingga 0.40 perseb pertahun di usia 65 hingga 80 tahun
(Fotenos dkk,2008)
o Ini diperkiakan disebabkan oleh kombinasi hilangnya dendrit, kerusakan
pada mielin, dan kematian sel-sel otak.
 Beberapa area otak lebih tinggi tingkat pengecilannya dari pada area lainnya seiring
kita bertambah tua. Konteks prafrontalis adalah area yang ukurannya mengecil ini
dikaitakan dengan penurunan fungsi koognitif seperti memori kerja (Glady dkk,
2006).
 Bukti terakhir mendukung gagasan bahwa perubahan-perubahan struktur dalam otak
adalah yang menyebabkan kehilangan keberfungsian (Fan dkk, 2008).
 Meski demikian, kita tidak benar-benar mengetahui apakah pengecilan otak
mengakibatkan penurunan koognitif atau sebaliknya dan mungkin model sebab-
akibat ini terlalu menyederhanakan karena tidak mempertimbangkan sejumlah factor
lingkungan yang dapat mempengaruhi setiap dampak perubahan biologis dan struktur
otak.
o Fotenos ddk (2008) menemukan hubungan kompleks antara status
sosioekonomi, perubahan-perubahan struktur dalam otak, dan prnurunan
kognitif.
o Mereka melakukan studi pencitraan syaraf berskala besar dimana orang-
orang dewasa yang berusia antara 20 dan 80 tahun menjalani pemindaian
MRI dan pengujian kognitif di awal studi, kemudian dites ulang dan dipindah
3 tahun kemudian.
o Mereka menemukan bahwa pada orang-orang dewasa tua yang tidak
mengalami penurunan kognitif, yaitu mereka yang berstatus sosioekonomi
tinggi menunjukkan hilangnya penurunan otak yang lebih tinggi dari pada
individu-individu dengan status sosioekonomi rendah.
o Ini tidak berarti bahwa status sosioekonomi tinggi dikaitkan dengan
hilangnya folume otank yang lebih besar, namun lebih karena orang-orang
dewasa tua dari kelompok sosioekonomi tinggi merespon secara berbeda

6
hilangnya volume otak yang sama dari pada individu-individu dengan latar
belakang sosioekonomi rendah.
o Secara normal tingkat penurunan otak yang tinggi diperkirakan akan
mengakibatkan masalah-masalah fungsional serius, seperti dimensia, seperti
tampak pada individu-individu dengan status sosioekonomi rendah dan
sedang.
o Meski demikian, pada individu-individu dengan sosioekonomi tinggi,
penurunan structural yang sama tampaknya ditoleransi lebih baik yakni, tidak
mempengaruhi keberfungsian.
o Karena itu, disimpulkan bahwa status sosioekonomi tinggi memproteksi
individu-individu dari penurunan kognitif. Diduga factor protektifnya adalah
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
e. Demensia
 Bentuk demensia yang paling umum, mencapai antara 50 dan 70 persen dari seluruh
demensia, adalah penyakit Alzheimer.
 Alzheimer bersifat progresif, yang berarti bahwa penyakit ini mencakup berbagai
keterampilan secara bertahap. Penyakit ini juga tidak dapat disembuhkan.
 Penyakit ini ditandai dengan keberosotan bertahap dalam memori, penalaran, bahasa
dan pada akhirnya, keberfungsian fisik.
 Sebagian besar penderita Alzheimer berusia 60 tahun ke atas, sehingga secara
dominan merupakan penyakit usia tua.
 Meski demikian,sebanyak 5persen penderita penyakit ini mengalami apa yang
disebut kejadian Alzheimer dini. Bentuk penyakit ini kerap muncul ketika seseorang
berusia 40-an atau 50-an.
 Banyak dari factor risiko Alzheimer adalah hal-hal yang tidak bias kita ubah, seperti
umur dan genetik.
 Meski demikian, secara umum kini diyakini bahwa penyakit Alzheimer terjadi akibat
interaksi-interaksi kompleks antara gen dan faktor-faktor risiko lainnya seperti diet
dan pilihan gaya hidup.
 Ini merupakan contoh model diathesis-stres.
 Ini berarti pada individu dengan potensi genetic penyakit Alzheimer, factor-faktor
tertentu seperti pilihan gaya hidup dapat memicu Alzheimer.
 Tanpa pemicu-pemicu tersebut bias jadi individu tidak mengalami Alzheimer.
 Contohnya, ditemukan bahwa terdapat keterkaitan antara obesitas dan penyakit
Alzheimer. Kevipelto dkk, (2005) menemukan bahwa obesitas diusia paruh baya

7
berhubungan dengan meningkatnya risiko demensia dan penyakit Alzheimer
dikemudian hari.
 Studi-studi lain menunjukkan bahwa masalah-masalah kesehatan diusia paruh baya,
seperti tekenan darah tinggi dan demensia tipe 2 juga meningkatkan risiko demensia,
termasuk penyakit Alzheimer.
 Obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes adalah masalah-masalah kesehatan yang
dapat memengaruhi jantung dan pembuluh-pembuluh darah dan diperkirakan bahwa
jika pembuluh-pembuluh dara di dalam otak terpengaruh, ini dapat mengakibatkan
demensia.
 Juga telah ditemukan bahwa orang-orang dewasa akhir yang menderita penyakit
Alzheimer lebih mungkin mengalami penyakit jantung ketimbang individu-individu
yang tidak mendrita Alzheimer (Hayden dkk, 2006).
 Karena itu, masuk akal bahwa menghindari factor-faktor risiko yang dikaitkan
dengan penyakit jantung, seperti merokok,obesitas, dan gaya hidup yang tidak aktif,
juga dapat mencegah demensia.
2. Perkembangan fisik pada masa dewasa awal

Secara fisik, usia, rangka tubuh, tinggi, dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat
kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor memang bias digunakan sebagai ukur kedewasaan.
Akan tetapi, segi fisik saja belom menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah
dewasa. Sebab banyak orang yang telah cukup usia dan kelihatan dewasa akan tetapi ternyata dia
masih sering melibatkan sifat kenak-kanakannya. Oleh sebab itu, dalam menentukan sifat kedewasaan
seseorang dari segi fisiknya harus pula mengetahui apakah dia dapat menentukan sendiri setiap
persoalan yang dia hadapi, dan apakah ia telah membedakan baik buruknya serta manfaat dan ruginya
sebuah permasalahan hidup. Selain itu, juga adanya kepercayaan pada diri sendiri dan tidak
bergantung kepada orang lain, tidak cepat naik pitan dan marah, serta tidak menggerutu disaat
menderita.

Berikut adalah perubahan-perubahan fisik umum di masa dewasa awal

 Orang dewasa muda secara umum berada di puncak kebugaran fisiknya


 Meski demikian, proses penuaan telah dimulai : tubuh telah bertambah tua sejak
lahir,namun setelah mencapai usia paruh baya barulah kita mulai melihat efek-efek
penuaan tersebut
 Hanya perubahan-perubahan fisik kecil yang tampak pada usia 20-an dan 30-an, namun
setelah mencapai usia 40-an banyak orang mulai menampakkan perubahan-perubahan
fisik

8
 Salah satu efek yang paling nyata adalah hilangnya elastisitas kulit, terutama pada wajah
ini mengakibatkan garis-garis dan kerutan yang dipandang sebagai salah satu tanda
pertama penuaan
 Kedua jender dapat mulai beruban atau mengalami penipisan rambut
 Perubahan-perubahan berat badan umunya tampak disepanjang rentang hidup ternasuk
pertambahan berat badan diusia paruh baya, diikuti dengan penurunan berat badan ketika
orang mencapai usia 60-an (Whitbourne, 2005).
 Penuaan mengakakibatkan penurunan efisiensi sebagai besar sistem ragawi dimulai sejak
usia 20-an dan seterusnya
 Kekuatan dan fleksibilitas mulai menurun pada kedua jender di usia paruh baya (samson
dkk., 2000) ;kerja motorik melambat (Newell, Vailancourt, & Sosnof, 2006) dan waktu
relaksi menurun
 Meski demikian menghindari gaya hidup yang tidak aktif tampaknya akan
memperlambat penurunan tersebut (Earles & Salthouse, 1995)
 Olahraga dalam taraf sedang dan diet sehat telah didapati melindungi dari stroke,
penyakit jantung dan diabetes di usia tua (Yung dkk, 2009)
 Perempuan mengalami menopause di usia paruh baya, dengan perubahan-perubahan
hormonal yang mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk bereproduksi di masa
pertengahan hingga akhir
 Pengingkatan angka kejadian penyakit kronis, seperti osteoartritis, hipertensi, dan
penyakit jantung, juga tampak pada orang dewasa akhir
3. Perkembangan sosioemosional pada usia dewasa awal

Emosi sangat erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia, termasuk
kehidupannya yang menyangkut sendi-sendi dalam kehidupan berumah tangga. Emosi adalah keadaan
batim manusia yang berhubungan erat dengan rasa senang, sedih gembira, kasih sayang dan benci.
Kedewasaan seseorang itu dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosi ini. Jika
pandai mengendalikan emosi emosinya, maka berarti semua tindakan yang dilakukan bukan hanya
mengandalkan dorongan nafsu, melainkan dia telah menggunakan akalnya juga. Meyalurkan emosi
dengan dikendalikan oleh akal pertimbangan sehat akan dapat melahirkan sebuah tindakan yang telah
dewasa, dan yang tetap akan berada dalam peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam agama.

Emosi dapat dikendalikan jika dilatih dari hari ke hari.emosi ini tidak dapat diperoleh
sekonyong-konyong. Kesungguhan dan kesanggupan seseorang untuk mnegendalikan emosi harus
telah dilatih semenjak lama

Orang yang telah menguasai dan mengendalikan emosinya dengan disertai oleh kemampuan
mental yang cukup dewasa, dia pasti dapat mengendalikan dirinya menuju kehidupan yang bahagia di

9
karenakan selalu sifat terbuka dalam menghadapi setiap kesulitan dan persoalan hidup, dan dapat
merasa pusa dan sanggup menerima segala sesuatunya dengan lapang dada, sifat kedewasaan
seseorang dapat dilihat dari pertumbuhan sosialnya juga. Pertumbuhan sosial adalah suatu
pemahaman tentang bagaimana dia menyanyangi pergaulan, bagaimana dia dapat memahami tentang
bagaimana watak dan kepribadian seseorang, dan bagaimana cara dia mampu membuat dirinya agar
disukai oleh orang lain dan bahkan terhadap seseorang atau hal-hal yang paling tidak ia sukai
sekalipun merupakan kedewasaan secara sosial.

Orang yang dapat berbuat seperti itu dia pasti pandai menguasai keadaan meskipun terhadap
orang yang berlaku tidak baik terhadap dirinya meskipun untuk hal yang paling menyakitkan dalam
hatinya sekalipun.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa dewasa adalah masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini
adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan mulai
belajar mandiri karena telah mempunyai tugas dan peran yang baru.

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal jika tidak dioptimalkan dengan baik akan
menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perubahan minat, mobilitas sosial,
dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap individu

11
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, yudrik. 2011. Psikologi perkembangan. Jakarta : kencana.

Upton, Penney. 2012. Psichology Express : Developmental psychology. Jakarta : Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai