Dosen Pengampu :
Husnul Khotimah, S.Psi., M.A.,
Oleh Kelompok 3 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
KELAS C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Sejarah dan Definisi Konseling Keluarga” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah dan definisi konseling keluarga
yang ada di dalam Psikologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan kami mohon kritik, dan saran yang membangun untuk
kebaikan kami bersama.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
.1. Kesimpulan............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah:
1) Bagaimana sejarah konseling keluarga?
2) Apa saja klasifikasi yang ada dalam konseling keluarga?
3) Apa definisi dari konseling keluarga?
Kami berharap semoga dengan makalah ini kami bisa menambah wawasan
tentang sejarah dan definisi konseling keluarga dalam psikologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sini ia mulai merintis mata kuliah untuk mempersiapkan anak muda
bagi kehidupan keluarga. Groves mengembangkan reputasi diri untuk
menjadi konselor bagi orang muda yang akan berkeluarga dengan
memberikan layanan konseling. Pada tahun 1927 Groves pindah ke
Chapel Hill untuk menjadi guru besar di bidang sosiologi pada
University of North Carolina dimana ia mengembangkan mata kuliah
kehidupan keluarga, dan merupakan yang pertama di AS sebagai mata
kuliah tetap dengan kredit tertentu.
Sebagai tambahan Groves mengadakan Groves Conference on
Conservation of Marriage and Family setiap tahun. Dan ini merupakan
konferensi nasional yang tertua bagi pendidik-pendidik perkawinan
dan keluarga di AS. Groves pulalah yang mempelopori perkembangan
American Association of Marriage and Family Conselor (now The
American Association of Marriage and Family Therapists) dan
menjadi presiden dari asosiasi itu pada tahun 1945. Dia mempunyai
pengaruh yang kuat dalam perkembangan Marriage and Family
Therapists selanjutnya melalui kepemimpinannya dalam kuliah-kuliah,
organisasi profesional, dan melalui tulisan-tulisannya.
Abraham Stone seorang dokter ahli urology (ilmu penyakit-
penyakit saluran kencing) dengan istrinya Hannah membuka pusat
konseling perkawinan dan keluarga di Labor Temple-New York pada
tahun 1929. Pada tahun 1932 pusat konseling itu pindah ke Community
Church dan selanjutnya layanan konseling berkembang pada basis-
basis organisasi yang lebih tinggi.
Pusat konseling kedua dibuka di Los Angeles pada tahun 1930
(konseling perkawinan dan keluarga yang kedua di AS) dengan nama
The American Institute of Family Relations yang dipimpin oleh Dr.
Paul Popence. Kemudian pada tahun yang sama berdiri lagi The
Marriage Council of Philadelphia dibawah pimpinan Dr. Emily Mudd
dengan tujuan memberikan konseling perkawinan dan keluarga.
2.1.2 Sejarah Baru Konseling Keluarga
Istilah family counseling (konseling keluarga) sama dengan
family therapy, dimana yang terakhir itu lebih populer di AS. Sebabnya
pada masa perkembangan selanjutnya konseling keluarga lebih banyak
4
digarap oleh para terapis dibidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih
terkenal istilah family counseling (konseling keluarga), karena
pelopornya adalah para sosiolog seperti Groves.
Pada tahun 1957 dalam sidang tahunan American
Orthopsychiatric Association (AOA) oleh Bowen dicatat sebagai
munculnya family therapy tingkat nasional, dimana pada bulan Mei
1957 terjadi rapat seksi tentang keluarga pada bidang AOA itu. Dalam
sidang itu dapat dicatat: (1) muncul kesadaran diantara para pelopor
untuk gerakan itu; (2) munculnya karir praktik keluarga pada terapis-
terapis yang kurang berpengalaman.
Dekade 60-an adalah dekade anak dan remaja dalam. gerakan
family therapy (Olso et. a 1980). Jelasnya pada dekade ini muncul
pengujian ide-ide dalam literatur dan perkembangan family therapy
secara nasional di AS. Muncullah psikiatris Donald Jackson, dan
kemudian Bateson Project sampai tahun 1962. Jackson mendirikan
Mental Research Institute (MRI) di Palo Alto. Kemudian bersama
Ackerman tahun 1981 ia menerbitkan jurnal “Family Process” yang
merupakan jurnal pertama yang berisi teori tentang family therapy,
juga tentang terapi dan risetnya. Jackson menaruh kepedulian terhadap
komunikasi antara penelitian klinis dengan masalah-masalah keluarga.
MRI menaruh kepedulian utama terhadap family therapy itu.
2.1.3 Sejarah Konseling Keluarga di Indonesia
Perkembangan konseling keluarga di Indonesia tertimbun oleh.
semaraknya perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling (BK) di sekolah pada masa tahun 60-an
bahkan sampai saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena
banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajar,
penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak dapat
dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk membantu
siswa.
Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit,
sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadikan guru biasa
merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan nama BK karena banyak
5
perlakuan “guru BK” yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip BK,
seperti memarahi siswa, bahkan ada yang memukul.
Mengenai kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah
seperti siswa yang menyendiri dan suka bermenung. Selidik punya
selidik, ternyata keluarganya berantakan, misalnya ayah ibu bertengkar
dan bercerai.
6
MRI mengembangkan polapola komunikasi dalam keluarga. Salah
satu pemberian Satir yang besat adalah kemampuannya dalam
menafsirkan maupun mempraktikkan formulasi-formulasi secara
kompleks yang terungkap dalam berbagal metodenya. Buku
publikasinya yang terkenal ialah “Conjoint Family Therapy”
mengemukakan desimilasi family therapy sebagai metode. Dalam
tugasnya di lapangan ia mengembangkan target pekerjaan
terapeutik sebagai berikut: (1) harga diri individu anggota keluarga;
(2) kualitas penyaluran, dan pemolaan komunikasi keluarga; (3)
aturan yang menata perilaku keluarga dan pernyataan-pernyataan
afektif; (4) ikatan antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lembaga-lembaga.
b. Jay Haley
Ketika Bateson Project berakhir tahun 1962, Jay Haley
bergabung dengan Satir dan Jackson di MRI. Sementara itu ia
mengajar mahasiswanya mengenai proses komunikasi antar
manusia dan aplikasi ide-ide ini dalam interaksi di keluarga. Ia juga
terlibat dalam berbagai riset dalam bidang ini yang banyak
menyumbang pengembangan bidang family therapy. Bidang
minatnya itu tampak dalam bukunya “The Strategies of
Psychotherapy” 1963. Menurut Haley perjumpaan terapeutik
ditandai oleh situasi yang paradoks, pengertian, dan manajemen
dalam arah terapi yang efektif. Haley menyarankan ketika terapis
membangun suatu kerangka yang penuh kebaikan dimana
perubahan sedang berlangsung, si terapis juga membolehkan
kliennya melanjutkan perilaku yang tak berubah dan membiarkan
paradoks itu selama perilaku tanpa perubahan itu masih ada.
Tujuan terapi menurut Haley ialah mendefinisikan dan mengubah
hierarkhi keluarga yang dicapai melalui perjuangan kekuatan
terapeutik yang ditandai oleh seleksi bertujuan dari terapis dan
pelaksanaan strategi interventif. Bagaimana perubahan terjadi dan
bagaimana gejala-gejala berkembang bukanlah hal yang penting
bagi Haley. Bagaimana insight dan kesadaran terjadi, dan
7
pengetahuan tentang sistem keluarga, tidak relevan dengan terapi
Jay Haley.
c. Salvadore Minuchin
Keluar dari Mental Research Institute (MRI), Haley bergabung
dengan Minuchin di Klinik Bimbingan Anak Philadelphia (tahun
60-an), Menurut Minuchin, faktor-faktor penting yang menentukan
pola interaksi dalam keluarga ialah: struktur keluarga, batas-batas
wewenang anggota keluarga, proses sistem keluarga, dan
pembagian tugas dalam keluarga.
2.1.5 Pertumbuhan Konseling Keluarga
Mengikuti penemuan konseling keluarga (family therapy) tahun
50-an dan operasionalisasinya tahun 60-an, gerakan konseling keluarga
telah tumbuh dalam model yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pertumbuhan itu tampak pada hal-hal: a. rentangan masalah, b. para
pakar/praktisi, c. publikasi ilmiah, dan d. training para anggota.
a. Rentang Masalah
Mula-mula, terapi keluarga/konseling keluarga bergerak
sebagai studi dan menangani kasus-kasus schizophrenia dan
kenakalan remaja. Dan kemudian mengembangkan teori-teori
tentang interaksi keluarga dengan berbagai masalahnya. Sementara
itu juga menangani masalah-masalah psikotik. Pada perkembangan
selanjutnya menjurus kepada memperkaya dan restorasi mengenai
masalah-masalah keluarga yakni masalah alkohol, obat-obat
terlarang, kenakalan, sakit tubuh, gangguan emosional, masalah
penyesuaian perkawinan, dan hubungan anak dengan orang tua.
b. Para Pakar/Praktisi
Mereka kebanyakan berasal dari psikiater dan _ ahli-ahli
kesehatan mental yang berjumlah sekitar 4.000 (Hansen cs. 1982).
Ada tiga organisasi profesional yang besar yang mewadahi para
profesional itu: (1) American Association for Marital and Family
Therapy (AAMFT); (2) The Marital and Family Therapy Section of
National Council on Family Relation (MFTNCE); (3) American
Family Therapy Association (AFTA). AAMFT adalah yang terbesar
dengan 25% terapis bergabung didalamnya dan beranggotakan
8
10.300 orang pada tahun 1983 (bandingkan 1967 hanya 973
anggota) MFTNCF adalah yang tertua yang mengutamakan
terhadap kehidupan keluarga dan kualitasnya. Reorganisasi hal-hal
berdasarkan minat tentang konseling perkawinan. Jumlah anggota
900 (1984). AFTA adalah termuda dan terkecil. Didirikan 1977
oleh kelompok “Family Process” dan tercatat hanya 150 anggota,
kemudian berkembang menjadi 700 profesional.
c. Publikasi
Pada tahun 1958 Nathan Ackerman menerbitkan buku pertama
berjudul “The Psychodynamics of Family Life”. Buku ini berisi
tentang diagnosis dan treatment mengenai hubungan keluarga.
Tahun 1961 Don Jack bergabung dengan Ackerman dan
menemukan “Family Process” yang merupakan jurnal tentang
teori-teori keluarga dan terapinya. Sejak saat itu buku-buku dan
jurnal-jurnal tentang family therapy berkembang menjamur. Pada
tahun 1980 ada 400 judul buku, sedang tahun 1970 hanya 200 judul
saja.
d. Training
Dalam tahun 1955 latihan family training baru di lima lokasi di
seluruh AS. Tahun 1980 menjadi 175 pusat latihan di AS dan
Eropa, Kanada, Mexico, Australia. Demikian juga pusat-pusat
latihan di jurusan psikologi, psikiatri, dan social work. Antara
1970-1980 tercatat 4.000 mahasiswa yang dilatih ditambah
kegiatan seminar dan workshop. Keseluruhannya terlibat kira-kira
10.000.
9
editornyaa, dalah jay Haley (1962). Menurut Haley ada beberapa aliran
yang berorientasi praktis:
a. The Dignified School of Family Therapy; ialah aliran yang menghargai
martabat manusia. Aliran ini dipimpin oleh John Beit Menurut aliran
ini seorang konselor menimbang dengan adil dan memperhatikan
sumber konflik dalam keluarga dengan cara memperhatikan (listening),
dan mengadakan perundingan dengan anggota keluarga.
b. The Dynamic Psychodynamic School of Family Diagnosis; dengan
tokohnya Nathan Ackerman. Aliran ini menekankan kepada fungsi;
diagnostik terhadap semua individu anggota keluarga, dan konselory
berperan aktif menemukan perbedaan-perbedaan diantara anggota.
c. Chuck It and Run; dipimpin oleh Charles Fulweiler, yang berusaha
merangsang konflik diantara anggota keluarga, kemudian setelah
konflik itu muncul maka terapis/konselor meninggalkan ruang
konseling, untuk mengamati cara-cara mereka menyelesaikan konflik
maka peristiwa itu direkam atau diamati melalui kaca tembus sebelah
(onewaymirrors).
d. Great Mother School; dipimpin oleh Virginia Satir; aliran ini
menekankanpada penerimaan individu dan sikap para anggota
keluarga, dan mengusahakan terciptanya hubungan yang, saling
mempercayai diantara anggota. Sedangkan Jackson mengembangkan
aliran Stonewell School of Family Therapy yang bertujuan penggunaan
paradoks dan sistem provokasi dalam proses konseling keluarga.
e. Eyebows School; pimpinanR.D. Laing dan diikuti terapis-terapis
Inggris. Menurut aliran ini kepedulian mereka adalah terhadap
Subjektivitas anggota keluarga untuk kemudian ditafsirkan terhadap
kenyataan keluarga. Digunakan dua orang terapis sebagai pengamat
dunia dalam klien anggota keluarga.
f. Brotherly Love School; menekankan pada kunjungan terapis (dalam
tim) ke rumah klien. Tim itu terdiridari berbagai disiplin terkait.
g. Total Push in The Tall Country; dipelopori oleh Robert MacGregor
dari Texas. Menurut aliran ini tugas-tugas adalah amat penting bagi
para anggota keluarga.
10
h. Hospitalized The Whole Damn Maelstrom; dipelopori oleh Haley, yang
menjelaskan eksperimen Bowen melalui hospitalisasi seluruh anggota
keluarga yang salah satu anggotanya mengalami schizophrenia.
11
Sistem Psikoanalisis
MacGregor L.Wyme
Minuchin
Paul
V.Satir
K.Tharp
2. Orientasi Teoritis
Sampai tahun 70-an banyak konselor keluarga masih berbeda. beda
asumsinya dalam, hal konseling keluarga, karena mereka berbeda
pandangan terhadap observasi lapangan. Karena itu Nathan Ackerman
sebelum kematiannya tahun 1971, ia menyimpulkan perlu adanya
kesamaan asumsi teoritis dari semua praktik lapangan konseling keluarga.
Hal itu telah diperjelas oleh Haley tahun 1988 bahwa kaum praktisi selama
periode 60-an memang berjuang untuk menemukan teon yang
sesuaidengan praktiknya.Dengan perkataan lain mereka mencancari
landasan teoritis yang cocok dengan praktik mereka. Yang muncul
kemudian adalah suatu dekade berkembangnya minat para pakar untuk
mengembangkan landasan teoritis yang dapat menjadi pemandu bagi para
praktisi konseling keluarga. Cara yang ditempuh adalah dengan
mengadakan penelitian. Pada tahun 1970 muncul kelompok bagi
peningkatan psikiatri (The Group for Psychiatr-y GAP), Hasil
penelitiannya terhadap 300 responden terapis/konselor dari berbagai
disiplin ilmu yang terkait pada konseling keluarga, yang menghadiri
konferensi The American Orthopsychiatric Association pada tahun 1965
dan 1966.
12
1) Para konselor sangat dipengaruhi oleh prakteknya.
2) Belief dan action mewarnai praktek.
3) Para praktisi dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang kuat seperti Virginia
Satir, Jackson, Nathan Ackerman, Jay Haley dan Bowen.
4) Para praktisi juga dipengaruhi oleh kondisi geografisnya masing-
masing. Misalnya Pantai Barat AS dipengaruhi oleh Satir, Jackson,
Haley, Timur oleh Bowen dan Ackerman.
5) Kerangka teori yang mereka ikuti dalam konseling keluarga adalah
enam aliran yaitu: Psychodynamic, Behavioral, Learning, Small
Group, Family System Theory, dan Existential. Dari enam teori itu
ternyata ada dua yang berkuasa yakni: Psychodynamic dengan fokus
pada kepercayaan tentang dinamika kepribadian anggota keluarga.
kedua, Teori Sistem dalam Keluarga (Family System Theory) dengan
fokus analisisnya pada dinamika hubungan interpersonal darianggota
keluarga secara sistematik. Analyst (psikodinamika) dinamakan teori A
sedangkan teori sistemdalam keluarga dinamakan teori Z. Berikut ini
dilukiskan rentangan posisi kedua kelompok konselor itu dalam bentuk
sisi dikhotomus, sehingga ditengah rentangan itu berdiri konselor
eklektik dengan kode.
13
therapist as a teacher. Ketujuh dimensi yang dicatat oleh GAP
menunjukkan tipologi konselor A - Z sebagai berikut:
Dimensi
Konselor A Konselor Z
Praktik
14
Dalam bukunya “An Introduction to Family Therapy” (1974) Foley
menganalisis keterandalan perbuatan terapeutik dari ke lima pakar di atas.
Penilaiannya adalah high, medium, low.
Pendekatan
Aliran Klien Sejarah Insight
sistem
Integratif Individu dan Penting Perlu Sedikit ,dalam
Keluarga hubungan
transferensi
Psikoanalisis Individu dalam Penting Perlu Sedikit, dalam
Keluarga hubungan
transferensi
Struktural Keluarga Tidak Tidak Sistem
Interaksional Keluarga Tidak Tidak Sistem
Bowen Individu dalam Tidak Perlu Tidak
Keluarga
Behavioral Individu dalam Tidak Tidak Ya, untuk peran
Keluarga model
Social Network Keluarga Tidak Tidak Ya, untuk
menjadi bagian
jaringan sosial
Adalah buku yang ditulis tahun 1981 oleh dua pengarang yaitu Alan
German dan David Kniskern. Mengungkapkan beberapa aliran konseling
keluarga.
15
7. Struktur proses konseling
8. Peranan konselor
9. Teknik-teknik konseling
10. Faktor-faktor kuratif dalam konseling
11. Keefektifan pendekatan
12. Latihan konselor
16
kembali bersekolah dan banyak yang memasuki singgang perkawinan,
hal ini menjadi ledakan kelahiran bayi.
Setelah Perang dunia ke-II di Amerika, pemerintah harus
memikirkan pendidikan kesehatan, kerja berjuta jumlahnya jutaan.
Perubahan sosio-cultural terlihat dengan munculnya keadaan baru
adanya lembaga hukum, perlu masalah kaahlian dan efisiensi, citra
tentang peranan individu dalam masyarakat, identitas seksual,
mobilitas sosial, semuanya berdampak pada eksistensi keluarga dan
anggotanya. Keluarga dapat dikatakan mengalami tekanan dan
kecemasan karena banyaknya pengaruh dari luar yaitu masalah
pekerjaan, ingin berkuasa, persaingan kekayaan, dsb.
2.3.1.1 Perubahan keluarga
Perubahan keluarga dalam masyarakat yang sangat
pesat ini mengakibatkan anggota keluarga semakin kecil terdiri
dari ayah ibu dan anak, sayangnya interaksi antar anggota
keluarga, keluarga mulai renggang sang ayah terlalu sibuk
sehingga kurang perhatian terhadap ibu dan anak nya. Ibu pun
ikut ikutan sibuk karena ia harus bekerja untuk memperoleh
uang. Keluarga seperti inilah yang memberikan dampak negatif
terhadap anak.
Ayah dan Ibu yang sibuk dan penuh persaingan dalam
hidupnya, cenderung mendapat gangguan emosional bahkan
neurosis. Sering terjadi pertengkaran ayah ibu dan tidak jarang
pula yang berujung perceraian, akibatnya anak juga yang
mengalami gangguan emosional dan neurotik. Sebab dari
gangguan emosional tersebut prilaku anak banyak yang
menyimpang seperti kenakalan, kejahatan, menghisap ganja,
dan kecanduan narkotika.
Begitu pula di zaman modern ini kehidupan kota yang
penuh persaingan terutama dalam memenuhi kebutuhan
kemajuan zaman, pembawa perubahan pada kehidupan
keluarga. Keluarga yang awal nya akrab dan hidup damai mulai
berubah menjadi kurang perhatian, renggang, tegang, dan
sering cemas.
17
Ayah ibu kurang kasih sayang terhadap anak nya yang
disebabkan terlalu sibuk diluar rumah untuk mencari nafkah,
bentuk tuntutan ekonomi yang meningkat. Ketika keadaan
ekonomi keluarga membaik, kegiatan ibu tidak hanya
berdagang tetapi rapat dan arisan-arisan, berorganisasi,
mempercantik diri, dan sebagainya.
Hal tersebut dapat menyebabkan dampak negatif
terhadap perilaku anak, seperti tidak betah dirumah walaupun
keadaan serba mewah. Keadaan psikis anak semakin parah
karena orang tua mengalami gangguan emosional, yang
disebabkan persaingan hidup yang keras serta kebutuhan
ekonomis makin tinggi. Hal itu menyebabkan orang tua setres
dan prilaku negatif yang ditunjukkan seperti sang ayah capek,
cepat marah, kurang bersemangat mendidik anak, acuh tak
acuh, bertengkar sama istri, bahkan mengalami keadaan darah
tinggi.
Anak mulai meniru kondisi kejiwaan orang tua seperti
gangguan emosional, bertengkar, murung, menyendiri, bahkan
banyak yang ke alkohol dan narkoba. Pergaulan di kota mulai
terjamah pada kehidupan pedesaan saperti budaya minuman
keras, judi, bahkan pemerkosaan, perkelahian. Pergaulan
remaja tersebut menjadi pro dan kontra pada orang tua di
pedesaan. Remaja menganggap budaya modern dari kota
sebagai ia yang harus diikuti. Akhir-akhir ini orang tua banyak
yang tidak setuju terhadap sikap anak nya yang terutama dalam
pergaulan bebas dan perilaku yang bertentangan dengan agama
dan adat istiadat.
2.3.1.2 Keluarga pecah (broken home),
Broken home dlihat dari dua aspek yaitu:
1. Keluarga terpecah karna struktur nya tidak utuh sebab salah
satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah
bercerai,
2. Ora mung tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga
idaho utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak dirumah
18
tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Orang
tua sering bertengkar sehingga keluarga tidak sehat secara
pikologis.
3. Dari keluarga broken home tersebut diperlukan penanganan
terhadap anak yang bermasalah di sekolah seperti,
penyesuaian diri yang kurang baik, menyendiri, agresif,
membolos, dan suka menentang guru. Akibat dari pecahnya
keluarga jarang sekali mendatangkan orang tua ke ruang
konseling sekolah. Kelemahan lain yaitu kurangnya
pengetahuan dan keterampilan guru pembimbing tentang
konseling keluarga. Setelah ada kesadaran siswa untuk
menyesuaikan diri secara baik terhadap kondisi keluarga
yang pecah.
2.3.1.3 Kasus Siswa Di Sekolah
Dalam masalah keluarga guru pembimbing akan
berusaha melakukan kunjungan ke rumah home visit, home
visit ukan pekerjaan yang mudah sebabkan:
a Orang tua menganggap guru pembimbing ikut campur
dengan urusan keluarga, orang tua merasa malu dan risih,
dianggap mengganggu ketentraman rumah tangganya.
b layanan bimbingan konseling di sekolah masih berjalan
sarat tradhisional beri nasehat, kurang melayani
perkembangan siswa, guru banyak bicara, marahi dan
memaksa siswa, siswa biasanya diam dan takut dengan
guru pembimbing.
Hal ini disebabkan:
1. Guru pembimbing kurang perencanaan karena tidak
memahami meriset back di sekolah hanya terhadap
siswa, guru, orang tua, dsb.
2. Kurangnya pengetahuan dan wawasan, kurang
keterampilan, dan kepribadian otoriter yang kurang
mendukung untuk menjadi pembimbing.
3. Banyak guru pembimbing di sekolah-sekolah yang tidak
berasal dari jurusan bimbingan dan konseling, mereka
19
menjadi pembimbing karena untuk memenuhi jam
mengajar dan dia menganggap dirinya kompeten dalam
bidang tersebut. Disis lain Pernah juga ditemui di
sebuah SMA, seorang lulusan sarjana muda atau D3 BK
tidak mendapat tempat selayaknya. Karena mreka
kurang menghargai disiplin ilmu bimbingan dan
psikologi.
4. Kegiatan konseling tradisional di sekolah dilakukan
guru pembimbing secara paksa seperti polisi
mengintrogasi pencuri. Guru pembimbing tidak
mengetahui cara membuka awal konseling yang benar.
Contoh dialog guru BK dan murid yang bermasalah di
dalam ruangan:
GP : “ Saudara yang bernama ableh ya?”
Siswa : “Iya pak”
GP : “ Saya dengar saudara sering tidak masuk
sekolah”
Siswa : (Agak malu-malu) “ iya pak”
GP : “apa sebab nya sodara melakukan perbuatan
itu? Bukankah hal itu merugikan saudara?”
Siswa : (terdiam)
Dari kalimat tersebut guru beka merasan dirinya sebagai
seorang bapak, ataupun atasan atau penguasa yang wajib
menemukan kesalahan, dan sebab sebabnya yang terjadi pada
siswa. Kepribadian yang senang mengatur, mengarahkan,
bahkan agak otoriter terutama dalam menegakkan disiplin. Hal
itu dapat menjadi faktor penghambat orang guru dalam tugas
sebagai guru BK.
Guru BK dan konselor, mempunyai sifat kepribadian
yang mudah memahami siswa, dapat menerima siswa secara
apa adanya, jujur pada diri sendiri (genuineness), menghargai
siswa atau klien apa adanya tanpa syarat uncondisional positif
regard. Sifat-sifat tersebut bersumber dari lingkungan sosial
20
yang demokratis. Dengan sifat-sifat tersebut maka dialog yang
diatas maka sebaiknya adalah sebagai berikut:
1. Siswa mengetuk pintu, lalu konselor berdiri dari tempat
duduknya, dan dengan ekspresi wajah yang ramah dan
ceria konsuler mempersilahkan kelayen masuk, dan duduk.
Gaya bahasa yang menawan dan postur tubuh yang rileks
memberikan keyakinan kepada kelayan bahwa di ruang
inilah dia akan menemui seseorang yang dapat
mendamaikan hati. Slang a dialog atau an cara konseling
terjadi.
Konselor : (dengan teknik attending yang dimulai sejak
klien masuk makam rapport telah terjalin). “wah, contohnya
dan sesuatu yang penting rupanya?”
klien : “iya pak, memang demikian”
Konselor : “apakah mungkin saya dapat membantu?”
Klien : “saya rasa demikian pak”
Konselor : “apa alasan anda sehingga mengangkap saya
mampu dalam hal itu?”
Klien : “bahwa bapak telah banyak kerasin
memberikan bantuan kepada banyak siswa yang mengalami
hambatan”
Konselor : “oh begitu?”
Klien : “ iya pak”
Konselor : “baiklah, brapa menit yang anda perlukan
untuk berbincang-bincang dengan saya?”
Klien : “baik pak terima kasih”
Konselor : “karena anda sudah mempercayai saya, saya
adalah konselor yang perusahaan membantu anda agar anda
mampu memecahkan masalah dengan jalan memahami diri,
menerima diri, mengarahkan diri serta merealisasi diri,
sedangkan anda adalah klien saya yang seyogyanya dapat
mengungkapkan segala perasaan dan kesulitan anda pada
saya. Bagaimana?”
Klien : “baik pak"
21
Konselor : " apa yang akan kita berbincang kan pada hari
ini?”
Klien : Dst...
Pendekatan konseling teoritis berati pendekatan ilmiah
berdasarkan teori tori besar yang telah ada berdasarkan
penelitian lapangan dengan mempertimbangkan faktor faktor
perilaku manusia, sosial budaya, dan agama. Konselor
profesional perlu memahami berbagai pendekatan konseling
dan teknik tekniknya. Sebab dengan latar belakang sosial
budaya, geografi, agama dari klien, maka konselor profesional
perlu lincah dan berwawasan luas sehingga klien yang
ditangani merasa cocok dan betah dengan dia.
2.3.1.4 Konseling Keluarga Dan Sekolah
Secara umum bahwa iklim kluarga banyak menentukan
terhadap kestabilan emosi anak. Jika iklim keluarga tidak sehat
maka sering terjadi krisis diantara anggota keluarga, makahal
itu akan mempengaruhi perkembangan emosi anak dan pada
giliranya yang mempengaruhi pula terhadap prilaku secara
umum dan tentu saja prestasi belajar mundur.
Keluarga dan sekolah merupakan sebuah sistem yang
amat penting dalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga
berperan penting untuk perkembangan sosialisasi anak. Anak
belajar pola awal perilaku, berkomunikasi, menyatakan
perasaan, belajar nilai-nilai dan sikap dari keluarga inti dan
keluarga besar.
Ketika anak sekolah tidak hanya mengembangkan
keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi
perkembangan perilaku emosional dan sosial. Untuk
selanjutnya, anak dipengaruhi oleh kedua sistem itu.
Konseling keluarga harus mengetahui sistem sekolah
dan dinamika kehidupan keluarga supaya dapat menangani
kasus cara totalitas. Konselor bekerjasama dengan personal
sekolah untuk memperoleh informasi tentang anak dalam
setting sekolah.
22
Pemikiran kembali peranan konselor keluarga di sekolah
Konselor sekolah menempatkan posisinya yang unik
antara keluarga dan sekolah. Kasus siswa yang ada
disekolah akan dipelajari secara bersistematis sesuai
keadaan sekolah dan keluargakalau konselor bekerja secara
efektif maka ia harus mempertimbangkan perilaku murid
yang mengandung masalah dalam konteks sekolah dan
keluarga agar supaya dapat memahami makna dan
implikasi perilaku tersebut. Dengan berpikir sistematik
konselor berpikir bahwa gejala perilaku yang tampak
adalah hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Pandangan terhadap teori sistem
Suatu sistem keluarga dan sekolah adalah struktur yang
terorganisasi. Perubahan yang terjadi pada suatu sistem
akan mempengaruhi perubahan pada bagian-bagian lain
dari dalam sistem tersebut. Karena kebutuhan itu
mempunyai sitem dasar untuk beradaptasi, untuk hidup
terus dan untuk mempertahankan dirinya. Apabila dalam
suatu sistem terjadi konflik kebutuhan antara subsistem
dengan sistem yang lebih besar, maka sistem berusaha
mengawasi perilaku individu-individu sebagai komponen
sitem. Apabila dalam suatu keluarga terdapat gangguan
pada salah seorang anggotanya, maka seluruh sistem akan
terganggu. Dalam mengatur sistem keluarga dan sekolah
terdapat aturan-aturan yang jelas dan yang terselubung
Sistem sekolah dan keluarga
Sistem sekolah dan keluarga sangat mempengaruhi
perilaku anak dan remaja. Peran utama dipegang guru dan
orangtua. Keanggotaan anak dalam keluarga terjadi secara
evolusi sejak masa bayi sampai waktu yang lama. Faktor
yang amat penting dalam pembentukan anak pada sistem
keluarga adalah subsistem suami-istri. Saat anak memasuki
sekolah terjadi proses sosialisasi, walaup[un dikeluarga
23
telah terjadi juga misallnya dengan aturan-aturan yang
dibuat oleh keluarga. Anak-anak diharapkan dapat
bergabung dan beradaptasi dengan sistem sekolah yang
sudah mapan dan merupakan sistem yang sudah luas. Ada
perbedaan gaya sistem keluarga dan sekolah.
Dikeluarga suasana serba terbuka keputusan diambil
dengan musyawarah yang demokratis dimana semua
pendapat anggota dipertimbangkan. Akan tetapi jika anak
sudah sekolah, ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan
sistem sekolah dan terhadap harapan-harapan guru. Jika
disimak masalah anak bersumber dari benturan nilai antara
sistem keluarga dan sekolah. Anak belum memiliki
ketrampilan diri dengan sistem dan subsistem sekolah.
Menurut teori sistem, individu tidak mempunyai
kepribadian atau sifat-sifat yang siap pakai terhadap
lingkungannya. Akan tetapi selalu terjadi proses
penyesuaian diri antara perilaku dengan reaksi terhadapnya
dalam konteks lingkungan.
Jenis-jenis masalah
Terdapat empat masalah pokok yang dihadapi sang anak
1. Ketidakseimbangan sistem diaman anak mengadapi
sistem nilai yang berbeda antara keluarga dan sekolah.
Misalnya anak desa bersekolah di kota. Sekolah
mendorong agar anak hidup mandiri, akan tetapi
keluarga mementingkan sistem nilai konformitas
kekeluargaan.
2. Gangguan dalam perkembangan. Masalah ini muncul
karena keluarga dan sekolah tidak mampu
menyesuaikan terhadap perkembangan anak bahkan
memaksa konsepanya terhadap perkembangan anak.
Tekanan yang diberikan sekolah dengan keluarga
sangat berbeda.
24
3. Gangguan yang bukan pada krisis perkembangan.
Misalnya krisis keluarga, perceraian, sikap guru yang
keluarganya kacau atau soal-soal pribadi guru.
4. Krisis lingkungan (eksternal). Krisis ini berada diluar
dari anak, baik di keluarga maupun di sekolah.
Misalnya kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi dan
sebagainya akan memperngaruhi perilaku anak.
Disekolah terjadi kebijakan kurikulum yang baru,
sekolah kekurangan alat, dan sebagainya semua dapat
mempengaruhi perilaku anak sebagai dampak dari
sistem sekolah yang berubah.
Peranan konselor keluarga
Konsultasi yang dilakukan konselor keluarga adalah
bersifat edukatif ataupun remidial. Konsultasi yang bersifat
edukatif lebih menekan pada proses perkembangan dan
pendidikan anak ke arah kedewasaan. Sedangkan konsultasi
remidial lebih menekan pada usaha membantu perubahan
perilaku sehingga anak terlepas dari kesulitan dalam
menyesuaikan diri di keluarga maupun di sekolah. Konselor
keluarga seharusnya terlibat dalam sistem keluarga dan
sekolah, harus menjadi bagian aliansi atau koalisi khusus
dari keduanya. Tugas konselor keluarga bukanlah untuk
memfungsikan para orangtua atau guru akan tetapi untuk
memobilisasi sumber-sumber sistem sehingga orangtua
dapat menjadi orangtua yang efektif dan guru menjadi guru
yang efektif pula. Dalam etika profesi konseling ada hal
penting yang perlu diperhatikan ialah posisi konselor yang
unik. Yaitu jangan sampai membeberkan rahasia keluarga
kepada kepala sekolah kecuali jika keluarga memintanya.
Penilaian terhadap pengaruh sistem keluarga dan sekolah
Seorang konselor keluarga harus mempertimbangkan
pengaruh timbal balik sistem keluarga dan sekolah dan
bagaimana dampaknya. Terhadap anak. Hal ini agar
25
memperoleh pemahaman perilaku anak yang terlibat
transaksi dengan sistem-sistem yang lebih luas. Proses
penilaian/informasi paling sedikit satu sesi terjadi
kunjungan semua anggota keluarga. Pada sesi ini konselor
berusaha untuk mengumpulkan persepsi-persepsi anggota
keluarga tentang masalah anak. Di samping itu perlu
diamati tentang tingkat perkembangan., tekanan-tekanan
eksternal, dan derajat perbedaan individual di dalam sistem,
relasi segitiga ayah-ibu-anak terutama anak yang
bermasalah.
Teknik-teknik pengumpulan data
1. Wawancara, mengajukan pertanyaan dan mendengarkan
dengan responsif
2. Teknik menggambar , klien disuruh menggambarkan
sesuatu, kemudian memperhatikan gejala-gejala
emosional didalam gambar itu.
3. Family sculpting, semua anggota keluarga diam
sementara klien sedang berbicara atau mengemukakakn
persepsinya tentang hubungan keluarga
4. Memberi tugas, mungkin tugas rumah yang harus
dilakukan klien dapat membantu penyesuaian diri
didalam keluarga.
26
kebutuhan anak dengan harapan guru, untuk menentukan
faktor-faktor kontekstual yang berkontribusi terhadap
perilaku anak yang bermasalah itu.
Tindak lanjut pengumpulan data keluarga dan sekolah
Setelah data keluarga dan sekolah dianggap memadai
maka konselor berusaha untuk mengadakan konferensi
dengan keluarga dan dihadiri pula oleh personel sekolah,
lembaga terkait anak. Tujuan konferensi adalah
1. Memperoleh umpan balik agar kelompok memahami
masalah anak dan pandangan suatu sistem terpadu dan
membentuk kerjasama yang membantu pemacahan
masalah anak.
2. Membantu menjembatani jurang pemisah antara sistem-
sitem dengan memperbaiki pola-pola komunikasi dan
pemecahan masalah anak.
Tujuan Konseling Keluarga
Tujuan yang ditetapkan berupa jangka pendek,
menengah dan jangka panjang. Tujuan-tujuan itu berfokus
pada interaksi dan hubungan para anggota keluarga di
dalam sistem. Karena itu tujuan harus bersifat operasional
(behavioral terms) sehingga jelas ketika masalah itu akan
diselesaikan dan ketika perubahan terjadi.
Intervensi
Intervensi bisa berfokus pada
a. Anak;
b. Hubungan anak dengan guru;
c. Hubungan anak dengan teman-temannya;
d. Hubungan guru-kepala sekolah; dan sebagainya.
Tidak ada satu strategi yang baik untuk semua masalah.
Beberapa strategi berikut ini akan dapat dipelajari:
1. Kerjasama dengan semua pihak
2. Konperensi periodik
27
3. Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak
sesuai dengan konsep-konsep pendidikan
4. Dorongan partisipasi anak dalam program khusus
5. Program-program dalam kebutuhan khusus
2.3.2 Pengertian Konseling Keluarga
Family Counseling atau konseling keluarga adalah upaya
bantuan vang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui
sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya
berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas
dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan
kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
Kegiatan konseling keluarga bertujuan untuk memberi bekal
filsafat tentang menggunakan teknik konseling terhadap setiap
pengembangan potensi anggota keluarga, dan untuk membantu
mengantisipasi masalah yang dihadapi individu (kasus), Secara
skematis tujuan tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut.
28
perilaku anggota keluarga lainnya. Di sini kita menyatakan
definisi konseling keluarga sebagai berikut.
"Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota
keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau
mengantisipasi masalah yang dialaminya, melalui sistem
kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan
memberi dampak positif pula terhadap anggota keluarga
lainnya".
2.3.2.2 Tujuan Konseling Keluarga
Berikut ini dikemukakan tujuan konseling keluarga secara
umum dan khusus.
a. Tujuan Umum Konseling Keluarga.
a) Membantu, anggota-anggota keluarga belajar dan
menghargai secara emosional bahwa dinamika
keluarga adalah kait-mengait di antara anggota
keluarga.
b) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari
tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah,
maka akan mempengaruhi persepsi, ekspektasi, dan
interaksi anggota-anggota lain.
c) Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat
pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota.
d) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai
pengaruh dari hubungan parental.
29
sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau di
luar sistem keluarga.
c) Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap
anggota keluarga dengan cara mendorong (men-
support), memberi semangat, dan mengingatkan
anggota tersebut.
d) Mengembangkan persepsi persepsi orang tua secara
realistik dan sesuai dengan anggota-anggota.
30
function of the interaction between and among the various
family members. The belief is that an individual ill helath is the
result of his adaptation to the sick environment created by the
family".
Di samping gangguan terhadap anggota keluarga yang
dipandang sebagai bersumber dari sistem yang terganggu, maka
potensi anggota keluarga yang berkembang dengan hebat juga
disebabkan sistem keluarga yang mampu mengembangkannya.
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga
untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang
dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar
31
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi
dampak positif pula terhadap anggota keluarga lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
32
33