Dosen Pengampu:
FAKULTAS PSIKOLOGI
Kelas B
Oktober 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat dan kuasa-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Akhlak dalam Berkeluarga” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja hal-hal yang berkaitan dengan
akhlak dalam berkeluarga. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Kami mohon adanya usulan, kritik, dan saran yang
membangun untuk kebaikan kami bersama.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menunjukkan budi pekerti yang baik dalam rumah tangga karena dia sebagai
imam (pemimpin). Kemudian ia di haruskan untuk mendidik anak istri
dengan kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka
sebagaimana di firmankan Allah SWT. yang artinya “Wahai orang-orang
yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat
dirasakan oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan
ajaran yang disyari’atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius
dalam beribadah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah:
1) Apakah yang dimaksud dengan akhlak dalam berkeluarga?
2) Apa sajakah kewajiban dan hak suami terhadap istri?
3) Apa sajakah kewajiban dan hak istri terhadap suami?
4) Bagaimanakah status harta dalam keluarga?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak dalam
berkeluarga
2) Untuk mengetahui apa saja kewajiban dan hak suami terhadap istri
3) Untuk mengetahui apa saja kewajiban dan hak istri terhadap suami
4) Untuk mengetahui bagaimana status harta dalam keluarga
1.4. Manfaat Penulisan
Kami sangat berharap semoga dengan makalah ini bisa menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan pembaca mengenai seluk beluk
akhlak dalam berkeluarga sehingga dapat dijadikan pembelajaran dan
instrospeksi untuk kedepannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6).
Sehingga dalam hubungan suami istri dalam membangun keluarga
harus saling melindungi satu sama lain dan tentunya berpondasi ilmu agama
yang baik dan kuat. Dalam agama islam dalam hubungan suami istri
memiliki peran dan tugasnya masing-masing demi membangun keluarga
yang sakinah mawadah dan waramah.
2.2. Kewajiban dan Hak Suami Terhadap Istri
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa
hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu.
Secara istilah pengertian hak adalah kekuasaan atau wewenang yang
dimiliki seseorang untuk mendapatkan atau berbuat sesuatu. Kata hak
berasal dari bahasa Arab haqqun yang memiliki makna, di antaranya hak
yang berarti ketetapan atau kewajiban. Menurut ulama kontemporer Ali
Khofif, hak adalah sebuah kemaslahatan yang boleh dimiliki secara syar’i.
Menurut Mustafa Ahmad Zarqa, hak adalah suatu keistimewaan yang
dengannya syara’ menetapkan sebuah kewenangan atau sebuah beban
(taklif). Sedangkan, kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang
terhadap orang lain. Kata kewajiban berasal dari kata wajib yang berarti
keharusan untuk berbuat sesuatu. Kewajiban timbul karena hak yang
melekat pada subyek hukum.
4
Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai
hak dan begitu pula istri mempunyai hak dan dari situlah mempunyai
beberapa kewajiban, dengan diaturnya hak dan kewajiban suami istri maka
dambaan suami istri dalam bahtera rumah tanggannya akan dapat terwujud,
karena didasari rasa cinta dan kasih sayang. Terkait hak dan kewajiban
suami istri terdapat dua hak, yaitu kewajiban yang bersifat materil dan
kewajiban yang bersifat immaterial. Bersifat materil berarti kewajiban
Zahiratau yang merupakan harta benda, termasuk mahar dan nafkah.
Sedangkan kewajiban yang bersifat immaterial adalah kewajiban batin
seorang suami terhadap istri, seperti memimpin istri dan anak-anaknya serta
bergaul dengan istrinya dengan baik. Dengan berlangsungnya akad
perkawinan, timbul pula konsekuensinya berkenaan dengan hak dan
kewajibanya yang berkaitan dengan suami istri.
Kewajiban dan hak suami terhadap istri antara lain:
a) Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk istri, suami tidak
boleh menggunakannya tanpa seizin dan seikhlas istri. Rasulullah
bersabda, “Diriwayatkan dari amir ibn Rabi’ah bahwa seorang
wanita dari Bani Fazarah kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu
Rasulullah bertanya: “Apakah engkau rela dari diri dan hartamu
dengan sepasang sandal?” Perempuan itu menjawab: “Ya”. Lalu
Rasulullah SAW membolehkannya.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan
Tirmidzi)
b) Nafkah
Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa
makanan, minuman, pakaian, rumah, dan lain-lain. QS. At-Thalaq
ayat 7 yang artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi
nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan
rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak
5
akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At-Thalaq
7)
c) Ihsan al-‘Asyarah
Ihsan al-‘Asyarah artinya bergaul dengan istri dengan cara yang
sebaik-baiknya. Teknisnya dapat dilakukan menurut pribadi masing-
masing. Misalnya : Membuat isteri bahagia, selalu berprasangka
baik terhadap istri, membantu isteri apabila ia memerlukan bantuan
meskipun dalam urusan rumah tangga, menghormati harta miliknya
pribadi dan lain-lain. Rasulullah SAW sudah memberikan contoh
teladan bagaimana bergaul dengan isteri dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya ialah orang yang paling baik akhlaqnya. Dan orang orang
baik diantara mereka ialah yang paling baik terhadap isterinya.”
(HR. Ahmad)
d) Membimbing dan Mendidik Keagamaan Istri
Seorang suami memiliki tanggung jawab dihadapan Allah terhadap
istrinya karena suami merupakan pemimpin didalam rumah tangga.
Maka, suami berkewajiban mengajar dan mendidik isterinya agar
menjadi seorang wanita shalihah. Jika seorang suami tidak mampu
mengajarkannya sendiri, dia harus memberikan izin kepada istrinya
untuk belajar di luar atau mendatangkan guru ke rumah, atau
menyediakan buku-buku bacaan untuk keluarga.
2.3. Kewajiban dan Hak Istri Terhadap Suami
Pada dasarnya antara kewajiban dan hak suami istri merupakan suatu
hal yang bersifat timbal balik, yakni apa yang menjadi kewajiban suami
merupakan hak bagi istri, dan apa yang menjadi kewajiban istri merupakan
hak bagi suami, baik suami maupun istri keduanya dituntut untuk
melaksanakan kewajiban masing-masing pihak, disisi lain juga terdapat
kewajiban yang menjadi tanggung jawab bersama suami dan istri. Dan
kewajiban dimasing-masing pihak ini hendaknya jangan dianggap sebagai
beban, namun dianggap sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Berikut merupakan hak dan kewajiban Istri terhadap Suami:
6
1) Taat kepada suami
Mentaati suami merupakan perintah Allah SWT. sebagaimana yang
tersirat dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 34 sebagai berikut:
7
Artinya “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami)
bertempat tinggal menurut kemampuan kamu…” (QS. Ath Thalaaq:
6).
3) Menjaga diri saat suami tak ada
Seorang wanita yang sudah menikah dan memulai rumah tangga
maka harus membatasi tamu-tamu yang datang ke rumah. Ketika ada
tamu lawan jenis, maka yang harus dilakukan adalah tidak lantas
menerimanya masuk ke dalam rumah, kecuali jika ada suami
ataupun mahram yang mendampinginya dan tentunya atas seizin
suami. Karena perkara yang dapat berpotensi mendatangkan fitnah
haruslah dihindari. Allah SWT berfirman, “Wanita shalihah adalah
yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. Annisa: 34).
2.4. Status Harta dalam Keluarga
1) Barang Bawaan
Yang dimaksud barang bawaan adalah segala macam
perabot/peralatan & perlengkapan rumah tangga yang disiapkan
oleh sang istri beserta keluarga yang akan digunakan bersama
suaminya ketika sudah menikah. Meski begitu, harta istri masih
menjadi hak dari istri demikian juga dengan harta suami yang masih
menjadi hak bagi suami.
Menurut Pasal 89 & 90 Inpres No. 1 Thn. 1991, baik suami maupun
istri berkewajiban dan bertanggung jawab atas pemeliharaan harta
masing – masing maupun milik bersama. Walaupun sebenarnya
untuk masalah perabotan, yang bertanggung jawab menyediakannya
adalah suami meskipun mahar yang diterima istri lebih besar
daripada pembelian perabotan. Ini dikarenakan mahar adalah hak
perempuan sepenuhnya dan hak mutlak istri. Namun ada pendapat
dari golongan maliki yang mengatakan bahwa mahar bukanlah hak
8
mutlak bagi istri sehingga istri juga tidak berhak membelanjakan
mahar untuk kepentingannya sendiri.
Terkait dengan mahar, seperti yang dijelaskan pada Q.S. An – Nisa’
Ayat 4 yang berbunyi:
9
tidak daitur dalam fiqih secara jelas, keberadaan dari harta gono –
gini atau harta bersama ini diterima oleh sebagian ulama Indonesia
karena didasarkan pada kenyataan bahwa suami & istri di Indonesia
banyak yang sama – sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Pembagian mengenai harta gono – gini tergantung pada kesepakatan
kedua belah pihak yang dalam Al – Qur’an disebut dengan “Ash
Shulhi” yakni perjanjian untuk melakukan perdamaian antara kedua
belah pihak setelah berselisih.
Artinya: “Dan Jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tak acuh darisuaminya, maka tak mengapa bagi keduanya untuk
mengadakan perdamaian yang sebenar – benarnya dan perdamaian
itu lebih baik (bagi mereka).” (Q.S. An-Nisa’: 128)
Sedangkan dalam konsep fiqih dan kompilasi hukum Islam
mengenai harta bersama adalah persoalan hukum yang belum
tersentuh oleh ulama fiqh terdahulu karena permasalahan tentang
harta gono-gini baru muncul pada masa modern ini.
3) Penghasilan Istri
Menurut peraturan perkawinan Indonesia nomor 136 tahun 1946
pasal 50 ayat 4 menetapkan bahwa apabila isteri bekerja untuk
keperluan rumah tangga, maka semua harta yang diperoleh selama
perkawinan adalah harta milik bersama.
4) Nafkah
Secara etimologi, nafkah adalah kata yang berasal dari bahasa arab
dari suku kata anfaqa – yunfiqu – infaqan yang dapat diartikan
sebagai “pembelanjaan”. Namun dalam tata bahasa Indonesia, kata
nafkah secara resmi telah dipakai dengan arti pengeluaran.
10
Dalam kitab fiqih, pembahasan nafkah selalu dikaitkan degan
pembahasan nikah karena nafkah adalah konsekuansi dari aqad yang
terjadi diantara pria dan wanita.(tanggung jawab suami dalam rumah
tangga). Sebagaiman yang dikemukakan al-Syarkawi : “Ukuran
makanan tertentu yang diberikan(menjadi tanggungan) oleh suami
terhadap isterinya, pembantunya, orang tua, anak, budak, dan
binatang ternak sesuai keperluannya”.
Wahbah al – Zuhaili menjelaskan pengertian nafkah adalah sebagai
berikut : “Nafkah yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi
tanggungannya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.”
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat dipahami bahwa nafkah
adalah pengeluaran yang digunakan seseorang untuk orang yang
ditanggungnya dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik pangan
sandang maupun papan dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
11
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah dibahas diatas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya akhlak antara suami istri dalam rumah tangga sangat perlu
untuk diperhatikan. Terciptanya keharmonisan dalam rumah tangga harus
dilandasi dengan akhlak yang baik antara suami dan istri. Suami mempunyai
tanggungjawab terhadap istri, begitu juga sebaliknya. Rasulullah telah
memberi contoh teladan bagi suami untuk membina rumah tangganya.
Seperti berpenampilan prima, bertanggungjawab kepada istri dan anak-
anak, memberi kasih sayang kepada istri, menghormati hak-hak istri, dan
masih banyak lagi.
Sama halnya dengan suami, istri harus memiliki akhlak yang baik
terhadap suaminya. Diantaranya, istri harus melayani kebutuhan suami,
menjaga anak-anak, mengatur rumah tangga, memberikan rasa kasih saying
kepada keluarga dan lain-lain. Jika suami istri memiliki akhlak yang baik
terhadap satu-sama lain maka keharmonisan rumah tangga dapat timbul dan
utuh dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
12
Abriyanti, O. V. 2017. Hak Nafkah Istri Dan Anak Yang Dilalaikan Suami Dalam
Perspektif Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Desa Purwodadi
13A Kecamatan Trumurjo Kabupaten Lampung Tengah). Skripsi. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro. Lampung.
Anwar, S. (2021). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974. Jurnal Kajian Islam Al Kamal, 1(1), 82-98.
https://ejournal.staika.ac.id/index.php/alkamal/article/download/6/2.
AsySyariah.com. (2011, Juli 17). www.AsySyariah.com. Dipetik Oktober 25,
2021, dari Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga:
https://asysyariah.com/akhlak-mulia-dalam-rumah-tangga/
Dalamislam.com. (t.thn.). Kehidupan Rumah Tangga Dalam Islam. Dipetik
Oktober 25, 2021, dari www.dalamislam.com:
https://dalamislam.com/info-islami/kehidupan-rumah-tangga-dalam-islam
Hidayatullah.com. (2012, Mei 29). www.hidayatullah.com. Dipetik Oktober 25,
2021, dari Beginilah Akhlak Suami-Istri Keluarga Muslim:
https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-
keluarga/read/2012/05/29/3523/beginilah-akhlak-suami-istri-keluarga-
muslim.html
Ikrom, M. (2015). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Quran.
Qolamuna: Jurnal Studi Islam, 1(1), 23-40.
Nasution, M. S. A. (2015). Perspektif filsafat hukum islam atas hak dan kewajiban
suami istri dalam perkawinan. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 15(1), 63-
80.
Peris, M. (2011). Hak dan kewajiban istri dalam rumah tangga menurut kitab
marah labid karya Nawawi al Bantani (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
13