Anda di halaman 1dari 31

AKHLAK DALAM KEHIDUPAN RUMAH TANGGA DAN MORALITAS

BUDAYA MODERN
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan akhlak)

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Ja’far M.A.

DISUSUN OLEH:

1. Aida Nur Azki Utami (11170163000017)


2. Suci Rahmawati A (11170163000025)
3. Sayyidah Maulida (11170163000033)

Jurusan Pendidikan Fisika


Kelas 3 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami senggupan, kemampuan, dan pemahaman untuk menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Akhlak dalam Kehidupan Rumah Tangga dan Moralitas
Budaya Modern”

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ja’far M.A. selaku dosen
mata kuliah pendidikan akhlak yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
memperdalam ilmu pendidikan akhlak ini, serta memberikan materi dukungan yang
sangat bermanfa’at dalam penyelesaian makalah ini. Tidak lupa pula kepada seluruh
yang telah mendukung kami dalam menyusun makalah ini.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan baik
dari sisi isi maupun penulisannya. Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam pembuatan makalah kedepannya semakin baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kami dan para pembaca.

Ciputat, 6 November 2018

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………i

Daftar Isi………………………………………………………………………………ii

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1


1.2 Tujuan…………………………………………………………………………1
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
BAB II Pembahasan…………………………………………………………………..3
2.1 Pandangan Islam Tentang Kehidupan Rumah Tangga………………………..3
2.2 Pandangan Budaya Modern Tentang Kehidupan Rumah Tangga…………….6
2.3 Akhlak (Suami, Isteri, Orang Tua, Anak) dalam Kehidupan Rumah Tangga.16
2.4 Moralitas Budaya Modern dalam Kehidupan Rumah Tangga………………24
2.5 Makna Penting Pendidikan Akhlak dalam Rumah Tangga………………….32
BAB III Penutup……………………………………………………………………..36
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..36
3.2 Saran…………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..37

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ilmu akhlak merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari dan di
pahami secara komprehensif. Ilmu akhlak ini merupakan modal untuk
menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari manusia. Sehingga apabila seseorang
tidak memahami ilmu akhlak ini secara komprehensif, maka ia akan kesulitan
untuk menjalani kehidupan bermasyarakat.
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya
akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,
muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan
dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil,
boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang
khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau
patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya
manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.
Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan rumah tangga ?
2. Bagaimana akhlak (suami, isteri, orang tua, anak) dalam kehidupan
rumah tangga?
3. Bagaimana moralitas budaya modern dalam kehidupan rumah tangga ?
4. Apa sajakah makna penting akhlak dalam rumah tangga ?

1.3.Tujuan
1. Memahami pandangan islam tentang kehidupan rumah tangga
2. Memahami akhlak (suami, isteri, orang tua, anak) dalam kehidupan
rumah tangga

4
3. Memahami bentuk moralitas budaya modern dalam kehidupan rumah
tangga
4. Memahami makna penting akhlak dalam kehidupan rumah tangga

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Islam Tentang Kehidupan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah suatu hubungan yang dilandasi oleh pernikahan


dan menimbulkan kewajiban bagi suami istri. Sebuah rumah tangga menurut
islam tentunya harus dilandasi nilai-nilai ajaran agama islam dan didasari
iman dan taqwa kepada Allah SWT. Islam adalah ajaran agama yang
menyeluruh dan senantiasa mengajak umatnya dalam berbuat kebaikan
termasuk membangun rumah tangga yang harmonis demi
terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.

Sebelum memulai kehidupan berumah tangga maka semestinya


seseorang memilih calon pasangan dan menikah dengan memenuhi syarat
pernikahan dan rukun nikahyang berlaku dalam islam. Allah SWT melarang
umatnya untuk hidup melajang dan memerintahkan umatnya untuk menikah
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini

ْ َ‫صالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِدكُ ْم َو ِإ َمائِكُ ْم ۚ ِإ ْن يَكُونُوا فُقَ َرا َء يُغْنِ ِه ُم اللَّهُ ِم ْن ف‬
ۗ ‫ضلِ ِه‬ َّ ‫َوأَنْ ِك ُحوا ْاْلَيَا َم ٰى ِمنْكُ ْم َوال‬
َ ‫َوال َّلهُ َوا ِس ٌع‬
‫علِي ٌم‬

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan


orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS An Nur : 32)

Membangun rumah tangga yang harmonis adalah impian setiap


manusia terutama bagi pasangan yang baru menikah. Pernikahan adalah jalan
menuju suatu rumah tangga dan pernikahan yang dilandasi oleh nilai-nilai
ajaran agama islam tentunya akan membawa kemudahan dan berkah dalam

6
mewujudkan suatu keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Allah SWT
dan Rasulnya senantiasa memerintahkan umatnya untuk menikah dan
membangun rumah tangga untuk memenuhi separuh iman dan mengharapkan
ridha Allah SWT.

Berumah tangga/berkeluarga adalah jalan terbaik untuk melanjutkan


keturunan, sebab hubungan yang halal akan memberikan dampak positif
terhadap perkembangan anak secara batin. Seorang anak yang lahir dari ibu
yang taat beragama akan sangat dimungkinkan juga berkaraketr taat beragama
dan begitupun sebaliknya. Hakikat dari berkeluarga bukan hanya sekedar
untuk mendapatkan kenikamatan dunia akan tetapi jauh dari pada itu islam
telah menggariskan bahwa berkeluarga adalah sunnah Rasulallah dan salah
satu jalan untuk menuju kepada Allah SWT.

Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulallah SAW bersabda, “Nikah termasuk


dari sunnah-sunnahku, barangsiapa tidak melaksanakan sunnahku, maka
tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, sesungguhnya aku
memperbanyak umatku dengan kalian. Barangsiapa telah memiliki
kemampuan maka menikahlah, dan barangsiapa sebelum memilikinya, maka
hendaknya ia berpuasa, karena berpuasa adalah benteng baginya”. “ (Hasan:
Ash-Shahih. 2383) 1

Allah SWT dan Rasulnya senantiasa memerintahkan umatnya untuk


menikah dan membangun rumah tangga untuk memenuhi separuh iman dan
mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam agama islam, pernikahan dinilai
sebagai salah satu ibadah untuk mematuhi perintah Allah SWT dan orang
yang melaksanakan pernikahan telah dianggap telah memenuhi separuh
agamanya. Pernikahan memiliki beberapa tujuan terutama untuk meneruskan

1 Shabri Shakih Anwar. 2014. PERTAMA KEPADA AKHIR. Riau: Indragiri. Hlm: 55 -56

7
keturunan dan menjaga keberadaan manusia di muka bumi dengan cara atau
syariat yang dihalalkan oleh agama islam

Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan


keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari ummah (bangsa); dan
karena itu keadaan keluarga sangat menentukan keadaan ummah itu sendiri.
Bangsa terbaik (khayr ummah) yang merupakan ummah wahidah (bangsa
yang satu) dan ummah wasath (bangsa yang moderat), sebagaimana dicita-
citakan Islam hanya dapat terbentuk melalui keluarga yang dibangun dan
dikembangkan atas dasar mawaddah wa rahmah. Sehingga dalam keterangan
lain menegaskan bahwa kehidupan kekeluargaan, di samping menjadi salah
satu tanda dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Ilahi, juga merupakan
nikmat yang harus dimanfaatkan sekaligus disyukuri. Sebagaimana firman
Allah swt dalam al-Qur’an yang
artinya:
“Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah menjadikan untukmu
pasangan-pasangan dari jenismu sendiri (manusia) supaya kamu cenderung
dan merasa tentram terhadapnya dan dijalinnya rasa kasih dan sayang (antara
kamu sepasang). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.”2
Bertolak dari ayat-ayat di atas serta dikaitkan pada signifikansi keluarga
dalam kehidupan manusia saat ini maka sebagaimana ungkapan Qurais Shihab
bahwa keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya.
Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati suatu bangsa, atau sebaliknya
kebodohan dan keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-
keluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersebut. 3

2QS 30: 21
3
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2007), h.395

8
Keberlangsungan keluarga dalam mengoptimalkan kesejahteraan lahir
dan batinnya anak manusia sangat memiliki peran yang strategis dibandingkan
lembaga pendidikan lainnnya, karena keluarga secara umum merupakan
tempat, di mana anak didik menghabiskan sebagian besar waktunya sehari-
hari.4
Sehingga penumbuhkembangan nilai-nilai akhlak bagi anak bukan
hanya pada kepuasan secara yuridis formal, akan tetapi adanya peningkatan
kualitas aplikatif praktis akan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan anak di
lingkungan keluarga.

2.2 Akhlak (Suami, Isteri, Orang Tua, Anak) dalam Kehidupan Rumah Tangga
1. Akhlak Suami Atau Isteri
Ketika berumah tangga, maka ada akhlak antara suami dan isteri yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur –
bangun tidur yang lihat hanya pasangan)
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri
pakaian untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri
(saling mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik,
instospeksi masing- masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir
memberi pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing- masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.

a) Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Suami

4
Teuku Ramli Zakaria, “Pendidikan Budi Pekerti”, dalam Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 021, Tahun ke-5, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional, Januari 2000), h. 99

9
a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa
istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah:
24)
‫يرتُكُ ْم َوأَ ْم َوا ٌل‬ ِ ِ ‫قُ ْل إِ ْن كَ ا َن‬
َ ‫آبَا ؤُكُ ْم َوأَبْ نَ ا ؤُكُ ْم َو إ ْخ َوانُكُ ْم َوأَ ْز َواجُ كُ ْم َو عَ ش‬
‫ب إِ لَ يْ كُ ْم مِ َن‬ َ ‫س اكِنُ تَ ْر‬
َّ ‫ض ْو نَ َه ا أَ َح‬ َ ‫اد َه ا َو َم‬
َ ‫س‬َ َ‫ش ْو َن ك‬َ ‫خ‬ْ َ‫ارةٌ ت‬
َ ‫ج‬
ِ
َ ‫َو ت‬ ‫وه ا‬
َ ُ‫اقْ تَ َرفْ تُم‬
‫َّى يَأْ تِ َي ال لَّ هُ بِأَ ْم رِهِ ۗ َوال لَّ هُ ََل‬ ِِ ِ ٍ ِ
ٰ ‫َوج َه اد ف ي َس بِ يل ه فَ تَ َربَّصُ وا َح ت‬
ِ‫ال لَّ هِ ورس ولِه‬
ُ ََ
‫ين‬ ِِ ِ
َ ‫يَ ْه د ي ا لْ َق ْو َم ا لْ َف اس ق‬
Artinya: “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-
saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah
dan Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14)
‫ۚ َو إِ ْن‬ ‫اح َذ ُروهُ ْم‬
ْ َ‫ف‬ ‫اج كُ ْم َوأَ ْو ََل دِكُ ْم عَ ُد ًّوا لَ كُ ْم‬ِ ‫ي ا أَيُّ ه ا ا لَّ ذِ ين آم نُوا إِ نَّ مِ ن أَ ْزو‬
َ ْ َ َ َ َ
ِ َّ َّ‫ص َف حُ وا َو تَ غْ فِ ُروا فَ إِ ن‬
ٌ‫َرح يم‬ ‫ور‬
ٌ ُ‫ال ل هَ غَ ف‬ ْ َ‫تَ عْ فُ وا َو ت‬
Artinya: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-
isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang
sholehah. (Al Furqan : 74)
ِ ِ ِ ِ َّ
ْ ‫ب لَ نَ ا م ْن أَ ْز َواج نَ ا َو ذُرِيَّات نَ ا قُ َّرةَ أَعْ يُ ٍن َو‬
‫اج عَ لْ نَ ا‬ ْ ‫ين يَ قُ ولُونَ َربَّ نَ ا َه‬
َ ‫َوا ل ذ‬
ِ ِ
ً ‫ين إِ َم‬
‫ام ا‬ َ ‫ل لْ مُ تَّق‬
Artinya: “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.”
d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar,
Memberi
Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan
baik.

10
e. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan
berikut ini secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar,
(3) Memukul dengan (4). pukulan yang tidak menyakitkan. (An-
Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami
dalam hal ketaatan kepada Allah.
‫ض َو بِ َم ا أَنْ َف قُ وا‬ َ ْ‫َّل ال لَّ هُ بَ ع‬
ٍ ْ‫ض هُ ْم عَ لَ ٰى بَ ع‬ ِ ِ ِ‫الرِ َج ا ُل قَ َّوامُ و َن عَ لَ ى الن‬
َ ‫س اء ب َم ا فَ ض‬
َ
‫الَّل تِي‬َّ ‫ظ ال لَّ هُ ۚ َو‬َ ِ‫ب بِ َم ا َح ف‬
ِ ْ‫ات لِلْ غَ ي‬ ِ
ٌ َ‫ات َح اف ظ‬
ِ
ٌ َ‫ات قَ ان ت‬
ُ ‫ح‬
ِ ِ ِ
َ ‫م ْن أَ ْم َوال هِ ْم ۚ فَ الصَّ ال‬
‫اض رِبُوهُ َّن ۖ فَ إِ ْن‬ ْ ‫اج ِع َو‬ ِ ‫ض‬ َ ‫اه جُ ُروهُ َّن فِ ي ا لْ َم‬ ِ
ْ ‫وزهُ َّن فَ ع ظُوهُ َّن َو‬
َ ُ‫خ افُو َن نُش‬ َ َ‫ت‬
‫عَ لِ يًّ ا َك بِ ًير ا‬ ‫يَّل ۗ إِ نَّ ال لَّ هَ َك ا َن‬
ً ِ‫أَطَعْ نَ كُ ْم فَ ََّل تَ بْ غُوا عَ لَ يْ هِ َّن َس ب‬
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
f. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling
baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya.
g. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
h. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama
kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6)
ِ ِ ِ َّ
ُ‫ارة‬
َ ‫ج‬ َ ‫َّاس َوا لْ ح‬ُ ‫ارا َو قُودُ َه ا ال ن‬ ً َ‫س كُ ْم َوأَ ْه ل ي كُ ْم ن‬ َ ُ‫آم نُوا قُوا أَنْ ف‬
َ ‫ين‬ َ ‫يَا أَيُّ َه ا ا ل ذ‬
‫ظ ِش َد ادٌ ََل يَ عْ صُ و َن ال لَّ هَ َم ا أَ َم َرهُ ْم َو يَ ْف عَ لُو َن َم ا يُ ْؤ َم ُرو َن‬
ٌ ‫عَ لَ يْ َه ا َم ََّل ئِ َك ةٌ غِ ََّل‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-
Tahrim: 6)

11
i. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.).
j. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
‫س اءِ َم ثْ نَ ٰى‬ ِ ِ
َ ‫اب لَ كُ ْم م َن الن‬
ِ
َ َ‫ام ٰى فَ انْك حُ وا َم ا ط‬
ِ ِ ِ
َ َ‫َو إِ ْن خ ْف تُ ْم أَ ََّل تُ ْق س طُوا ف ي ا لْ يَ ت‬
‫ك‬َ ِ‫ت أَيْ َم انُكُ ْم ۚ ذَٰ ل‬ ِ ِ ِ
ْ َ‫ث َو ُربَاعَ ۖ فَ إِ ْن خ ْف تُ ْم أَ ََّل تَ عْ د لُوا فَ َواح َد ةً أَ ْو َم ا َم لَ ك‬
َ ‫َو ثُ ََّل‬
‫أَ ْد نَ ٰى أَ ََّل تَ عُولُوا‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.” (Q.S An-Nisa’:3).
k. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun.

b) Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Islam


a. Hak Bersama Suami Istri
b. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan
rahmah. (Ar-Rum: 21).
‫س كُ نُوا إِ لَ يْ َه ا َو َج عَ َل بَ يْ نَ كُ ْم‬ ِ ِ ِ ِِ ِ
ْ َ‫ل ت‬ ً ‫َو م ْن آيَات ه أَنْ َخ لَ َق لَ كُ ْم م ْن أَنْ فُ س كُ ْم أَ ْز َو‬
‫اج ا‬
َ‫ات لِقَ ْو ٍم يَ تَ فَ كَّ ُرون‬ٍ ‫ك ََل ي‬
َ َ ‫ذَ ل‬
ِٰ ‫َم َو دَّ ةً َو َر ْح َم ةً ۚ إِ نَّ فِ ي‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.” (Q.S Ar-Rum:21)
c. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing
pasangannya.
d. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’:
19)
ِ ‫آم نُوا ََل يَ ِح لُّ لَ كُ ْم‬ ِ َّ
َ ‫تَرِثُوا الن‬
َّ‫س اءَ كَ ْرهً ا ۖ َو ََل تَ عْ ضُ لُوهُن‬ ْ‫أَن‬ َ ‫ين‬
َ ‫ال ذ‬ ‫يَا أَيُّ َه ا‬
ِ ‫اح شَ ةٍ م ب يِ نَ ةٍ ۚ و ع‬
َّ‫اش ُروهُن‬ ِ َ‫ي أْ تِين بِف‬ ْ‫أَن‬ ‫ض َم ا آتَ يْ تُمُ وهُنَّ إِ ََّل‬ِ ْ‫بِبَ ع‬ ‫لِتَ ْذ هَ بُوا‬
ََ َُ َ َ

12
‫ج عَ َل ال لَّ هُ فِ يهِ َخ يْ ًرا‬ ِ ِ ِ
َ َ‫ب ا لْ َم عْ ُروف ۚ فَ إ ْن كَ رِ ْه تُمُ وهُ َّن فَ ع‬
ْ َ‫س ٰى أَ ْن تَكْ َرهُ وا َش يْ ئً ا َو ي‬
‫َك ثِ ًير ا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian
dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka
secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
e. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.

c) Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri


a. Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya
maupun miskin.
b. Patuh dan taat pada suami, menghormatinya dalam batas-batas
tertentu sesuai dengan ajaran Islam, seperti:
- Selalu menyenangkan hati dan perasaan suami, serta dapat
menentramkan pikirannya
- Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu
suami dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
- Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki
adalah pemimpin kaum wanita.
- Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi
daripada istri.
- Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan.
- Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah,
kecuali dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang disediakan
suami, menggauli suami dengan baik, dan bersifat jujur.5

2. Akhlak Orang Tua Kepada Anak


Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya
serta hak dan kewajiban mnasing-masing. Orang tua harus mengikat
hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang dengan anak-anaknya.
Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu membuat anaknya

5 Harun Nasution. 1983. Filsafat dan Mistisme dalam Islam, cet. Ke-3. Jakarta: Bulan Bintang.

13
menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti
Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan
adab. Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga
tidur. Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya,
murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.
Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua
mengajarkan adab kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum
melakukan adab itu, dengan belajar adab tersebut bersama anaknya, maka
hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan
berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak
berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua
yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki
akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW. Semoga dengan informasi
tentang cara mengajarkan akhlak yang baik kepada anak ini, kita bisa
menjadikan anak menjadi generasi rabbani dan beradab. Orang tua harus
lebih memperhatikan, membimbing, dan mendidik anak dengan baik,
sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa 9:
َ ‫ض ٰعَفا ذُ ِ ِّريَّة َخلْفِ ِه ْم ِم ْن ت َ َركُوا لَ ْو ٱلَّ ِذينَ َولْيَ ْخ‬
‫ش‬ ِ ‫قَ ْول َولْيَقُولُوا ٱللَّهَ فَلْيَتَّقُوا عَلَيْ ِه ْم خَافُوا‬
‫سَ ِديدا‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar”. (QS. An-Nisa’:9).
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan
anak dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam
segala aspek kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi
terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi
generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan
semua aspek perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang,
pendidikan mental, maupun masalah akidah atau keimananya.
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah,
berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam

14
menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan
oleh cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.6
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
a. Orang tua sebagai panutan
b. Orang tua sebagai motivator anak
c. Orang tua sebagai cermin utama anak
d. Orang tua sebagai fasilitator anak

3. Akhlak anak terhadap Orang Tua


Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak
ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai
dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai
rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali
mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari
diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka
memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih
sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam
bentuk yang sulit kita bayangkan.
Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa,
dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu
bahwa kebaikan dan petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat
besar, berbuat baik kepada orang adalah kewajiban dan semestinya mereka
diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan
kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah
melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas.
Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya,
tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya. 7
a) Kewajiban kepada ibu
Ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung,
maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya,
membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping
usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa

6 As, Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak . Jakarta: Rajawali Press.


7 Mujtaba Mishbah. 2008. Daur Ulang Jiwa Cet.1. Jakarta: Al-Huda.

15
dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat
berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih
tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya
menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana
perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara
perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu
dari pada tugas ayah. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak
dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada
mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
b) Berbuat baik kepada ibu dan bapak
Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik
kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya
jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya,
walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali
si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak
meridhainya sehingga orang tua itu meridhainya. Allah berfirman
dalam Surat Al-Luqman : 14
‫صيْنَا‬ ِ ْ ‫صالُهُ َوهْن عَلَى َوهْنا أ ُ ُّمهُ َح َملَتْهُ بِ َوالِدَيْ ِه‬
َّ ‫اْلنْ سَانَ َو َو‬ َ ِ‫عَا َمي ِْن فِي َوف‬
َ‫ي َولِ َوالِدَيْكَ لِي ا شْكُ ْر أ ِن‬ََّ ‫ير إِل‬
ُ ‫ص‬ ْ
ِ ‫ال َم‬
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman: 14).
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan
menganiaya kepada anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan
orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu
sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua
kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua
marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut
lantaran orang tua.
c) Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang
kuat terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian.
Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya,

16
si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering
mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan
mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu
dan ayahnya. Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada
orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang
tuanya bagaimana si anak berbuat, bersikap, dan berbicara.
Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus
berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia serta tidak membentak orang tua.
d) Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Adapun cara berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila
beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:
 Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun
kepada Alloh SWT dari segala dosa orang tua kita.
 Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang
tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus
berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya,
maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
 Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya
ibu atau ayah mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling
tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat.
Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita
yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan
teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
 Bersilaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan
karena kedua orang tua. Maka terhadap orang yang
dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka
hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang
sudah meninggal dunia.

2.3 Moralitas Budaya Modern dalam Kehidupan Rumah Tangga


1) Macam-macam Gaya Hidup Modern
Gaya hidup modern merupakan gejala sosial yang terjadi akibat adanya
berbagai pengaruh yang muncul dalam masyarakat. Gaya hidup modern
sangat memengaruhi nilai-nilai yang sudah tertanam dan melekat dalam
kehidupan keluarga sehingga mau tidak mau keluarga diperhadapkan
dengan nilai-nilai tersebut; yang pada akhirnya harus menentukan sikap
untuk menerima atau menolaknya. Masuknya nilai-nilai dan luar yang

17
bersifat asing dan baru itu membuat keluarga menggumuli nilai-nilai yang
berbeda. Akibatnya keluarga mengalami berbagai problematika dan
keberatan-keberatan terhadap nilai tersebut.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perhatian dan pengamatan
yang semakin luas dan mendalam atas keluarga sangat dibutuhkan. Buku-
buku, majalah, koran, televisi, video, compact disc (CD), laser disk,
internet, telepon, handphone, dibanjiri dengan sajian-sajian menarik.
Adapun perkembangan dan corak pemikiran gaya hidup modern:
 Perkembangan di bidang Komunikasi dan Informasi
Komunikasi merupakan sarana untuk mengungkapkan
dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Apa yang kita
maksudkan dan kita inginkan dapat diwujudkan melalui
komunikasi yang terjadi sepihak atau dua belah pihak yang
saling bercerita dan bertukar informasi, hal tersebut yang
melandasi bahwa komunikasi merupakan kebutuhan mendasar
dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan sarana yang
menciptakan hubungan dan interaksi antara dua orang atau
lebih, yang saling membutuhkan.
Orang tidak perlu bertemu untuk berkomunikasi. Cukup
dengan telepon ataupun handphone, mereka dapat
mengutarakan keperluan dan maksud mereka, serta
menginformasikan tentang apa yang terjadi. Kita dapat
mengetahui peristiwa- peristiwa yang terjadi di Indonesia
maupun luar negeri tanpa perlu datang ke tempat kejadian.
Televisi dengan fasilitas parabola maupun kemampuan internet
yang dapat menayangkannya, sehingga semua orang di belahan
bumi ini dapat melihat dan menyaksikan tragedi maupun hal-hal
yang menyenangkan.
Sebagai makhluk sosial, setiap orang mempunyai
kebutuhan untuk berhubungan dan bergaul dengan orang lain.
Dalam membangun hubungan tersebut komunikasi tercipta
berdasarkan perasaan dan akal sehat. Dengan begitu manusia
dapat menikmati persekutuan batin dengan orang lain. Melalui
video compact disc (VCD) atau laser disc (LD), orang dapat
memahami diri sendiri dan orang lain, bila film-film yang
ditayangkan itu menciptakan komunikasi yang membuat kita
belajar membangun hubungan atau relasi yang baik dengan
orang lain. Fasilitas chatting melalui internet, membuka
kesempatan bagi seluruh manusia untuk menjalin hubungan

18
dengan pihak siapa pun, meski tidak harus bertemu karena
cukup lewat layar monitor mereka dapat berkomunikasi seperti
saling berhadapan dan bertatap muka.
Komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan
dalam hubungan kerja manusia. Orang dapat menciptakan
hubungan kerja yang harmonis, dan membangun komunikasi
yang efektif, apabila mereka yang terlibat dalam relasi kerja itu
memahami kekuatannya dan mempunyai kepercayaan diri serta
memiliki kemampuan berkomunikasi. Di sisi lain, mereka harus
mempunyai kepekaan dan tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap masalah-masalah dalam hubungan kerja yang dapat
saja terjadi sebagai akibat dan stagnasi dan kemacetan
komunikasi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan
menyempurnakan hubungan kerja manusia yang efektif
diperlukan media seperti komputer, lap-top dengan berbagai
program, buku-buku, majalah-majalah dan jurnal-jurnal, berita-
berita dan ikian dapat diperoleh melalui koran, televisi, internet,
telepon, handphone, dan e-mail.
 Perempuan dalam Karier
Pada era modern seperti ini, segala nilai-nilai lama
perlahan-lahan mulai berubah. Jika dulu perempuan
mendapatkan kesempatan yang kecil untuk terlibat dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat, sekarang, perempuan
telah ikut serta dalam setiap bidang kehidupan. Khususnya
pembangunan di Indonesia saat ini, membuka peluang bagi
semua tingkat masyarakat, baik dan tingkat atas maupun tingkat
bawah, baik laki-laki maupun perempuan dapat ikut serta dalam
pembangunan.
Gaya hidup Barat yang menggemborkan kesetaraan
gender dan pembelaan hak-hak wanita akan berpengaruh pada
gaya hidup kaum wanita sebagai ibu rumah tangga dengan
mencoba berkarir ganda di luar rumah. Bukan berarti karir
ganda dilarang, namun tidak sedikit keluarga karir ganda ini
mengakibatkan ketegangan dan krisis dalam keluarga dan tidak
jarang yang berujung pada perceraian bahkan broken home.
Ambisi karir ini mendorong istri untuk berkarir di luar
yang akan mengakibatkan:
 Suami sering mengeluh bahwa sejak istri turut
bekerja dan berpenghasilan, dirasakan wibawa

19
dirinya terhadap istri menurun karena istri telah
belajar mandiri dan mengurangi
ketergantungannya kepada suami.
 Istri yang karir dan berpenghasilan lebih tinggi
dari pada penghasilan suami, dapat
mengakibatkan rasa rendah diri pada suami dan
menimbulkan rasa cemburu.
 Peran sebagai kepala rumah tangga dan sebagai
pencari nafkah dapat berbalik manakala suami
tidak bekerja. Kondisi seperti ini akan
mengakibatkan rasa rendah diri, harga diri
menurun wibawa menurun di dahadapan istri dan
anak-anak berkurang, dan kendali
kepemimpinan keluarga berpindah kepada istri.8
 Kekerasan dalam Keluarga
Kekerasan berakar pada budaya masyarakat yang sakit
yang cenderung memandang manusia dalam kedudukan yang
tidak setara, sebagai musuh, sebagai objek. Manusia
menempatkan dirinya sebagai binatang buas terhadap
sesamanya dan karena itu senantiasa dapat menerkamnya.
Kekerasan dapat tampil dalam wujud yang bermacam-macam
seperti misalnya kekerasan dalam keluarga, kekerasan seksual,
kekerasan dalam masyarakat (kekerasan sosial).
Kekerasan bisa dalam bentuk fisik, mental/psikis,
maupun spiritual. Kekerasan fisik dilakukan dengan cara
menampar, memukul, menendang, menginjak-injak, memukul
dengan kayu, besi, parang, clurit, dan sebagainya. Kekerasan
mental/psikis dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata
yang merendahkan, melecehkan, menghina, memfitnah,
sehingga membuat orang lain tersiksa, tertekan, stres/depresi.
Kekerasan sosial dapat dilakukan dalam bentuk pembatasan
gerak dan pergaulan seseorang. Sedangkan kekerasan spiritual
dilakukan dengan cara membuat orang lain merasa bersalah,
berdosa, konflik batin yang sebetulnya tidak tepat.

8
Dadang Hawari. Al-Quran: Ilmu Kesehatan Jiwa dan Jiwa. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
Yasa, 1997).

20
2) Pengaruh Gaya Hidup Modern Terhadap Keluarga
Gelombang globalisasi, arus komunikasi dan informasi yang makin
cepat dan canggih tidak saja menguntungkan, tetapi juga berdampak negatif
sehingga mengancam kehidupan keluarga. Karena itu, perhatian pada keluarga
sangat dibutuhkan. Keluarga adalah unit terkecil sekaligus unit dasar
masyarakat, bangsa, dan negara. Demikian pula keluarga merupakan unit
terkecil dan unit dasar persekutuan hidup beragama sehingga keluarga menjadi
guru atau tiang penunjang utama agama dan masyarakat.
Makin disadari bahwa keluarga merupakan wadah paling ampuh dalam
membangun watak, membina karakter, membentuk pribadi, dan meletakkan
nilai-nilai moral. Keluarga sangat vital bagi keberhasilan dalam kehidupan
masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan pemahaman ini, betapa pentingnya
merencanakan dan melaksanakan upaya pemecahan masalah-masalah dalam
kehidupan beragama maupun bermasyarakat. Masalah tersebut adalah
kegagalan cinta, gagal dalam studi, frustrasi pekerjaan, PIL (Pria Idaman Lain),
WIL (Wanita Idaman Lain), kenakalan remaja, perkelahian anak sekolah,
narkoba, perselingkuhan, perceraian dan kawin ulang, dan lain-lain.
Masalah-masalah di atas, dapat saja terjadi karena peran ganda
orangtua. Peran perempuan sebagai wanita karier bisa jadi membuatnya
mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri pendamping
suami maupun seorang ibu yang harus merawat dan menjaga anak-anaknya.
Akibatnya, tak sedikit anak- anak terjerumus dalam dunia narkotika, seks
bebas, karena berasal dan keluarga yang broken home sebagai akibat dan peran
ganda orangtua yang mengejar karier dan kekayaan demi kelangsungan hidup
keluarga sejahtera dan masa depan anak-anak. Tujuan hidup sejahtera adalah
baik, tetapi hal tersebut sering mengakibatkan sisi negatif yaitu, semakin
longgarnya moral keluarga.
Televisi, video, DVD, compact disc (CD), laser disc (LD), hand phone
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keluarga. Bagi keluarga terutama
remaja dan pemuda, sarana tersebut bagaikan sahabat karib yang siap
menemaninya setiap waktu. Tak dapat disangkal, daya tarik tayangan-
tayangan menarik dari sarana tersebut mewarnai gaya dan filsafat hidup remaja
dan generasi muda dan mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk
karakter mereka. Tayangan televisi yang berupa film- film, iklan, sinetron,
telenovela yang diimpor dari Barat, kebanyakan tidak mengandung informasi
edukatif, tetapi memuat pesan- pesan yang dapat membawa para remaja ke
dalam dunia kekerasan, gaya hidup bebas, hedonisme, merebaknya pemakaian
narkotika dan obat terlarang, seks bebas, prostitusi usia dini, perkelahian
remaja, dan sebagainya.

21
Di mata remaja, pemuda, dan juga anak-anak, kekerasan yang ada
menjadi hal yang biasa. Kekerasan terhadap orang jahat adalah tindakan yang
heroik, tidak peduli prosedur hukum yang seharusnya berlaku. Mereka menjadi
agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan setiap persoalan
dengan jalan kekerasan terhadap orang lain. Hal ini disebabkan tayangan-
tayangan televisi sering membawa mereka ke pemikiran yang tidak sesuai
dengan norma.
Dampak lain yang akan ditimbulkan oleh modernisasi global adalah
meregangnya relasi antaranggota keluarga dan relasi keluarga dengan
masyarakat. Anggota keluarga cenderung individualis. Kerenggangan
antaranggota keluarga ini diakibatkan kurangnya komunikasi di antara mereka.
Suatu penelitian di lakukan menunjukkan bahwa dalam belasan tahun terakhir
ini frekuensi percakapan dalam keluarga menurun seratus persen. Hal ini
mengakibatkan tingginya angka perceraian dan broken home.9
Bukan hanya itu, gaya hidup di era global ini mengakibatkan
mengikisnya kesakralan pernikahan yang hanya dilihat dari sisi relasi
fungsional. Hal ini menimbulkan paham yang memandang tidak pentingnya
pernikahan dan memilih hidup bersama tanpa nikah. Robert H. Lauer dan
Jeantte C. Lauer dari Universitas San Diego, Amerika Serikat telah melakukan
penelitian terhadap pasangan-pasangan hidup bersama tanpa nikah. Adapun
kesimpulan dari penelitiannya berupa:
1. Mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada kebersamaan
2. Mereka tidak memandang perkawinan sebagai suatu hal yang suci
(sakral), andai katapun mereka melaksanakan perkawinan, hal itu
dilakukan semata formalitas
3. Mereka mengutamakan faktor seksual dan percintaan dari pada
faktor kejiwaan yang lebih mendasar, seperti kasih sayang, cinta
dan mencintai, rasa aman dan perlindungan (scurity feeling); tidak
mempunyai rasa tanggung jawab sosial
4. Lebih mengutamakan individu (hak-hak asasi) dan hidup dalam
masyarakat yang permisif
5. Pola hidup mereka lebih mengutamakan “rasionalisasi” alam pikir
dan logika (yang semu), yang didasari dorongan-dorongan
instinktuil (naluri dasar). Dengan demikian tingkat keberadaban

9
Elisabeth Guthrie, M. D. dan Kathy Mathews. Anak Sempurna atau Anak Bahagia: Dilema
Orangtua Modern, (Bandung: Mizan, 2003).

22
manusia sebagai makhluk yang mulia sudah kembali menurun. 10 (
Dadang, 1997).

3) Menyikapi Gaya Hidup Modern Demi Keharmonisan Keluarga


Dalam waktu bersamaan, untuk menghadapi tantangan, maka
juga perlu landasan motivasi, inspirasi dan akidah. Di sini perlu
memperkuat dan mempertegas landasan hidup agar mampu
menghadapi ancaman dan terhindar darinya. Dalam waktu bersamaan,
agar mampu menjawab tantangan. Untuk itu, beberapa hal di bawah ini
perlu diperhatikan:
1. Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup menurut
Agama. Dalam pandangan Islam, manusia baik sebagai hamba
Allah SWT maupun sebagai khalifah Allah SWT, tetap dalam
konteks mengabdi kepada Allah dan berusaha untuk memperoleh
ridha-Nya serta keselamatan dunia dan akhirat. Di sini iman dan
taqwa menjadi sangat penting untuk dijadikan landasan hidup. Kita
sadar bahwa kepuasan lahiriah yang pernah dinikmati oleh
manusia, hanyalah sementara. Dengan kesadaran itu, maka kita
akan sanggup mengatur diri kita. Dengan demikian, ketika kita
akan terbawa arus globalisasi, kita akan ingat kesadaran
keberagamaan kita yang mempunyai aturan main untuk di dunia
dan akhirat.
2. Mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat di dunia, baik
formalitas administratif sesuai ketentuan yang ada di dunia sendiri
maupun hakiki yang mempunyai konsekuensi akhirat kelak. Ketika
kita akan menceburkan diri dalam kehidupan globalisasi, maka kita
juga selalu sadar akan tanggung jawab kita sendiri terhadap apa
yang kita perbuat.11
Untuk menghadapi tantangan zaman dan arus globalisasi, apabila nilai-
nilai agama yang terkandung di dalam konteks agama dijadikan dasar, maka
niscaya kehidupan keluarga akan dapat bertahan. Selain itu yang harus
dilakukan adalah mempertahankan prinsip- prinsip dan nilai moral yang ada
dalam masyarakat. Apabila prinsip dan nilai ini hidup, maka perubahan apapun
yang terjadi tidak akan mampu mengendalikan masyarakat, karena di dalam

10
Dadang Hawari. Al-Quran: Ilmu Kesehatan Jiwa dan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima
Yasa, 1997).
11 Ahmad Qodi Azizy. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004)

23
dirinya sudah tertanam prinsip dan nilai tadi. Apalagi Islam yang kaya dengan
nilai-nilai moral yang sangat tinggi, perubahan dan tantangan akan dapat diikuti
tanpa keluar dari koridor dan prinsipnya. Islam telah menempatkan keluarga
pada posisi dan kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam pembinaan
pribadi dan masyarakat. Baik buruknya kepribadian seseorang sangat
tergantung pada pembinaan dalam keluarga.
Pembinaan keluarga ditujukan untuk melahirkan jalinan cinta kasih
(mawaddah war rahmah). Jalinan cinta kasih atas dasar agama merupakan
sumber utama kebahagiaan keluarga, sehingga memungkinkan setiap anggota
keluarga mengembangkan kepribadiannya secara baik dan utuh. Karena itu,
dalam pandangan ajaran Islam, kesamaan agama dan keyakinan suami istri
merupakan hal yang mutlak.
Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekedar tempat
berkumpulnya orang-orang yang terikat karena perkawinan maupun keturunan,
akan tetapi mempunyai fungsi yang sedemikian luas. Oleh karena itu untuk
mempertahankan ekisistensi kehidupan keluarga sakinah salah satu alternatif
yang sangat mungkin adalah memperdalam dan mengintensif-kan penanaman
dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama dalam setiap anggota keluarga dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memperdalam
pendidikan agama. Pendidikan agama sesungguhnya adalah pendidikan untuk
pertumbuhan total seorang anak didik. Pendidikan agama tidak benar jika
dibatasi hanya kepada pengertian- pengertian yang konvensional dalam
masyarakat. Kalau kita pahami bahwa agama akhirnya menuju kepada
penyempurnaan berbagai keluhuran budi. Oleh karena itu peran orang tua
dalam mendidik anak melalui pendidikan keagamaan yang benar adalah amat
penting. Dan di sini yang ditekankan adalah pendidikan, bukan pengajaran.
Sebagaian dari pendidikan itu memang dapat dilimpahkan kepada lembaga atau
orang lain terutama hanyalah pengajaran agama, yang berupa latihan dan
pelajaran membaca bacaan-bacaan keagamaan, termasuk membaca Al-Quran
dan mengerjakan yang diperintahkan Allah SWT lewat kalam-Nya.
Pendidikan agama dalam rumah tangga tidak cukup hanya berupa
pengajaran agama kepada anak tentang segi-segi ritual dan formal agama.
Penagajaran ini, sebagaimana halnya yang ada di sekolah oleh guru agama,
dalam rumah tangga pun dapat diperankan oleh orang lain, yaitu guru ngaji
yang sekarang mulai populer dalam masyarakat kita. Meskipun guru atau
ustadz dapat bertindak sebagai pendidik agama, namun peran mereka tidak
akan dapat menggantikan peran orang tua secara sempurna atau sepenuhnya.
Alternatif lain yang dapat digunakan menjaga kelangsungan kehidupan
keluarga sakinah adalah dengan mengadakan training-training kiat membangun

24
keluarga sakinah. Hal ini sudah banyak diterapkan pada masyarakat perkotaan.
Dengan diadakan training seperti ini diharapkan para anggota keluarga dapat
membawa diri dan sekaligus menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman dan
lingkungan sosialnya. Karena mau tidak mau institusi keluarga harus bergerak
secara dinamis mengikuti irama perkembangan zaman dan kondisi sosio-
kultural. Alternatif solusi di atas sifatnya antisipatif, sehingga apabila dalam
sebuah keluarga sudah terkena dampak globalisasi dan tidak dapat
menyesuaikan diri sehingga menghilangkan keseimbangan dalam keluarga,
maka alternatif lain yang mungkin dapat digunakan untuk menyelesaikannya
adalah dengan terapi keluarga, baik terapi marital mauppun terapi parental.
Terapi merupakan cara yang cukup signifikan untuk membantu keluarga dalam
menyelesaikan problem-problem keluarga.
Dalam kerangka Islam, dengan munculnya istilah psikologi Islami,
yang sudah berkiprah dalam bidang terapi dan konseling diharapkan dapat
membantu menyelesaikan masalahmasalah yang timbul dalam keluarga.

2.4 Makna Penting Pendidikan Akhlak dalam Rumah Tangga


1. Meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak


sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran
mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:
“Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia”
(Q.S. al-qalam :4).

2. Mejaga keutuhan keluarga.

Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang


anak. Saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain,
dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak.
Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak
menginternalisasi nilai- nilai moral dapat terwujud dengan baik.

3. Mejadikan keluarga yang seimbang.

Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh


adanya keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-

25
anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta.
Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi
yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu
sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi
dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap
kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus
mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang
tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi
berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang diberikan
kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya
proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah
nilai pendidikan.
Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua
dirasakan oleh anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri
untuk berperilaku. Nilai moral yang ditanamkan sebagai landasan utama
bagi anak pertama kali diterimanya dari orang tua, dan juga tidak kalah
pentingnya komunikasi dialogis sangat diperlukan oleh anak untuk
memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya dalam tingkatan
rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa berprilaku
taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan.
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi
pendidikan agama pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber pertama dan
sandaran utama dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral agama yang
dijabarkan dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga, agama yang ditanamkan oleh
orang tua sejak kecil kepada anak akan membawa dampak besar dimasa
dewasanya, karena nilai-nilai agama yang diberikan mencerminkan
disiplin diri yang bernuansa agamis.
Di dalam keluarga anak pertama kali mengikuti irama pergaulan
sosial. Suasana seperti ini disebut dengan situasi domestik, tempat

26
lingkungan pergaulan anak hanya terbatas dengan sejumlah orang yang
terdapat di dalam keluarga tersebut, seperti ibu, ayah, kakak, adik atau
nenek/kakek.
Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam
interaksi edukatif. Anak belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian,
mandi, menyikat gigi dan lain-lain. Keluarga bertugas meneruskan dan
mewariskan sejumlah nilai baik berkaitan dengan kultural, sosial maupun
moral kepada anak-anak yang baru tumbuh di dalam rumah tangga. Di sini
pula anak diajar mengenal siapa dirinya dan lingkungannya.
Di dalam keluarga, kebutuhan pribadi anak seperti yang
disampaikan oleh Abraham Maslow juga berlangsung. Pada tahap awal,
anak memerlukan kebutuhan dasar seperti makan dan minum, kemudian
meningkat kepada kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan, lalu
meningkat lagi menjadi kebutuhan terhadap keamanan dan kesehatan serta
pada waktunya anak memerlukan self actualization (mencari pemaknaan
terhadap siapa dirinya).

4. Keluarga merupakan benteng pertahanan dari lingkungan luar

Keluarga juga berperan menjadi benteng pertahanan dari


sejumlah pengaruh yang datang dari luar. Tidak jarang anak menanyakan
sesuatu problem yang datang dari luar yang dia sendiri canggung untuk
menjawab atau mengatasinya. Karena itu, rujukan utama anak adalah
keluarga. Di sinilah diperlukan hadirnya sosok orang tua yang bijaksana
dan memiliki wawasan yang cukup untuk menerangkan kepada anak
tentang apa yang dihadapinya. Dengan demikian, anak tidak mudah
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menyesatkan dirinya.
Di samping menjadi institusi domestik, keluarga juga dapat
menjadi institusi sosialisasi sekunder. Maksudnya adalah bahwa keluarga
berperan menghantarkan anak-anak untuk memasuki wilayah sosial yang
lebih besar, seperti lingkungan sosial. Dalam konteks ini, keluarga menjadi

27
pengatur dan designer anak untuk memilih lingkungan mana yang tepat
dan baik dalam menumbuhkan kepribadian. Keluarga bertanggung jawab
untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik
agar anak terhindari dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat.

5. Menciptakan keluarga yang sakinah dan mawadah

Dalam sebuah keluarga dikatakan suatu keluarga yang sakinah,


mawadah, dan warohmah yang diharapkan. Apabila didalam keluarga
terdapat akhlak dalam keluarga,dan diantaranya adalah birrul walidain, hak
kewajiban dan kasih sayang suami istri, kasih sayang dan tanggung jawab
orang tua terhadap anak,dan silaturrahmi dengan karibkerabat yang juga
berkaitan tentang akhlak dalam keluarga.

6. Menjadikan anak yang memiliki sifat birrul walidain

Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad


SAW. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa amalan apa yang paling
disukai oleh Allah swt, Beliau menyebutkan : pertama,solat tepat
waktunya; kedua, birrul walidain dan ketiga, jihad fi sabilillah. Pentingnya
birrul walidain bagi anak kepada orang tua agar seorang anak dapat
mendapat ridho Allah, karena ridhonya Allah ada di orang tua.

7. Mencegah anak memiliki sikap Uququl Walidain


Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa Allah swt
menempatkan perintah untuk Birul Walidain langsung sesudah perintah
untuk beibadah kepada-Nya, maka sebaliknya Allah swt pun menempatkan
Uququl Walidain sebagai dosa besar yang menempati ranking kedua
sesudah Syirik.
Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Istilah
inipun berasal langsung dari Rasulullah saw sebagaimana disebutkan
dalam salah satu hadits.

28
Contoh dosa-dosa besar adalah mempersekutukan Allah, durhaka
kepada kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu” (HR.
Bukhari). Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat
dibenci oleh Allah swt, sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia ini.
Hal itu dinyatakan oleh Rasulullah saw:
“Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (azabnya) sampai waktu yang
dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka
sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya di waktu
hidup di dunia ini sebelum dia meninggal” (HR. Hakim).

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
kehidupan rumah tangga sangat dibutuhkan yang namanya akhlak terhadap
antar sesama anggota keluarga, ada akhlak antara istri kepada suami, suami
kepada isteri, dan anak kepada kedua orangtua nya.

3.2 Saran
1. Pembaca diharapkan mampu memahami problematika tentang akhlak
disekitarnya, agar isi makalah ini mampu dipahami secara tekstual dan
kontekstualnya.
2. Untuk pemakalah selanjutnya, agar mensajikan makalah yang bukan
hanya mampu dipahami secara tektual saja, tetapi juga mampu dipahami
secara kontektualnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Qodi Azizy. 2004. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

As, Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Press.

Dadang Hawari. 1997. Al-Quran: Ilmu Kesehatan Jiwa dan Jiwa. Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa

Elisabeth Guthrie, M. D. dan Kathy Mathews. 2003. Anak Sempurna atau Anak
Bahagia: Dilema Orangtua Modern, alih bahasa Ida Sitompul. Bandung:
Mizan.

M. Quraish Shihab. 2007. Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Mujtaba Mishbah. 2008. Daur Ulang Jiwa Cet.1. Jakarta: Al-Huda.

Shabri Shakih Anwar. 2014. PERTAMA KEPADA AKHIR. Riau: Indragiri

Teuku Ramli Zakaria. 2000. Pendidikan Budi Pekerti, dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 021, Tahun ke-5, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

31

Anda mungkin juga menyukai