Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul 'Abbas Ahmad bin
Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, Syaikh Al-Tijani pergi ke suatu
tempat di paang sahara, yang mana ditempat itu tinggal seorang waliyullah,
Abu Sanghun. Disana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat besar
yaitu biasa bersua dengan Rasulullah dalam keadaan jaga. Dalam keadaan
tersebut, Rasulullah mentalqin beliau untuk wirid istighfar dan shalawat
sebanyak seratus kali, kemudian mentalqinkan wirid tersebut kepada umat
manusia. Yang kemudian setelah empat tahun berlalu, wirid tersebut
disempurnakan oleh Rasulullah dengan lafadz lai ilaha illallah. Tarekat ini
berkembang dan tersebar dibeberapa negara besar diantaranya yaitu Mesir,
Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika Hitam, Afrika bagian barat.
4. Tarekat Haddadiyah
Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad.
Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi ikon dari
tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis shalat maghrib ataupun sehabis
shalat isya. Beliau banyak mengarang kitab dalam bidang tasawuf, salah satunya
yaitu nashaih al-diniyah, dan lain-lainnya. Peran al-haddad dalam
mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi cikal bakal lahirnya tarekat
Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad membagi suluk kedalam dua
bagian. Pertama, kelompok khas yaitu diperuntukkan bagi mereka yang telah
mencapai tingkat mujahadah yaitu mengosongkan pikiran dari sesuatu selain
Allah. Kedua, kelompok 'Am, yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan
mengamalkan perintahperintah sunnah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tarekat alawiyah merupakan tarekat 'ammah, sebagai wasilah menuju tarekat
khas, sedangkan tarekat al-haddadiyah merupakan tarekat khas.
5. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari di
Turkistan. Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal kata naqsaband
yang berarti lukisan. Dinamakan karena beliau ahli dalam memberikan lukisan
tentang kehidupan ghaib. Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir,
terutama saat pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allah dengan pengaturan nafas.
terdapat keunikan dari tarekat ini yang tidak dijumpai antara penganut
Naqsabandiyah di Indonesia dan Negara lain, yaitu beberapa mursyidnya rata-
rata perempuan, seperti Nyai Thobibah, Syafifah Fathimah di Sumenep adalah
mursyid perempuan yang terkenal.
6. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Karimuddin Al-Khalwati.
Tarekat khalwatiyah ini diambil dari kata khalwat yang berarti menyendiri untuk merenung. Nama ini
diambil karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat ditempat-tempat yang sepi. 4
Adapun dasar ajaran tarekat khalwatiyah yaitu pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai
makhluk yang hina dihadapan Allah Swt. Yang maha Agung. Kedua, Taubah ialah mohon ampun atas
segala dosa. Ketiga, Muhasabah ialah menghitung-hitung atau introspeksi diri. Keempat, Inabah ialah
berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur ialah merenung tentang kebesaran Allah. Keenam,
I'tisam ialah selalu bertindak sebagai Khalifah Allah dibumi. Ketujuh, Firar ialah lari dari kehidupan jahat
dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah ialah melatih diri dengan beramal sebanyak-
banyaknya. Kesembilan, Tasyakur ialah selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya.
Kesepuluh, Sima' ialah mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah
terutama pendengaran.
7. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah
Tarkat ini merupakan tarekat gabungan dari tarkat Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah.
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu
penggabungan dari dua tarekat yang berbeda diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih
merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari
Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini
didirikan oleh orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim
dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke-19. Bila dilihat dari perkembangannya
tarekat ini bisa juga disebut "Tarekat Sambasiyah.
Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat Berikut ini terdapat beberapa studi kritis terhadap aliran tarekat, yaitu:
Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami oleh gerakan Wahabisme dari timur pada awal
abad ke- 20, aliran keagamaan yang cendrung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan pada
posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembeharuan
yang cendrung mondernis dan bahkan terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai dipojokan, setidak-
tidaknya atas tiga tuduhan : Pertama, karena watak yang dianggap terlalu longgar pada ajaran ajaran
keagamaan yang dinilai palsu. Para penganut aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi ajaran secara
teologis dapat mengotori kemiurnian ajaran ibadah umat islam. Kedua, sikap pembawanya cendrung
mengingkari dunia berikut segala symbol kehidupanya. Mereka dianggap melakukan perlakuan yang tidak
seimbang antara dimensi dunia dan akhirat. Ketiga, paham keagamaan ini lebih jauh dinilai telah merusak
umat islam karena watak yang tidak berpihak pada dimensi Intelektualisme dan tradisionalisme yang
dibutuhkan, terutama dalam membangun bebagai kemajuan dikalangan umat Islam. Gerakan pembaharuan
memperoleh sambutan umat yang cukup antusias. Hampir separo abad terakhir, umat islam digiring untuk
beranjak dari satu titik kehidupan yang diselimuti kecendrungan serba sufistik ketimuran ke titik
kehidupan lain yang serta rasionalistis kebarat-baratan. Seolah olah semangat sufisitik dan rasionalistik itu
merupakan dua titik ekstrim yang mustahil bias bertemu. dengan alas an inilah, tarekat kemudian
terpojokan pada satu posisi yang kurang menguntungkan, khususnya bagi perjlanan sejarah
berkembangnya.
2.Kritik tiga Organisasi sosial keagamaan di Indonesia.
Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai gerakan pembaharuan islam, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-
organisasi sosial keagamaan yang dilatarbelakangi semangat modernisme. Penghujatan terhadap tarekat dan tasawuf gencar
dilaksanakan. Muhammadiyah, Persatuan Islam ( Persis ) , dan Nahdlotul Ulama ( NU), adalah tiga diantara organisasi Islam
yang mensponsori gerakan tersebut. Sebagai organisasi puritan yang berslogan “ memurnikan “ kembali ajaran islam dalam
semangat kembali kepada Al-Quran dan AsSunnah, ketiga organisasi masa islam itu mengeluarkan kritik terhadap
keberadaan tarekat dan tasawuf walaupun dengan variasi kritikan yang berbeda. Pengikut Persatuan Islam ( Persis ),
umpamanya, adalah kelompok masyarakat muslim yang relatif paling keras menentang keberadaan tasawuf dan tarekat.
Mereka mengklaim bahwa kedua ibadah tersebut merupakan bukti penyimpangan dari ajaran islam yang dicontohkan Nabi
Muhammad. Sementara itu Muhammadiyah menganggap tasawuf dan tarekat sebagai penghalang bagi kemajuan umat
islam, terutama dalam ikhtiar mengejar ketertinggalanya dari umat lain. Menurutnya, kontemplasi dapat menyebabkan
seorang pengikut tarekat menjadi lemah dalam berusaha dan beramal saleh. Bagi Pengikut Nahdlotul Uama ( NU), tarekat
itu tidak semuanya buruk, ada yang Mu’tabarah, ada yang Ghaeru mu’tabarah, ada yang sesuai dengan sunnah Nabi
Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan Islam, tasawuf dan tarekat yang diabut umat islam mempunyai landasan
pemikiran yang bercorak pantaesis, yaitu corak pemikiran yang memandang Tuhan berada di setiap benda di alam ini.
Semua aliran tasawuf dan tarekat mengajarkan wihdatul al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.’. Inti ajaran semua bersifat
panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat monisme, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa
Tuhan dan alam adalah satu. Pandangan Abdul Razak, salah seorang tokoh muda Nahdlotul Ulama, beberapa ajaran
tarekat yang dianggap menyimpang, antara lain : adanya kultus yang berlebihan kepada seorang mursid. mereka para
penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang wali yang melebihi kesucianya Rosulullah. mungkin hal itu
engaruh dari budaya yang sering mengagungkan orang-orang sakti dan ini muncul biasanya di Indonesia dari kalangan
pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga memandang masalah taklid sebagai suatu sikap menerima
apa adanya tanpa sikap yang kritis terhadap ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan kepadanya. Sebab talkid
dalam ajaran islam sangat dilarang selama orang itu mampu menelusuri kebenaran suatu agama.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH