NIM : 0502202063
Kelas : AkS 2b
1. Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh seorang Waliyullah yaitu
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa
berdzikir setiap siang dan malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu.
Pelajaran pada Tarekat Qadiriyah sama seperti pelajaran Agama Islam pada umumya, hanya
saja mereka lebih mementingkan kasih sayang terhadap seluruh makhluk, rendah hati, dan
menghindari fanatisme. Paham Qadiriyah sebagian besar merupakan paham mutazilah, yang
mana pada paham ini manausia mempunyai kebebasan untuk berkehendak sesuai kenginan hati
mereka. Sehingga hal ini juga berdampak pada aliran tarekat qadiriyah itu sendiri, yang mana
mereka terlalu menyamakan manusia dengan tuhan.
Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah Irak, Mesir, Sudan,
Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Tarekat ini berpusat di Iraq kemudian banyak
tersebar di dunia timur, Tiongkok dan berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19.
2. Tarekat Rifaiyah
Tarekat Rifaiyah didirikan oleh Sayid Ahmad al-Rifai. Dengan prinsip utamanya adalah
mengajak untuk beriman dan mengikuti sunnah rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada
yang hak dan meninggalkan yang batil. Sayid Ahmad Al-Rifai diceritakan bahwasanya beliau
merupakan seorang yang selalu asyik berdzikir hingga membuat tubuhnya terangkat keatas,
namun Sayid Ahmad Al-Rifai tidak menyadarinya.
Tarekat Rifaiah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para pengikutnya dapat
melakukan hal-hal yang berhubungan diluar nalar seperti makan pecahan beling dan berjalan
diatas bara api yang menyala. Selain itu salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah
ditandai dengan penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan diiringi
permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan zikir-
zikir tertentu dalam hal-ihwal tarekatnya.
3. Tarekat Tijaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Tijani.
Pada tahun 1196, syaikh al-tijani pergi ke suatu tempat di paang Sahara, yang mana di tempat itu
tinggal seorang waliyullah, Abu Samghun. Di sana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat
besar yaitu bisa bersuara dengan Rasulullah dalam keadaan jaga.
4. Tarekat Haddadiyah
Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Beliau
merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir
ini dibaca sehabis maghrib ataupun sehabis isyak. Peran al-haddad dalam mempopulerkan
tarekat Alawiyah menjadi cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-
haddad membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama, kelompok khas, yaitu diperuntukkan bagi
mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah, yaitu mengosongkan piiran dari sesuatu selain
Allah. Kedua, kelompok Am, yaitu mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan
perintah-perintah sunnah.
5.Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari di Turkistan.
Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal katanaqsaband yang berarti lukisan.
Dinamakan demikian karena beliau ahli dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.
Tarekat Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar di Dunia dan tarekat yang masih terawat
dengan baik sampai sekarang ini. Tarekat ini tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan
sebagian besar pengikutnya berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda dan bekas jajahan
Inggris di Melayu.Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat
pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allaah dengan pengaturan nafas.
6.Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Karimuddin al-
Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari kata khalwat yang berarti menyendiri untuk
merenung. Nama ini diambil karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat di tempat-
tempat yang sepi.
Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran
akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua,
Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi
diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang
kebesaran Allah. Keenam, Itisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar
Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri
dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah
dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh
dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.