Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TASAWUF DAN TAREKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu: Dr. Gunawan, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh:

Kelompok 7

Nadia Nuvitasari (221101090040)


Niliya Akmalia Abadi (221101090002)
Lailur Rohima (221101090038)
Slamet (221101090011)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Sejarah Tarekat di Indonesia..................................................................................3
B. Tokoh Tarekat di Indonesia Beserta Ajarannya.....................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Tarekat berasal dari bahasa Arab. Secara etimologi berarti : (1) jalan, cara
(alkaifiyyah); (2) metode, sistem (al-uslub); (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab).
Menurut istilah tarekat berarti perjalanan seorang (pengikut tarekat) menuju Tuhan
dengan cara menysucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang
untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.
Berbicara tentang perkembangan tarekat di Indonesia tentu tidak akan bisa
lepas dari agama Islam berasal. Islam berasal dari jazirah Arab dibawa oleh
Rasulullah, kemudian diteruskan masa Khulafa ar-Rasyidin ini mengalami
perkembangan yang pesat. Penyebar luasan Islam ini bergerak ke seluruh penjuru
dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.1
Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thariqah, yang berarti jalan, yakni
jalan untuk mencapai Ridla Allah. Dengan pengertian ini bisa digambarkan, adanya
kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi menyatakan, At thuruk bi adadi
anfasil mahluk, yang artinya jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya mahluk,
aneka ragam dan macamnya. Orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah
berhati hati, karena : Ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan
ada yang tidak diterima.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tarekat di Indonesia?
2. Siapa saja tokoh-tokoh tarekat di Indonesia beserta ajarannya?

C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menjelaskan sejarah tarekat di Indonesia
2. Menganalisis dan menjelaskan tokoh-tokoh tarekat di Indonesia beserta
ajarannya

1
Awaludin, 2016, “Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Nusantara”, Jurnal El-Afkar. Vol 5, No. 2, hlm
125-134.
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tarekat di Indonesia


1. Sejarah Munculnya Tarekat
Pada hakekatnya tarekat bukanlah sesuatu yang terpisah dari syari‟at,
sebab tarekat adalah pengejawantahan dari syariat itu sendiri. Sebagaimana
lazim dikatakan orang, ”syariat tanpa tarekat adalah kosong, sedangkan tarekat
tanpa syariat adalah bohong.” Terkait hal ini Abu Bakar Atjeh dalam bukunya,
Pengantar Tarekat, dengan tegas menyatakan bahwa tarekat merupakan bagian
terpenting dari pada pelaksanaan tasawuf. Mempelajari tasawuf dengan tidak
mengetahui dan melakukan tarekat merupakan suatu usaha yang hampa. Dalam
ajaran tasawuf diterangkan, bahwa syariat itu hanya peraturan belaka, tarekat
lah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu, apabila syariat
dan tarekat ini sudah dapat dikuasai, maka lahirlah hakekat yang tidak lain
daripada perbaikan keadaan atau ahwal, sedangkan tujuan yang terakhir ialah
makrifat yaitu mengenal dan mencintai Tuhan dengan sebaik-baiknya.2
Habib Muhammad Lutfi bin Yahya, Pemimpin Jamiyyah Ahlit Tarekat
AlMu‟tabarah An-Nahdliyyah, membagi Tarekat dua: Tarekat Syariah dan
Tarekat Wushul. Tarekat Syariah adalah seperangkat aturan-aturan fiqih yang
disebutkan dalam berbagai kitab-kitab para fukaha yang mu‟tabar, para
muhadistin, mutakalimin dan mufassirin yang mu‟tabar. Sedangkan tarekat
wushul adalah upaya memetik natijah (hasil) dari pelaksanaan tarekat Syariah
dengan mengikuti bimbingan seorang Syekh dengan penuh
khidmah(pengapdian), muaffaqoh (mengangap benar) dan menghindar buruk
sangka, serta berupaya membersihkan hatinya dari berbagai sifat tercela,
menghiasinya dengan sifat mulia, dan memperbanyak zikir, menyebut nama
Allah. Karena pembersihan hati dari berbagai hal negatif tersebut hukumnya
wajib, maka wajib pula hukum memasuki tarikat.

2
Abu Bakar Atjeh, 2001, “Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Solo: Ramadhani, hlm 41.
4
2. Masuknya Tarekat di Nusantara
Sejarah tarekat di Indonesia diyakini sama dengan sejarah masuknya
Islam ke Nusantara itu sendiri. Para sejarawan Barat menyakini, Islam bercorak
Sufidtik itulah yang membuat penduduk nusantara yang semula beragama
Hindu dan Budha menjadi sangat tertarik. Tradisi dua agama asal India yang
kaya dengan dimensi metafisik dan spiritualitas itu dianggap lebih dekat dan
lebih mudah beradaptasi dengan tradisi tarikat yang dibawa para wali. Sehingga
perubahan besar itu pun berlangsung nyaris tanpa meneteskan darah sedikitpun.
Ini berbeda dengan proses Islamisasi di india yang dilakukan secara besar-
besaran melalui penaklukan dan tekanan, bahkan konon sedikit pemaksaan
dengan senjata. Oleh para raja Muslim seperti Sultan Mahmud Ghadzna,
Auranzeb, Haidar Aly, Tipu Sultan, dan sebagainya. Namun hingga saat ini
India terlebih setelah terbagi tiga dengan Pakistan dengan Banglades dan
muslim, Islam tetap tidak berhasil secara massip menggeser Hindu sebagai
Agama mayoritas masyarakat.3
Besarnya pengaruh tarekat dalam islamisasi juga didukung dengan dari
temuan sejarah bahwa sebenarnya Islam sudah masuk di Nusantara sejak abad
ke7, dan di Jawa sejak abad 11 M, namun sejauh itu tidak cukup signifikan
mengubah agama masyarakat nusantara. Islam saat ini hanya menjadi agama
para pendatang yang berkumpul dalam komuniatas-komunitas kecil di beberapa
kota di pesisir Jawa, seperti di Leran (Gresik), Idramanyu dan Semarang.
Sementara penduduk asli diceritakan masih hidup dengan agamanya, bahkan
digambarkan dengan pola hidup yang “kotor”.4
Proses islamisasi nusantara secara besar-besaran baru terjadi pada
penghujung abad 14 atau awal abad 15, bersamaan dengan masa keemasan
perkembangan tasawuf akhalaki yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran
tarekat di Timur Tengah. Fase itu sendiri telah dimulai sejak Imam Abu Hamid
Muhammad Al-Ghazali (wafat 1111 M) merumuskan konsep tasawuf moderat
yang memadukan keseimbangan unsur Ahklak, syariat, dan filsafat. Konsep itu
diterima sacara terbuka oleh kaum fukaha yang sebelumnya menentang
3
Agus Sunyoto, 2012, “Atlas Wali Songo: Buku Pertama Yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta
Sejarah”, Depok: Pustaka Ilman, hlm 42-43.
4
Ibid hlm 48-50.
5
habishabisan ajaran tasawuf falsafi yang kontroversial. Dilanjutkan dengan
bermunculannya pusat-pusat pengajaran tasawuf yang dipimpin oleh para sufi
terkemuka seperti Syekh Abdul Qadir AlJailani (wafat 1166 M), yang ajaran
tasawufnya menjadi dasar Thariqoh Qodiriyyah. Ada juga Syekh Najmudin
Kubro (wafat 1221 M), sufi Asia Tengah pendiri Thariqoh Kubrawiyyah; Syekh
Abul Hasan Ali Asy-Syadzili (wafat 1258), pendiri Thariqoh Syadziliyyah asal
Maghribi, Afrika Utara; Ahmad Arfa‟iyyah. Belakangan, pada awal abad
keempat belas juga lahir Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syekh
Muhammad Bahauddin An-Naqsabandy (wafat 1389) di Khurasan dan Tarekat
Syathariyyah yang di dirikan Syekh Abdullah Asy-Syatthari (wafat 1428 M).
Tarekat-tarekat ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke
Nusantara, melalui para penyebar agama Islam. Mencapai puncaknya pada abad
17- 18, bersamaan dengan orang-orang Jawa yang naik haji. Hingga saat ini tak
kurang dari 44 tarekat yang telah ada dan tersebar di seluruh Indonesia.5

B. Tokoh Tarekat di Indonesia Beserta Ajarannya


1. Thoriqoh Naqsabandiyah
Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin Baha‘uddin Al-
Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan –
kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini juga
dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam
memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata “Uwais” ada pada
namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu
mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani
yang juga murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang
ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi. Thoriqoh Naqsabandiyah
mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan
zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan.
Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:
a) Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah
b) Meninggalkan Rukhshah
5
Jatman, 2005, “Mengenal Tariqah”, Pekalongan: Lajnah Ta’alif wa Nasr Jatman, hlm 15.
6
c) Memilih hukum yang azimah
d) Senantiasa dalam muraqabah
e) Tetap berhadapan dengan Tuhan
f) Senantiasa berpaling dari kemegahan duniaMenghasilkan makalah
hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan dalam hati)
g) Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan
hal-hal yang memberi faedah
h) Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa
i) Zikir tanpa suara
j) Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
k) Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW.
2. Thoriqoh Qadariyah
Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang
ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah
untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad.
Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara
lain Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah berpengaruh luas di dunia
timur. Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang
dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk
mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya.
Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:
a) Tinggi cita-cita
b) Menjaga kehormatan
c) Baik pelayanan
d) Kuat pendirian
e) Membesarkan nikmat Tuhan
3. Thoriqoh Sadziliyah
Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang
ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali
bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di
suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan
alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan
7
bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon
mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak
sejak ia masih kecil.
Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu:
a) Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
b) Mengikuti sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan
c) Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan membelakang
d) Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak
e) Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.
4. Tarikat Rifaiyah
Pendirinya Tarikat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai.
Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan
sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad
berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya,
Mansur Al-Batha‘ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada
pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali
Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi‘i. Dalam usia 21 tahun,
ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai
pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.
Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang
dilakukan bersamasama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir
tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat
melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-
guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan
oleh senjata tajam.
5. Tarikat Halawatiyah
Tarikat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat Suhrawadiyah yang
didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang
tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap
dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang
terbesar terdapat di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini
termasuk keluarga Sufi yang ternama.
8
Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau
seorang tokoh sufi yang oelh kawan-kawannya diberi gelar ulama, dilahirkan
di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H. Suhrawardi yang lain bernama Abu
Hafas Umar Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad,
pengarang kitab “Awariful Ma‘arif”, sebuah karangan yang sangat
mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh
kitab itu di muat pada akhir karya “Ihya Ulumuddin” yang oleh tarikat
Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya dijadikan pokok pegangan dalam
suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal pada tahun 638 H.
6. Tarikat Khalidiyah
Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal dari tarekat
Thaifuriyah dan cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan, Turki, India,
dan Jawa. Disebutkan dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan oleh
Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada suatu cabang Naqsabandiyah di Turki,
yang berdiri dalam abad ke XIX, bernama Khalidiyah. Menurut sebuah kitab
dari Baharmawi Umar, dikatakan, bahwa pokok-pokok tarekat Khalidiyah
Dhiya‘iyah Majjiyah, diletakkan oleh Syeikh Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi, yang
lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab ini berisi silsilah dan beberapa
pengertian yang digunakan dalam tarekat ini, setengahnya tertulis dalam
bentuk sajak dan setengahnya tertulis dalam bentuk biasa. Dalam silsilah dapat
dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai dengan Dhiyauddin Khalid.
7. Tarikat Sammaniyah
Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru tasawwuf yang
masyhur, disebut Muhammad Samman, seorang guru terikat yang ternama di
Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di
antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar di
Aceh, bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun
1720 M. Sejarah hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan
Syeikh Muhammad Samman, ditulis bersama kisah Mi‘raj Nabi Muhammad,
dalam huruf arab, disiarkan dan dibaca dalam kalangan yang sangat luas di
Indonesia sebagai bacaan amalan dalam kalangan rakyat.

9
8. Tarikat ‘Aidrusiyah
Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan Ba‘alawi ialah
Al‘aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap buku tasawuf
menyebut nama Al-aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama. Keluarga
Al‘Ahidus banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang terkemuka,
diantaranya, di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa Al‘Aidus, yang
pernah menjadi pembicaraan Al-Jabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti
menerangkan, bahwa S. Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang
mempertemukan hakekat dan syariat sejak kecil ia telah menghafal Al‘Quran
30 jus.
9. Tarikat Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap salah
seorang qutub dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang kitab-
kitab mengenai ilmu tasawuf dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb.
Bukan saja dalam ilmu tasawuf, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang lain banyak
ia mengarang kitab. Kitabnya yang bernama : “Nasa‘ihud Diniyah”, sampai
sekarang merupakan kitab-kitab yang dianggap penting. Muraqabah termasuk
wasiat Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi Tuhan, dan
orang yang sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak
dan diamnya, dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan
kehendak, dalam keadaan aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala
tersembunyi, selalu menganggap dirinya berdampingan dengan Tuhan dan
diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu seakan-akan dilihat Tuhan, jika ia tidak
melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat melihat dia dan memperhatikan
segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa Muraqabah itu termasuk
maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu dipuji-puji oleh nabi
Muhammad.
10. Tarikat Tijaniyah
Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di samping tarekat-tarekat
yang lain ialah tarekat Tijaniyah. Dalam tahun beberapa rekat ini masuk ke
Indonesia tidak diketahui orang-orang secara pasti, tetapi sejak tahun 1928
mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab yang tinggal di
10
Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah At-Tayib Al-Azhari, berasal dari
Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul “Kitab Munayatul Murid”
(Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan
kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat
umumnya. Pendirinya seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul Abbas bin
Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‘Ain Mahdi pada tahun 1150 H,
(1737-1738 M). Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan bin Ali
bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya.
Terekat ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat
mudah. Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan
tahlil seratus kali. Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di
Cirebon tarekat Tijani ini pernah tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan
Kiyai Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di desa Martapada, dekat kota
Cirebon.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpukan bahwa:
1. Tarekat merupakan bagian terpenting dari pada pelaksanaan tasawuf.
Mempelajari tasawuf dengan tidak mengetahui dan melakukan tarekat
merupakan suatu usaha yang hampa.
2. Sejarah tarekat di Indonesia diyakini sama dengan sejarah masuknya Islam
ke Nusantara itu sendiri.
3. Tokoh tarekat dan ajarannya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Thoriqoh Naqsabandiyah
b) Thoriqoh Qadariyah
c) Thoriqoh Sadziliyah
d) Tarikat Rifaiyah
e) Tarikat Khalawatiyah
f) Tarikat Khalidiyah
g) Tarikat Sammaniyah
h) Tarikat ‘Aidrusiyah
i) Tarikat Al-Haddad
j) Tarikat Tijaniyah

B. Saran
Berdasarkan hasil pengerjaan makalah di atas, didapatkan saran sebagai
berikut:
1. Penyusun makalah sebaiknya membahas lebih mendetail lagi tentang sejarah
masuknya ilmu tarikat di Indonesia sampai perkembangan dan tantangannya di
Indonesia.
2. Penyusun makalah sebaiknya membahas lebih mendetail lagi tentang tokoh-
tokoh tarikat dan ajarannya di Indonesia.
3. Penyusun makalah sebaiknya membahas lebih mendetail tentang sejarah tokoh-
tokoh tarikat di Indonesia, seperti lahirnya dan wafatnya. Sehingga pembaca
dapat memahami dengan menyeluruh mengenai sejarah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atjeh, A. B. 2001. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik), Solo: Ramadhani.

Awaludin. 2016. Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Nusantara. Jurnal El-Afkar, 5


(2): 125-134.

Jatman. 2005. Mengenal Tariqah, Pekalongan: Lajnah Ta’alif wa Nasr Jatma.

Sunyoto, A. 2012. Atlas Wali Songo: Buku Pertama Yang Mengungkap Wali Songo
Sebagai Fakta Sejarah, Depok: Pustaka Ilman.

13

Anda mungkin juga menyukai