Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

TAREKAT DI INDONESIA
Disampaikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Program Studi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir

Dosen Pengampu:
Dr. Afi Parnawi, M.Pd., M.Si

Disusun oleh :
M. Rawi Aji (2022.10.IT.050)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
KEPULAUAN RIAU
2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa kita
panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Karena perjuangan beliaulah
kita dapat merasakan nikmat iman seperti yang kita rasakan saat ini.

Dalam kesempatan kali ini, Pemakalah hendak mengucapkan terima kasih


sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf,
karena atas bimbingan dan arahannya Pemakalah dapat terarah dalam membuat
makalah ini yang berjudul “Tarekat Di Indonesia.”

Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini


masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu Pemakalah sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk acuan,
petunjuk maupun pedoman untuk menambah ilmu pengetahuan yang berguna bagi
para pembaca.

Batam, 22 Desember 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Definisi dan Sejarah Singkat ..................................................................... 3
B. Pembagian Tarekat, Tokoh-Tokoh Serta Ajarannya Di Indonesia .............. 4
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pada mulanya seseorang berfilsafat untuk mengetahui makna segala


sesuatu secara mendalam terhadap sebuah eksistensi, baik alam, diri, maupun
Tuhan dengan cara bertanya baik pada dirinya ataupun orang lain. Namun seiring
perkembangan zaman, pemikiran melalui filsafat tentang eksistensi Tuhan, tidak
sepenuhnya dapat memberikan sebuah jawaban, bagaimana mengenai hakekat
diri dengan Tuhan, bagaimana mencapai derajat untuk mengetahui segala hal
tentang Tuhan, sehingga para ulama-ulama sufi mencari sebuah jalan lain untuk
mencari eksistensi itu, yaitu dengan tarekat.

Tarekat yang berarti jalan spritual (yang digunakan oleh para sufi) yang
berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang nama-nama Allah beserta
sifatnya dengan pemahaman yang mendalam memberikan ruang baru bagi
masyarakat untuk semakin mengenal Allah. Dengan jalan ini, para ulama
mencoba untuk memandang dari sisi dalam diri manusia, yaitu jiwa, bagaimana
membersihkan jiwa dan bagaimana mengantarkan jiwa pada sebuah hakekat
yang sebenarnya.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana jalan yang ditempuh para
ulama mengenai sebuah hakekat mengenal Tuhan, makalah ini mencoba itu
membahas apa saja dan bagaimana jalan spiritual (tarekat) yang dilahirkan para
ulama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yng telah disebutkan, maka rumusan


masalah yang dapt diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana definisi dan sejarah tarekat?

1
2. Apa sajakah aliran tarekat yang telah lahir dari para ulama sufi?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi dari tarekat.


2. Mengetahui sejarah munculnya tarekat.
3. Mengetahui sejarah perkembangan tarekat di Indonesia
4. Mengidentifikasi aliran-aliran tarekat di Indonesia.
5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh tarekat di Indonesia.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, makalah ini diharapkan dapat


memberikan wawasan yang lebih baik tentang tarekat di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Sejarah Singkat

Secara bahasa tarekat berasal dari bahasa arab thariqat yang berarti jalan.
keadaan, aliran, dan lainnya. Sedangkan menurut istilah tarekat berarti jalan spritual
(yang digunakan oleh para sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya

tentang nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang mendalam.1

Pada perkembangannya tarekat lebih banyak digunakan oleh para sufi.


Dalam hal ini, tarekat diartikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk
melatih jiwa, membersihkan diri dar hal-hal yang tercela dan mengisinya dengan
hal-hal yang terpuji, dengan cara senantiasa ingat kepada Allah dengan penuh

pengharapan.2
Perkataan tarekat lebih dikenal dari pada tasawuf, khususnya bagi orang-
orang awam. Tarekat disini tidak membicarakan tentang filsafat tentang tasawuf,
akan tetapi berupa pengamalan (amalan-amalan) atau prakasar dari tasawuf itu

sendiri.3
Tarekat mulai bermunculan (dalam masyarakat Islam) pada abad ke-11
M, khususnya setelah kehancuran Baghdad oleh Mongol. Hal ini ditandai dengan
munculnya tarekat yang pertama kali yaitu Tarekat Qadariyah dengan Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani sebagai pendirinya.
Tidak semua negara Islam dapat menerima tarekat masuk kedalam negaranya,
walaupun mayoritas penduduknya adalam muslim, seperti contoh Turki dan Arab
Saudi. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kedua negara ini merupakan negara
yang menjadi pusat peradaban islam di masanya, akan tetapi mereka melarang tarekat
kesufian dengan dengan alasan masing-masing. Hal ini malah bertolak belakang
dengan Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997), 270
2
Ibid.
3
Hartono Ahmad Jaiz, Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, (Jakarta: Darul Falah, 2000),
119

3
baru memeluk Islam setelah runtuhnya kerajaan majapahit pada awal abad ke-15
M, justru disinilah tarekat banyak mengalami perkembangan.4

B. Tokoh Serta Ajarannya Di Indonesia

1. Tarekat Qadiriyah

Tarekat Qadiriyah merupakan tarekat tertua yang didirikan oleh


seorang Waliyullah yaitu Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau
memerintahkan kepada muridnya agar senantiasa berdzikir setiap siang dan
malam hari, serta setiap setelah shalat lima waktu.5

Pelajaran pada Tarekat Qadiriyah sama seperti pelajaran Agama


Islam pada umumya, hanya saja mereka lebih mementingkan kasih sayang
terhadap seluruh makhluk, rendah hati, dan menghindari fanatisme.6 Paham
Qadiriyah sebagian besar merupakan paham mu’tazilah, yang mana pada
paham ini manausia mempunyai kebebasan untuk berkehendak sesuai
kenginan hati mereka. Sehingga hal ini juga berdampak pada aliran tarekat
qadiriyah itu sendiri, yang mana mereka terlalu menyamakan manusia
dengan tuhan.

Tarekat ini dianut oleh beberapa negara besar diantaranya adalah


Irak, Mesir, Sudan, Tunisia, Libya, Aljazair, Afrika, dan Indonesia. Tarekat
ini berpusat di Iraq kemudian banyak tersebar di dunia timur, Tiongkok dan
berkembang pesat di Indonesia pada abad ke-19, terutama ketika penjajahan
Belanda. Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu K.H. Marzuki di
Banten yang merupakan pengikut tarekat Qodariyah yang memberontak
penjajah Belanda, yang pada tahun 1903 pemberontakan terhadap belanda

4
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju Tuhan,
(Jakarta: As-Salam Sejahtera 2012), hlm 105
5
Ibid.106
6
Ibid.112

4
juga terjadi di Sidoarjo Jatim yang dipimpin oleh K.H Hasan Mukmin serta
K.H Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta.

Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat


Indonesia, khususnya organisasi agama terbesar islam Nahdlatul Ulama’
yang tak bisa dilepaskan dari tarekat Qadariyah, dan amalan-amalan salah
satunya yang dituturkan dalam bacaan Manaqib pada acara-acara tertentu.

Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:

• Tinggi cita-cita
• Menjaga kehormatan
• Baik pelayanan
• Kuat pendirian
• Membesarkan nikmat Tuhan
• Thoriqoh Sadziliyah

2. Tarekat Rifa’iyah

Tarekat Rifa’iyah didirikan oleh Sayid Ahmad al-Rifa’i. Dengan


prinsip utamanya adalah mengajak untuk beriman dan mengikuti sunnah
rasul, menjaga rukun Islam, berpegang kepada yang hak dan meninggalkan
yang batil.7 Sayid Ahmad Al-Rifa’i diceritakan bahwasanya beliau
merupakan seorang yang selalu asyik berdzikir hingga membuat tubuhnya
terangkat keatas, namun Sayid Ahmad Al-Rifa’i tidak menyadarinya.

Tarekat Rifa’iah cenderung memiliki sifat yang fanatik serta para


pengikutnya dapat melakukan hal-hal yang berhubungan diluar nalar seperti
makan pecahan beling dan berjalan diatas bara api yang menyala. Selain itu
salah satu identitas dari keberadaan tarekat ini adalah ditandai dengan

7
Tohir, Menjelajahi Eksistensi, ..., 111

5
penggunaan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan diiringi
permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang
diiringi dengan zikir-zikir tertentu dalam hal-ihwal tarekatnya.8

Tarekat ini berkembang pesat di Indonesia dengan Syekh H. Ahmad


Ar-Rifa’I Al-Jaawi bin Muhammad bin Abi Sujak bin Sutjowijoyo (1200 H/
1786H) di Desa Tempuran, Kabupaten Kendal. Tarekat ini juga tersebar di
Aceh dan Sumatera (terutama di bagian barat dan utara), namun disana
tarekat ini lebih dikenal dengan sebutan Rafai.

Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang


dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu.
Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana
mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain
berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak
mempan oleh senjata tajam.

3. Tarekat Tijaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayid Al-Syaikh Abul ‘Abbas Ahmad bin
Muhammad Al-Tijani. Pada tahun 1196, syaikh al-tijani pergi ke suatu tempat
di paang Sahara, yang mana di tempat itu tinggal seorang waliyullah, Abu
Samghun. Di sana beliau mendapat suatu anugerah yang sangat besar yaitu biasa
bersua dengan Rasulullah dalam keadaan jaga. Dalam keadaan tersebut,
Rasulullah mentalqin beliau untuk wirid Istighfar dan shalawat sebanyak
seratus kali, kemudian mentalqinkan wirid tersebut kepada umat manusia.

8
Ibid

6
Yang kemudian setelah empat tahun berlalu, wirid tersebut disempurnakan
oleh Rasulullah dengan lafadz la ilaha illallah.9

Tarekat ini berkembang dan tersebar di beberapa negara besar


diantaranya adalah Mesir, Kepulauan Arab, Sebagian Penjuru Asia, Afrika
Hitam, Afrika bagian barat.

4. Tarekat Haddadiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad
Al-Haddad. Beliau merupakan pencipta Rattibul Haddad, dzikir yang
menjadi ikon dari tarekat ini. Biasanya dzikir ini dibaca sehabis maghrib
ataupun sehabis ‘isyak.10 Beliau banyak mengarang kitab dalam bidang
tasawuf, salah satunya adalah nashaih al-diniyah, dan lainnya.

Peran al-haddad dalam mempopulerkan tarekat Alawiyah menjadi


cikal bakal lahirnya tarekat Haddadiyah. Dalam tarekat alawiyah, al-haddad
membagi suluk kedalam dua bagian. Pertama, kelompok khas, yaitu
diperuntukkan bagi mereka yang telah mencapai tingkat mujahadah, yaitu
mengosongkan piiran dari sesuatu selain Allah. Kedua, kelompok ‘Am, yaitu
mereka masih dalam tingkatan dasar dengan mengamalkan perintah-perintah
sunnah.11 Sehingga dapat didimpulkan bahwa tarekat alawiyah merupakan
tarekat ‘ammah, sebagai wasilah menuju tarekat khas, sedangkan tarekat al-
haddadiyah merupakan tarekat Khas.

5. Tarekat Naqsabandiyah

9
Tohir, Menjelajahi Eksistensi, ..., 111
10
Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya: UINSA
Press, 2017) 15
11
A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya, Imtiyaz. 2014) 119

7
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin Al-Uwaisi Al-
Bukhari di Turkistan. Kata naqsabandiyah diambil dari bahasa arab asal kata
naqsaband yang berarti lukisan. Dinamakan demikian karena beliau ahli
dalam memberikan lukisan tentang kehidupan ghaib.12

Tarekat Naqsabandiyah merupakan tarekat terbesar di Dunia dan


tarekat yang masih terawat dengan baik sampai sekarang ini. Tarekat ini
tersebar luas diseluruh dataran di Dunia, dan sebagian besar pengikutnya
berasal dari wilayah Turki, Hindia Belanda dan bekas jajahan Inggris di
Melayu.13 Ajaran yang paling sering digunakan ialah berdzikir, terutama saat
pengucapan lafadz Laa ilaaha illa Allaah dengan pengaturan nafas.

Tarekat ini berkembang di Indonesia dipelopori oleh Syaikh Yusuf


Makassari (1626-1699) Syaikh Yusuf berasal dari kerajaan Islam Gowa,
Sulawesi Selatan., beliau menerima ijazah dari Syaikh Muhammad ‘Abd al-
baqi di Yaman. Di Madura, tarekat ini sudah lahir sejak abad ke-19, terdapat
keunikan lain dari tarekat ini yang tidak dijumpai diantara penganut
Naqsabandiyah di Indonesia dan Negara lain, yaitu beberapa mursyidnya
rata-rata perempuan, seperti Nyai Thobibah, Syafifah Fathimah di Sumenep
adalah mursyid perempuan yang terkenal.14

Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat


sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan
lisan. Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:

• Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah


• Meninggalkan Rukhshah
• Memilih hukum yang azimah
• Senantiasa dalam muraqabah

12
Nata, Akhlak Tasawuf, ..., 274
13
Jaiz, Mendudukkan Tasawuf, ..., 122
14
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,
(Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005), 100

8
• Tetap berhadapan dengan Tuhan
• Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.
• Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan
dalam hati)
• Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan
hal-hal yang memberi faedah
• Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.
• Zikir tanpa suara
• Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
• Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW

Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan
dalam Thorikoh ini, yaitu:

1. Tobat
2. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya
telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan,
sebab ia tidak mampu memperbaikinya)
3. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya
saja)
4. Taqwa
5. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang
6. dianugerahkan oleh Allah SWT)
7. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada
Allah)

Hukum yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah


ini juga ada enam, yaitu:

1. Zikir
2. Meninggalkan hawa nafsu
3. Meninggalkan kesenangan duniawi

9
4. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh
5. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT
6. Mengerjakan amal kebaikan

Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya :

1. I’tiqad yang benar


2. Menjalankan sunnah Rasulullah
3. Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang tercela
4. Taubat yang benar
5. Menolak kezaliman
6. Menunaikan segala hak orang
7. Mengerjakan amal dengan syariat yang benar

6. Tarekat Khalwatiyah

Tarekat ini didirikan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad bin


Muhammad Karimuddin al-Khalwati. Tarekat khalwatiyah ini diambil dari
kata khalwat yang berarti menyendiri untuk merenung. Nama ini diambil
karena pendiri dari tarekat ini sering melakukan khalwat di tempat-tempat
yang sepi.15

Nama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang
Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-
Khalwaty al-Makassary.16 Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat
ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat
Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat Khalwatiyah ini hanya

15
Masyhuri, 22 aliran, ..., 135
16
Azyumard Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung:Mizan, 1998),
212

10
menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para khalifah
yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis tarekat ini
dikaitkan dengan suku tersebut.17

Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru


beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub al-Kahlwati al-Quraisy. bergelar ” Taj
al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-
Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat Khalwatiyah di Damaskus Ada
indikasi bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari
beberapa tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah
tetap yang paling dominan.

Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza


maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan
Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala
dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat,
Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang
kebesaran Allah. Keenam, I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di
bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak
berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-
banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan
mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’ mengkonsentrasikan seluruh
anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.

7. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah

Tarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah


dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang
terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua

17
Mulyati, Mengenal dan Memahami,…127

11
tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih
merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur
pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi
sesuatu yang baru.

Tarekat ini didirikan oleh Orang Indonesia Asli yaitu Ahmad Khatib
Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada
pertengahan abad kesembilan belas.18 Bila dilihat dari perkembangannya
Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh
al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda
dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai
dengan nama pengembangnya.19

Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk


memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk
memperdalam ilmu yang mereka miliki. Demikian pula halnya dengan
Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar Ilmu-ilmu Islam
termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai diantara teman-
temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di seluruh
Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al
Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti
dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty,
Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- Mirghany.

18
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,1996),
89
19
Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung, Pustaka Hidayah,
2002), 49

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam penjelasan mengenai Tarekat di atas dapat diambil beberapa


kesimpulan diantaranya:

Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka simpulan


yang dapat diambil adalah:

1. Tarekat merupakan sebuah jalan spritual (yang digunakan oleh para


sufi) yang berisikan amalan-amalan ibadah dan lainnya tentang
nama-nama Allah beserta sifatnya dengan pemahaman yang
mendalam. Yang mana tarekat ini muncul pertama kali dan
dicetuskan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani dengan tarekat
naqsabandiyahnya. Akan tetapi, tidak semua negara muslim dapat
menerima aliran tarekat ini karena perbedaan latar belakang yang
melatarbelakangi setiap orang.

2. Aliran tarekat yang lahir dari kalangan para ulama’ sufi sangatlah
banyak, diantaranya adalah tarekat qadiriyah, tarekat haddadiyah,
tarekat naqsabandiyah, tarekat qadariyah naqsabandiiyah, tarekat
tijaniyah, tarekat khalwatiyah, tarekat rifaiyah, dan lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Masyhuri, 22 aliran tarekat dalam tasawuf, (Surabaya, Imtiyaz. 2014)

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),

Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa,
(Bandung, Pustaka Hidayah, 2002),

Azyumard Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di
Indonesia, (Bandung:Mizan, 1998),

Hartono Ahmad Jaiz, Mendudukkan Tasawuf Gusdur Wali?, (Jakarta: Darul Falah,
2000),

Laili Mansur, H.M, Ajaran dan Teladan para sufi, Jakarta: Srigunting, 1996
Mubarok Jaih, Sejarah Peradaban Islam”, Bandung:Pustaka Bani Quraisy,
Cet II, 1995

Mansur Ahmad Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam di


Indonesia,Mizan Cet IV, 1998

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung:


Mizan,1996),

Misbahul Munir, dkk., Al-Tabarruk fi Al-Suluk ila Rabbi Al-Muluk, (Surabaya:


UINSA Press, 2017)

Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meneliti Jalan Menuju


Tuhan, (Jakarta: As-Salam Sejahtera 2012),

Pijper, GF, Fragmenta Islamica: Beberapa tentang Studi tentang Islam di


Indonesia abad 20, terjemahan oleh Tudjiman,Jakarata: UI Press, 1987

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,


(Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2005),

14

Anda mungkin juga menyukai