Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN TAREKAT : KHALWATIYAH,


TIJANIYAH, RIFA’IYAH & SAMANIYAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Syahrul Kirom, M. Phil.

Disusun Oleh :
Muhamad Fadlan 2285120009
Dayanti Indriani 2285120019

AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM (AFI)


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB (F-UA)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA


sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah Ilmu Tasawuf yang berjudul “Aliran-aliran tarekat :
Khalwatiyah, Tijaniyah, Rifa‟iyah, & Samaniyah”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh
Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,


kami yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak
ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Cirebon, 10 April 2023

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bukunya Harun Nasution mengatakan bahwa tarikat ialah


jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan tujuan agar berada
sedekat mungkin dengan Tuhan.1 Lalu Hamka mengatakan bahwa
diantara makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus
ditempuh yakni dengan tarikat.2

Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut di atas, kiranya


dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan tarikat adalah jalan yang
bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah
dan lainnya yang bertemakan dengah menyebut nama Allah dan sifat-
sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarikat ini
ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin dengan (secara
rohaniah) dengan Tuhan.3

Dengan demikian, tarikat mempunyai hubungan substansial dan


fungsional dengan tasawuf. Tarikat pada mulanya berarti tata cara dalam
mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk sekelompok yang
menjadi pengikut bagi seorang Syaikh. Kelompok ini kemudian menjadi
lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan
aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain, tarikat adalah
tasawuf yang melembaga. Dengan demikian, tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarikat itu adalah cara dan
jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada
Tuhan. Inilah hubungan antara tarikat dan tasawuf.

1
Harun Nasution, falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 63)
2
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984),
cet.XI, hlm. 104.
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, op. cit., hlm. 89.
1
Rumusan Masalah

1. Apa definisi tarikat?


2. Bagaimana perkembangan tarikat di Indonesia?
3. Apa itu tarikat Khalwatiyah?
4. Apa itu tarikat Tijaniyah?
5. Apa itu tarikat Rifa‟iyah?
6. Apa itu tarikat Samaniyah?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tarikat
2. Untuk mengetahui perkembangan tarikat di Indonesia
3. Untuk mengetahui tarikat Khalwatiyah
4. Untuk mengetahui tarikat Tijaniyah
5. Untuk mengetahui tarikat Rifa‟iyah
6. Untuk mengetahui tarikat Samaniyah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tarikat

Dari segi bahasa tarikat berasal dari bahasa Arab thariqat


yang artinya jalan, keadaan dan aliran dalam garis sesuatu.4 Jamil
Shaliba mengatakan, bahwa secara harfiah tarikat berarti jalan yang
terang, dan lurus yang memungkinkan seseorang sampai pada tujuan
dengan selamat.5 Selanjutnya, pengertian tarikat berbeda-beda
menurut tinjauan masing-masing. Di kalangan
Muhaddisin/Muhadditsin tarikat digambarkan dalam dua arti yang
asasi. Pertama, menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih
dahulu (lancar), dan kedua didassarkan pada sistem yang jelas yang
dibatasi sebelumnya. Selain itu tarikat juga diartikan sekumpulan
cara-cara yang bersifat renungan, dan usaha inderawi yang
mengantarkan pada hakikat, atau sesuatu data yang benar. 6

Selanjutnya istilah tarikat lebih banyak digunakan para ahli


tasawuf. Mustafa Zahri dalam hubungan ini mengatakan tarikat
adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai
dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan
dikerjakan sahabat-sahabatnya, tabi‟in dan tabi‟it tabi‟in turun-
temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa
kini. 7

Dalam pengertian selanjutnya, tarikat menurut Harun


Nasution mengandung arti organisasi (tarikat), yang mempunyai
Syaikh, upacara ritual dan bentuk zikir tertentu. 8 Guru dalam tarikat
yang sudah melembaga itu selanjutnya disebut Mursyid atau Syaikh,
dan wakilnya disebut Khalifah. Adapun pengikutnya disebut murid.
Sedangkan tempatnya disebut ribath atau zawiyah atau taqiyah.9
Selain itu tiap tarikat juga memiliki amalan atau ajaran wirid tertentu,
simbol-simbol kelembagaannya, tata tertibnya dan upacara-upacara
lainnya yang membedakan antara satu tarikat dengan tarikat lainnya.
4
Lihat Louis Ma‟luf , Munjid, op. cit., hlm. 465.
5
Jamil Shaliba, Al-Mu’jam al-Falasafi, Juz II, (Beirut: Dar-al-Kitab, 1979), hlm. 20.
6
Ibid., hlm.21.
7
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), cet.I,
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, op. cit., hlm.89.
9
IAIN SumateraUtara, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Sumatera Utara, 1981/1982),hlm.239.
Lihat pula J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, hlm.5-6.
3
Menurut ketentuan tarikat pada umumnya, bahwa seorang syaikh
sangat menentukan terhadap muridnya . Keberadaan murid dihadapan
gurunya ibarat mayit atau bangkai yang tak berdaya apa-apa. Dan
karena tarikat itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk
mendekatkan diri kepada Allah.

B. Perkembangan Tarikat di Indonesia

Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarikat ini


merupakan kelanjutan dari pengikut sufi yang terdahulu. Perubahan
tasawuf ke dalam tarikat sebagai lembaga dapat dilihat dari
perseorangannya, yang kemudian berkembang menjadi tarikat yang
lengkap dengan simbol-simbol dan unsurnya sebagaimana disebutkan
di atas. Tarekat Shuhrawardiyah misalkan dinisbahkan pada Diya al-
Din Abu Najib al-Suhrawardi. Qadariyah dinisbahkan pada Abdul
Qadir Jaelani. Rifa‟iyah dinishbahkan pada Ahmad Ibn al-Rifa‟i .
Jasafiyah dinisbahkan pada Ahmad al-Jasafi. Sadziliyah dinisbahkan
pada Abu Madyan Shuhaib, serta Mauliyah yang dinisbahkan pada
Jalaluddin Rumi.10

Dari sekian banyak aliran tarikat tersebut terdapat sekurang-


kurangnya tujuh aliran tarikat yang berkembang di Indonesia, yaitu
tarikat Qadariyah, Rifa‟iyah, Naqsabandiyah, Samaniyah,
Khalwatiyah, Tijaniyah, dan tarikat Khalidiyah.

C. Tarikat Khalwatiyah

Tarikat Khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M) di


Khurasan dan merupakan cabang dari tarikat Suhrawardi yang
didirikan oleh AbdulQadir Suhrawardi yang meninggal tahun 1167
M. Tarekat Khalwatiyah ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh
Yusuf Al-Khalwati al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa.

Tarekat ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan


karena suluk dari tarikat ini sangat sederhana dalam pelaksanaannya.
Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
10
J. Spencer Triamingham, The Sufiorder, op, cit., hlm.14.
4
tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu peningkatan dari nafsu amarah,
lawwamah, mulhamah, muthmainnah, radhiyah, mardiyah, dan nafsu
kamilah. 11

D. Tarikat Tijaniyah

Makna nama Tarekat Tijaniyah diambil dari nama pendirinya


yaitu Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar al-Tijani.
Beliau merupakan seorang tokoh dari gerakan Neo-Sufisme. Asal
usul Tarekat Tijani Tijaniyah berasal dari nama sebuah suku asli di
„Ayn Madi yang terletak di Algeria Selatan.

Perkembangan Tarekat Tijaniyah di Indonesia tidak diketahui


secara pasti kapan waktunya, namun adanya Tarekat Tijaniyah di
Indonesia ditandai dengan dua fenomena yaitu adanya gerakan
Tijaniyah di Cirebon pada tahun 1928 dengan adanya pengajaran
Tarekat Tijaniyah di Pesantren Buntet oleh Kyai Anas dan kehadiran
Syekh Ali ibn Abdullah al-Thayyib 12 juga dengan adanya pengajaran
Tarekat Tijaniyah di Tasikmalaya.13

Dasar-dasar tasawuf Syekh Ahmad al-Tijani di bangun di atas


landasan dua corak tasawuf, yakni Tasawuf Amali dan Tasawuf
Falsafi.14 Dengan kata lain, Syekh Ahmad al-Tijani menggabungkan
dua corak tasawuf dalam ajaran tarekatnya. Berikut merupakan ajaran
dari tarikat Tinajiyah :

1) Melazimkan salat fardhu pada waktunya dengan memelihara


syarat, rukun dan segala adabnya yang sunat-sunat. Dan
diutamakan sekali untuk shalat berjamaah.
2) Taqwa kepada Allah Swt dengan lahir dan batin sesuai
kemampuan. Jika terjadi pelanggaran syar‟i wajib segera
bertaubat kepada Allah Swt.
3) Tidak ziarah untuk minta doa kepada waliyullah yang bukan
dari Tijaniyah dan sahabat Rasulullah Saw, baik yang sudah
meninggal maupun yang masih hidup. Tetapi wajib
memuliakan waliyullah.

11
Abu Bakar Atjeh, op, cit., hlm.339.
12
Ikhyan Badruzzaman, op. cit., hlm. 46
13
Sri Mulyati, op. cit., hlm. 223
14
Rivay Siregar, op. cit., hlm. 143.
5
4) Tidak menggabungkan ajaran tarekat Tijaniyah dengan tarekat
yang lainnya.
5) Tarikat Tijaniyah juga memiliki wirid yang harus diamalkan
diantaranya seperti wirid lazimah, wirid wadifah, dan juga
wirid hailalah.15

E. Tarikat Rifa’iyah

Tarikat Rifa‟iyah didirikan oleh Syaik Rifa‟i. Nama


lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Abbas. Meninggal di Umm
Abidah pada tanggal 22 Jumadil Awal tahun 578 H bertepatan dengan
tanggal 23 September tahun 1106 M. Dan ada pula yang mengatakan
bahwa ia meninggal pada bulan Rajab tahun 512 H bertepatan dengan
bulan November tahun 1118 Mdi Qaryah Hasan. Tarekat ini banyak
tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi, dan daerah-
daerah lainnya.

Ciri tarikat ini adalah penggunaan tabuhan rebana dalam


wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan permainan debus, yaitu
menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan
zikir-zikir tertentu. Permainan debus ini berkembang pula di daerah
Sunda, khususnya Banten, Jawa Barat.16

F. Tarikat Samaniyah

Tarikat Samaniyah didirikan oleh Syaikh Saman yang


meninggal dalam tahun 1720 di Madinah. Tarikat ini banyak tersebar
luas di Aceh, dan mempunyai pengaruh yang dalam di daerah
tersebut, juga di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera. Di
Jakarta tarikat ini juga sangat besar pengaruhnya, terutama di daerah
pinggiran kota. Di daerah Palembang orang banyak yang membaca
riwayat Syaikh Saman sebagai tawasul untuk mendapatkan berkah.

Ciri tarikat ini zikirnya dengan suara keras dan melengking,


khususnya ketika mengucapkan lafaz la ilaha illa Allah. Juga terkenal
dengan nama ratib saman yang hanya mempergunakan perkatan “hu”

15
https://wislah.com/tarekat-tijaniyah-tokoh/
16
Abu Bakar Atjeh, op. cit., hlm.307.
6
,yang artinya dia Allah. Syaikh Saman ini juga mengajarkan agar
memperbanyak shalat dan zikir, kasih pada fakir miskin, jangan
mencintai dunia, menukar akal basyariyah dengan akal rohaniyah,
beriman hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas. 17

17
Ibid., hlm.353.
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tarikat ialah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan


tujuan agar berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Dengan
demikian, tarikat mempunyai hubungan substansial dan fungsional
dengan tasawuf. Tarikat pada mulanya berarti tata cara dalam
mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk sekelompok
yang menjadi pengikut bagi seorang Syaikh. Kelompok ini kemudian
menjadi lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut
dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain, tarikat
adalah tasawuf yang melembaga. Ada banyak tarikat yang
berkembang di Indonesia seperti Tarikat Khalwatiyah, Tijaniyah,
Rifa‟iyah dan Samaniyah. Dan tentunya di setiap ajaran Tarikat
terdapat amalannya masing-masing yang harus dipatuhi.

B. Saran

Dengan ini, penulis meminta maaf kepada para pembaca yang


sebesar-besarnya jika menemukan kesalahan-kesalahan yang ada di
dalam pembuatan makalah ini, karena masih minimnya pengalaman
penulis yang masih sangat mengharapkan nasihat-nasihat dan
perbaikan diri dari para pembaca yang berbentuk saran, kritik,
motivasi, atau nasihat-nasihat yang dapat membangun kepercayaan
diri penulis sehingga penulis mampu berkarya lebih baik lagi dari
sebelumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 63)
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984),
cet.XI, hlm. 104.
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, op. cit., hlm. 89.
Lihat Louis Ma‟luf , Munjid, op. cit., hlm. 465.
Jamil Shaliba, Al-Mu’jam al-Falasafi, Juz II, (Beirut: Dar-al-Kitab, 1979), hlm. 20.
Ibid., hlm.21.
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), cet.I,
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, op. cit., hlm.89.
IAIN SumateraUtara, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Sumatera Utara, 1981/1982),hlm.239. Lihat
pula J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, hlm.5-6.
J. Spencer Triamingham, The Sufiorder, op, cit., hlm.14.
Abu Bakar Atjeh, op, cit., hlm.339.
Ikhyan Badruzzaman, op. cit., hlm. 46
Sri Mulyati, op. cit., hlm. 223
Rivay Siregar, op. cit., hlm. 143.
https://wislah.com/tarekat-tijaniyah-tokoh/

Abu Bakar Atjeh, op. cit., hlm.307.

Ibid., hlm.353.

Anda mungkin juga menyukai