Anda di halaman 1dari 16

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Tasawuf Nusantara Mawardi Hatta, M. Ag

SEJARAH LAHIRNYA TASAWUF DALAM ISLAM

Oleh:

Ahmad Amrina Rasyada 210103030002

Dwi Nur Fauziyah Latif 210103030001

Fadhel Muhammad 210103030007

Hikmah Maulidya 210103030003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN
Tasawuf atau sufisme adalah salah satu cabang keilmuan dalam Islam yang

menekankan pada pengembangan spiritual dan pemahaman yang lebih dalam mengenai

ajaran agama Islam. Tasawuf telah menjadi bagian integral dari sejarah dan tradisi Islam

sejak awal perkembangan agama ini. Sejarah lahirnya tasawuf dalam Islam sangat

menarik untuk dipelajari, karena melibatkan perjalanan panjang dan kompleks dalam

pengembangan dan penyebarannya.

Makalah ini akan membahas tentang apa itu tasawuf dan bagaimana sejarah

lahirnya tasawuf dalam Islam. Kami juga akan membahas para tokoh utama dalam

sejarah tasawuf, termasuk Imam Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, dan Ibn Arabi.

Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang bagaimana tasawuf telah

mempengaruhi kehidupan umat Islam sepanjang sejarah. Kami akan membahas tentang

peran tasawuf dalam pengembangan kebudayaan Islam. Diharapkan makalah ini dapat

memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai sejarah lahirnya tasawuf dalam

Islam, serta bagaimana hal ini telah mempengaruhi kehidupan umat Islam sepanjang

sejarah. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkaya

wawasan kita tentang Islam dan sejarah kebudayaannya.

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf merupakan cabang keilmuan dalam Islam yang menekankan

pada pengembangan spiritual dan pemahaman yang lebih terhadap ajaran Islam.

Secara umum, tasawuf diartikan sebagai sebuah upaya untuk mencapai

kesadaran yang lebih tinggi dan kedekatan dengan Tuhan melalui peningkatan

kesadaran diri, meditasi, kontemplasi, dan berbagai latihan spiritual.

Secara bahasa tasawuf barasal dari kata shofaa’ atau shofaa’an, bentuk

kata dasar atau masdar dari fiil madi yang berarti jernih, bersih dan suci. Dari

makna tersebut dapat memberikan suatu pengertian terhadap tasawuf yang

melambangkan atas kejernihan hati. Seorang sufi dapat melakukan perjalanan

spiritualnya hingga bisa mengalami kemakrifatan kepada Allah. Hal itu

dikarenakan kebersihan dan kejernihan jiwa dan hatinya sehingga makrifat

billah.

Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shof yang

berarti barisan. Makna barisan ini dalam penisbatannya lebih cenderung pada

makna deretan barisan sholat. Dari makna tersebut dapat memberikan pengertian

terhadap tasawuf tentang gambaran sholat sebagai bentuk pengabdian seorang

hamba atau sufi. Ada sebagian masyarakat Arab yang menisbatkan pakaian sufi

(jubatu sufiah) yang selalu dikenakan oleh mereka (orang-orang sufi) dengan

pakaian wol, yang asal bahan dasarnya terbuat dari bulu domba. Hal itu

menunjukkan bahwa orang-orang sufi selalu mencerminkan sikap perilaku dan

pola hidup yang penuh dengan kesederhanaan serta tidak berlebihan. Dari

makna tersebut dapat memberikan suatu pengertian terhadap makna tasawuf

2
tentang arti hidup yang sederhana dan menerima apa adanya. Dan sifat Qona’ah

(menerima atas bagian pemberian dari Allah) adalah merupakan bagian dari

salah satu ajaran yang terdapat dalam tasawuf1.

Beberapa tokoh tasawuf memberikan pengertian dan definisi tasawuf

sebagai berikut:

1. Imam Al-Ghazali: Menurutnya, tasawuf adalah upaya untuk mencapai

ma'rifatullah atau pengetahuan yang benar tentang Tuhan. Ia menganggap

tasawuf sebagai jalan yang paling utama dan paling penting dalam mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Jalaluddin Rumi: Rumi menyatakan bahwa tasawuf adalah mencari kebenaran

dan mencintai kebenaran. Tasawuf adalah jalan menuju cinta dan persatuan

dengan Tuhan.

3. Ibn Arabi: Menurutnya, tasawuf adalah mencapai makrifatullah atau

pengetahuan yang mendalam tentang Tuhan. Tasawuf mengajarkan untuk

mencapai pengalaman langsung dengan Tuhan melalui perenungan dan

introspeksi.

4. Abu Bakar Al-Kalabadhi: Ia mendefinisikan tasawuf sebagai upaya untuk

mencapai kesempurnaan spiritual dan menghilangkan semua sifat-sifat buruk

dari diri kita. Tasawuf juga mengajarkan tentang cinta dan pengabdian kepada

Tuhan.

5. Al-Junaid: Menurutnya, tasawuf adalah upaya untuk mencapai maqam atau

derajat spiritual tertentu melalui latihan-latihan spiritual yang khusus. Tasawuf

1 Syatori Ahmad. Risalah Tasawuf Kajian TentangPerjalanan Tasawuf. Vol. IV.2018. Hal:
111-113

3
juga menekankan pentingnya introspeksi dan pengenalan diri.

Dalam keseluruhan, tasawuf diartikan sebagai upaya untuk mencapai

kesadaran yang lebih tinggi dan kedekatan dengan Tuhan melalui peningkatan

kesadaran diri, meditasi, kontemplasi, dan berbagai latihan spiritual.

Tasawuf mencakup ajaran-ajaran tentang moralitas, etika, dan

kebijaksanaan. Pengikut tasawuf berupaya untuk mencapai kesatuan dengan

Tuhan melalui meditasi, dzikir, dan praktik-praktik mistik lainnya. Dengan

demikian, mereka berupaya untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi

tentang diri, Allah, dan alam semesta.

Para tokoh sufi terkenal, seperti Rumi, Al-Ghazali, Ibnu Arabi, dan

Imam Al-Haddad, mengajarkan tentang pentingnya memperkuat hubungan

dengan Tuhan melalui cara-cara yang bersifat mistik. Praktik-praktik seperti

meditasi, dzikir, dan puasa dilakukan untuk mencapai pengalaman spiritual

atau mistik yang dapat memperkuat hubungan dengan Tuhan.

Meskipun tasawuf merupakan tradisi penting dalam Islam, namun

terdapat perdebatan mengenai perannya dan pengaruhnya dalam tradisi Islam

secara keseluruhan. Sebagian kalangan menganggap tasawuf sebagai ajaran

yang penting dan harus dipelajari untuk memperdalam pemahaman tentang

Islam, sedangkan sebagian lainnya menolak ajaran tasawuf karena

menganggapnya sebagai bentuk bid'ah atau kesesatan.

Dalam praktiknya, tasawuf tidak hanya terbatas pada praktik-praktik

mistik, tetapi juga mencakup ajaran-ajaran sosial dan kemanusiaan. Misalnya,

tasawuf mengajarkan pentingnya kasih sayang, kepedulian terhadap sesama

4
manusia, dan kerendahan hati. Karena itu, tasawuf juga dikenal sebagai cabang

Islam yang menekankan pada pengembangan spiritualitas dan kemanusiaan.

B. Sejarah Lahirnya Tasawuf

Tasawuf adalah gerakan keagamaan dalam Islam yang bertujuan untuk

mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Allah dan kesatuan dengan-Nya.

Sejarah tasawuf dapat ditelusuri kembali ke masa awal Islam, ketika para

pengikut Nabi Muhammad mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Abad ke-8 dan ke-9 menyaksikan munculnya tokoh-tokoh sufi awal

seperti Hasan Al-Basri, Rabiah Al-Adawiyah, Junaid Al-Baghdadi dan Al-Hallaj.

Lewat pengalaman spiritual yaitu sebagai sarana untuk pemahaman agama yang

lebih dalam. Selain itu, mereka menekankan pentingnya pengendalian diri dan

moderasi dalam hidup. Pada abad ke-10 dan ke-12, tasawuf berkembang pesat di

dunia Islam. Ada banyak tokoh sufi seperti Abu Hamid Al-Ghazali, Al-Junaid

dan Al-Hujwiri yang terkenal dengan karyanya. Salah satu karya penting

Al-Ghazali adalah "Ihya Ulumuddin" yang membahas tata cara ibadah dan

kesucian hati. Pada masa ini, tasawuf mulai menyebar ke luar dunia Islam

melalui hubungan komersial dan budaya antara Timur Tengah dan Eropa. Ini

memunculkan gerakan mistis seperti mistisisme Kristen di Eropa. Di kemudian

hari, tasawuf terus berkembang dan melahirkan banyak tokoh sufi terkenal

seperti Rumi, Ibnu Arabi dan Al-Ghazali. Meskipun Sufisme telah berubah dan

memperoleh kekuatan di kalangan cendekiawan Muslim, gerakan ini terus ada

dan merupakan salah satu bentuk agama yang paling populer di seluruh dunia

Muslim. perkembangan tasawuf terdiri dari empat periode, yaitu: periode Nabi,

para Sahabat, periode Tabiin dan periode penyebaran tasawuf. Adapun ajaran

5
yang paling utama, fokusnya pada Tasawuf moralitas, amalan dan filosofi

Belajar Tasawuf adalah solusi yang tepat untuk mengatasi krisis akibat

modernisasi untuk memuaskan dahaga dan penyegaran dalam mencari Tuhan.

Hakikat ajaran tasawuf adalah hubungan langsung dan sadar dengan

Tuhan, sehingga manusia merasa dengan kesadaran itu bahwa dirinya berada di

hadirat-Nya. Ada alasan mengapa tasawuf harus dikembangkan dan

disebarluaskan di masyarakat, di antaranya diantaranya. Menyelamatkan umat

manusia dari kebingungan dan penderitaan yang mereka rasakan karena

kurangnya nilai-nilai spiritual. Memahami Aspek Tasawuf merupakan ungkapan

dalam Islam yang mengacu pada cabang ilmu yang berfokus pada peningkatan

spiritualitas dan hubungan dengan Allah SWT. Secara umum, tasawuf dapat

diartikan sebagai upaya memperdalam pemahaman seseorang terhadap ajaran

Islam dan mengalami pengalaman spiritual yang lebih mendalam. Tasawuf

menyangkal bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui cinta dan

ketaatan kepada Allah SWT dan dengan meningkatkan kualitas moral dan

spiritual seseorang. Oleh karena itu, pengikut tasawuf sering berupaya mencapai

kesempurnaan spiritual melalui dzikir, kesejahteraan, puasa, dan amalan lainnya.

Meskipun Sufisme adalah bagian dari tradisi Islam, pengaruhnya melampaui

Islam dan telah mempengaruhi budaya di seluruh dunia.

Tasawuf adalah upaya membersihkan diri dari hal-hal yang bisa

mengabaikannya dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.

Sampai dia pergi dari budak nafsu, yang seringkali menghalangi mereka untuk

mengingat penciptanya. siapa pembersihan ini berlaku baik secara eksternal

maupun internal. Jadi semua bentuk tindakannya murni hanya untuk mencapai

6
kesenangan-Nya. Munculnya tasawuf dalam Islam bertepatan dengan lahirnya

Islam. tumbuh dalam jiwa pendiri Islam yaitu Muhammad SAW Alquran itu

sendiri. Oleh karena itu, dasar lahirnya tasawuf adalah Al-Quran dan Hadits

Nabi. Status hukum tasawuf tidak sama dengan rukun iman dan rukun Islam

yang wajib, tetapi ajaran tasawuf bersifat tata surya. Karena tasawuf adalah

petunjuk spiritual yang dapat membersihkan manusia dari kejahatan di dalam

hatinya melunak nafsu yang semakin menjadi raja, sehingga hadir rasa takwa.

dari hati yang murni dan selalu merasa dekat dengan Tuhan yang menciptakan

manusia. Untuk dekat dan mengenal Tuhannya, hamba harus berusaha

mensucikan dirinya terlebih dahulu melalui beberapa tahapan. Upaya ini

diharapkan Orang dapat menemukan jalan terang untuk kembali kepada Tuhan.

Orang yang bisa dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, yaitu

melalui belajar tasawuf ini.

Menurut Prof. Dr. H. Asmaran As, MA dalam buku beliau Pengantar

Studi Tasawuf, asal-usul dan motivasi lahirnya tasawuf adalah:

1. Beberapa asumsi orang yang melatarbelakangi lahirnya tasawuf dalam

Islam seperti adanya unsur kristen, teori filsafat, unsur India, unsur Persia.

2. Ayat-ayat Alquran yang dijadikan landasan maqamat dan ahwal dalam

tasawuf.

3. Kehidupan dan sabda Rasulullah Saw

4. Kehidupan dan ucapan sahabat dan Tabi’in, serta

5. Dari gerakan zuhud menjadi tasawuf.

7
C. Jenis-jenis Tasawuf

H. Abd. Rahman mengatakan dalam buku Hakikat Ilmu Tasawuf, para

ahli tasawuf membagi jenis-jenis tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Tasawuf Falsafi Tasawuf falsafi adalah pendekatan rasio. Sebab, tasawuf jenis

ini menggunakan bahan kajian atau pemikiran yang terdapat di kalangan para

filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia, dan hubungan di antara

keduanya. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya menyimpulkan bahwa tasawuf

Falsafi mempunyai 4 objek utama, dan menurut Abu al Wafa’ bisa dijadikan

karakter sufi falsafi, yaitu:

a. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta intropeksi yang timbul darinya.

b. Illuminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam ghaib.

c. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh terhadap

berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.

d. Penciptaan ungakapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar

(syathahiyat).

2. Tasawuf Amali Tasawuf amali adalah tasawuf yang menggunakan pendekatan

amaliah. Contohnya wirid dan zikir dijaharkan yang selanjutnya mengambil

bentuk tarekat (jalan menuju kebenaran dalam tasawuf).

3. Tasawuf Akhlaki Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang menggunakan

pendekatan takhalli (pembebasan diri dari sifat tercela), tahalli (mengisi diri

dengan sikap terpuji), dan tajalli (penghayatan rasa ke-Allah-an).

Tasawuf jenis ini fokus pada perbaikan akhlak dengan metode-metode tertentu

yang telah dirumuskan. Contohnya menghindarkan diri dari akhlak tercela

(madzumah) sekaligus mewujudkan akhlak terpuji (mahmudah).

8
D. Tokoh-Tokoh Utama Dalam Sejarah Tasawuf

Ada beberapa tokoh-tokoh utama dalam sejarah tasawuf dan pemikirannya,

diantaranya;

1. Hasan al-Basri (642-728) adalah seorang ulama Islam awal yang dikenal

sebagai tokoh besar dalam perkembangan tasawuf. Dia adalah murid Abu

Hurairah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Al-Bashri menekankan

pentingnya memadukan ilmu dengan amalan praktis dan kehidupan spiritual

serta mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT. Ia berpendapat bahwa

kehidupan spiritual dapat dicapai melalui ibadah dan pembersihan diri dari

hawa nafsu.

2. Junaid al-Baghdadi (830-910) adalah seorang sufi besar yang lahir di

Bagdad. Dia adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah

tasawuf. Pemikirannya menekankan bahwa realisasi spiritual dapat dicapai

melalui penyucian hati dan pengalaman langsung dengan Tuhan, dan ia

menolak pandangan bahwa realisasi spiritual hanya dapat dicapai melalui

pengetahuan akademis. Beliau juga menekankan pentingnya menghindari

kesombongan dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT.

3. Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111) adalah seorang filosof dan teolog Islam

yang sangat terkenal. Ia menulis banyak karya penting tentang tasawuf,

termasuk "Ihya Ulum al-Din" (Pembaruan dalam Ilmu Agama) yang

menekankan pentingnya menggabungkan ilmu pengetahuan dan

spiritualitas, serta mengidentifikasi tujuan akhir tasawuf sebagai mencapai

kesatuan dengan Tuhan. Ia menekankan bahwa tasawuf harus dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari dan bukan hanya di dalam masjid atau tempat

9
ibadah saja.

4. Jalaluddin Rumi (1207-1273) adalah seorang penyair dan sufi Persia yang

sangat terkenal. Pemikirannya menekankan pentingnya cinta dalam

mencapai kesadaran spiritual, serta menekankan pentingnya mengalami

cinta secara langsung dan mendalam, dan bahwa cinta adalah jalan untuk

mencapai kesatuan dengan Tuhan. Karya terkenalnya, "Mathnawi",

mengandung banyak kisah-kisah yang mengajarkan nilai-nilai spiritual.

5. Ibn Arabi (1165-1240) adalah seorang filsuf dan sufi Islam yang sangat

berpengaruh. Pemikirannya menekankan bahwa semua makhluk berasal dari

satu sumber yang sama dan bahwa kesadaran spiritual dapat dicapai melalui

pengalaman bersatu dengan Tuhan dan makhluk-Nya, serta menekankan

pentingnya pemahaman filosofis dan spiritualitas yang lebih dalam. Karya

terkenalnya, "Fusus al-Hikam", membahas konsep-konsep spiritual yang

kompleks.

6. Al-Hallaj (858-922) adalah seorang sufi Persia yang kontroversial.

Pemikirannya menekankan pentingnya mengalami kesatuan dengan Tuhan

secara langsung dan intens, dan ia dikenal dengan pernyataannya "Ana

al-Haqq" (Aku adalah Tuhan). Pernyataan tersebut dianggap sebagai

penyelewengan dan menyebabkan ia dihukum mati oleh penguasa pada

masanya. Namun, pemikirannya tetap berpengaruh dan dianggap sebagai

salah satu tokoh penting dalam sejarah tasawuf.

7. Rabia al-Adawiyya (714-801) adalah seorang sufi dan tokoh perempuan

yang lahir di Basra, Irak. Pemikirannya menekankan pentingnya mengalami

kesatuan dengan Tuhan melalui cinta dan penghambaan yang tulus. Ia

10
menolak pandangan bahwa pencapaian spiritual hanya bisa dicapai oleh

para ulama dan menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan

Tuhan bagi semua orang.

8. Abu Yazid al-Bistami (804-874) adalah seorang sufi Persia yang dikenal

dengan konsep "fana" atau "kerugian diri" dalam tasawuf. Konsep ini

merujuk pada menghilangkan diri dari egosentrisme dan menyerahkan diri

sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga mencapai kesatuan dengan-Nya.

Pemikirannya juga menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan

Tuhan dan menolak pandangan bahwa pengetahuan akademis saja cukup

untuk mencapai kesadaran spiritual.

Itulah beberapa tokoh penting dalam sejarah tasawuf dan pemikiran

mereka tentang tasawuf, dari paparan di atas bahwa tasawuf merupakan salah

satu cabang spiritualitas dalam Islam yang menekankan pentingnya

pengalaman langsung dengan Allah SWT melalui latihan-latihan spiritual dan

pembersihan batin. Para tokoh tasawuf seperti Al-Hallaj, Ibn Arabi, Rumi, dan

Al-Ghazali memiliki pandangan yang berbeda dalam hal pemahaman dan

pengamalan tasawuf, namun mereka semua sepakat bahwa tasawuf bukan

hanya sekadar ilmu yang dapat dipelajari secara teoretis, namun juga perlu

diwujudkan dalam praktek dan pengalaman langsung.

E. Peran Tasawuf Dalam Pengembangan Budaya Islam

Tasawuf, atau sufisme, adalah cabang dalam Islam yang berfokus pada

pengembangan spiritualitas dan hubungan individu dengan Tuhan. Dalam

konteks pengembangan budaya Islam, tasawuf dapat memainkan peran penting

11
dalam beberapa cara:

1. Menjaga nilai-nilai moral dan etika Islam: Tasawuf mengajarkan kebajikan moral

dan etika yang dapat membentuk karakter individu Muslim. Nilai-nilai seperti

kasih sayang, kerendahan hati, kejujuran, dan ketekunan dalam beribadah dapat

membentuk tata nilai dalam budaya Islam.

2. Memperkuat hubungan antara individu dan Tuhan: Tasawuf memandang bahwa

pengalaman spiritual dan hubungan individu dengan Tuhan sangat penting.

Dalam pengembangan budaya Islam, tasawuf dapat membantu individu Muslim

memperdalam pemahaman mereka tentang Islam dan memperkuat hubungan

mereka dengan Tuhan.

3. Menjaga keberagaman dalam Islam: Tasawuf melampaui perbedaan denominasi

dalam Islam dan memandang bahwa semua umat Muslim dapat mencapai

kesatuan dengan Tuhan. Dalam pengembangan budaya Islam, tasawuf dapat

membantu menjaga keberagaman dalam Islam dan mempromosikan dialog

antarumat berbeda.

4. Meningkatkan toleransi dan penghormatan antaragama: Tasawuf memandang

bahwa semua agama memiliki kesamaan dalam pencarian kebenaran dan bahwa

toleransi dan penghormatan terhadap umat agama lain adalah penting. Dalam

pengembangan budaya Islam, tasawuf dapat membantu meningkatkan toleransi

dan penghormatan antaragama dan mempromosikan dialog antara umat beragama

yang berbeda.

Dalam kesimpulannya, tasawuf memiliki peran yang penting dalam

pengembangan budaya Islam karena dapat membantu menjaga nilai-nilai moral

dan etika, memperkuat hubungan antara individu dan Tuhan, menjaga

12
keberagaman dalam Islam, dan meningkatkan toleransi dan penghormatan

antaragama.

13
KESIMPULAN
Tasawuf merupakan cabang keilmuan dalam Islam yang menekankan

pada pengembangan spiritual dan pemahaman yang lebih terhadap ajaran

Islam. Kemunculan tasawuf tidak dapat diketahui secara pasti, namun ada

beberapa pendapat yang mengatakan tasawuf muncul pada abad ke-2 ada juga

yang mengatakan pada abad ke-8 dan ke-9. Hal tersebut tak perlu

diperdebatkan karena sejarah memang bisa saja berbeda tergantung teori

masing-masing sejarawan. Lalu tak sedikit sufi-sufi yang terkenal hingga saat

ini seperti Hasan al-Basri, Junaid al-Baghdadi, Abu Hamid al-Ghazali,

Jalaluddin Rumi, dan lain sebagainya. Tasawuf juga memiliki peran penting

dalam pengembangan budaya Islam, yaitu dapat membantu menjaga nilai-nilai

moral dan etika, memperkuat hubungan antara individu dan Tuhan, menjaga

keberagaman dalam Islam, dan meningkatkan toleransi dan penghormatan

antaragama.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Qasim al-Qushayri. Risalah Qushayriyyah, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 2014.

Abu Nashr As-Sarraj, Al-Luma: Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf terj. Wasmukan dan

Samson Rahman (Surabaya: Risalah Gusti, 2009), 5.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulum al-Din (The Revival of Religious Sciences), Beirut:

Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2003.

Andy, Safria. "Ilmu Tasawuf." 2019 Sumatera Utara : Medan.

Ansori, M.Afif. “Tasawuf Syekh Siti Jenar.” 2022. Perpustakaan Nasional : Katalog

Dalam Terbitan [KDT].

Cecep Alba, Cahaya Tasawuf (Bandung: CV Wahana Karya Grafika, 2011), 5.

Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowwuf (Surabaya: Tiga Dua, 2000), 13.

Moh. Tariqqudin, Sekularitas Tasawuf: Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern

(Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008), 2.

Syatori Ahmad. Risalah Tasawuf Kajian TentangPerjalanan Tasawuf . Jurnal Putih Vol.

IV.2018. Hal: 111-113.

Suteja Ibnu Pakar. “Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Ajarannya”. Yogyakarta:Deepublish,Mei

2013 hal: 48-134.

Ulum, Miftahul. “Pendekatan Studi Islam: Sejarah Awal Perkenalan Islam dengan

Tasawuf.” Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya 3, no. 2 (2 Juli 2020): 203–

17. https://doi.org/10.31538/almada.v3i2.632.

15

Anda mungkin juga menyukai