MAKALAH
Oleh:
Lik Bawon Sholiha (2077011640)
Maghfirotul Jannah (2077011642)
3.1 Kesimpulan
Tasawuf adalah suatu cabang ilmu dalam islam yang menekankan dimensi atau aspek
spiritual dari islam. Spiritualitas ini mengambil bentuk yang beraneka di dalamnya. Dalam
kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan pada kehidupan akhirat daripada
kehidupan dunia serta lebih menekankan penafsiran batini ketimbang penafsiran lahiriah.
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal dari
gerakan zuhud yang selanjutnya berkembang menjadi tasawuf. Meskipun tidak persis dan
pasti, corak tasawuf dapat dilihat dengan batasan- batasan waktu dalam rentang sejarah.
Kejayaan tasawuf pada abad ke tujuh dan sesudahnya di kalangan bangsa arab, segala hal
yang disandarkan pada Rasulullah baik secara hak maupun bathil, hal terebut masih
memerlukan penyempurnaan karena kejayaan tasawuf pada abad sebelumnya terjadi di
kalangan bangsa Arab dan non-Arab. Hal ini merupakan hasil dari suatu perkembangan
alami yang terjadi dalam sejarah perkembangan budaya.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak tasawuf pada intinya adalah
perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik
atau buruk. Pengertian ilmu akhlak tasawuf selanjutnya dikemukakan oleh Muhammad Al-
Ghazali, menurutnya bahwa kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek
kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok. Dalam
masyarakat barat akhlak sering diidentikkan dengan etika, walaupun pengidentikkan ini
tidak sepenuhnya tepat. Etika adalah penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat.
Sedangkan menurut jalan yang ditempuh oleh para sufi, seseorang yang telah mencapai
kesadaran lahir dan batin, serta telah berhasil mencapai titik keseimbangan dan
keberpusatan, maka ia telah memenuhi syarat untuk membantu yang lainnya dan
memancarkan kemajuan yang telah berhasil mereka capai.
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memfokuskan pada dimensi
esoterik, yaitu pembersihan aspek rohani manusia sehingga dapat menimbulkan akhlak
mulia. Melalui studi tasawuf ini, seseorang dapat mengetahui tata cara melakukan
pembersihan jiwa serta mengamalkan secara benar. Dari pengetahuan ini ia akan tampil
sebagai seorang yang pandai dan terampil pada saat berinteraksi dengan orang lain atau
saat melakukan aktifitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan dan tanggung jawab.
Jadi sasaran tasawuf adalah akhlak dan budi perkerti yang baik berdasarkan kasih dan
cinta kepada Allah. Karena itu, ajaran tasawuf sangat mengutamakan adab/nilai baik
dalam berhubungan dengan manusia ataupun dengan Tuhan.
Keempat tahapan (syari’at, tarekat, hakikat dan ma’rifat) yang harus dilalui oleh sufi
ketika menekuni ajaran tasawuf harus dilalui secara berurutan tidak mungkin dilalui
secara terbalik atau secara terputus-putus. Dengan cara menempuh tahapan tasawuf yang
berurutan ini, seorang hamba tidak akan mengalami kegagalan dan tidak pula mengalami
kesesatan.
3.2 Saran
Dengan pengetahuan tentang tasawuf ini diharapkan agar kita senantiasa bertindak dan
berprilaku yang seimbang sesuai dengan ajaran yang ada dalam agama islam supaya kita
bisa selamat dunia akhirat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Kartanegara, Mulyadhi. Menyelami Lubuk Tasawuf. Penerbit Erlangga. Jakarta : 2006.
Muhammad, Miftahul Luthfi. Tasawuf Implementatif. Duta Ikhwana Salama Ma’had
TeeBee. Surabaya : 2004.
Damami, Mohammad. Tasawuf Positif. Fajar Pustaka Baru. Yogyakarta : 2000.
Haeri, Fadhlalla. Dasar-Dasar Tasawuf. Pustaka Sufi. Yogyakarta : 2003.
Ibrahim, Muhammad Zaki. Tasawuf Hitam Putih. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo :
2006.
K. Permadi. Pengantar Ilmu Tasawuf. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta : 2004.
Mahjuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Penerbit Kalam Mulia. Jakarta : 1991.
Tim Penyusun Studi Islam. Pengantar Studi Islam. IAIN Sunan Ampel PRESS. Surabaya :
2004.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme
http://moethans.wordpress.com/2009/10/14/12/
http://barudaktea.multiply.com/journal/item/16/asal-
usul_dan_sejarah_perkembangan_Tasawuf
http://kcpkiainws.wordpress.com/2009/06/18/sejarah-perkembangan-tasawuf/
http://greensite-tugaskoe.blogspot.com/2008/03/ahklak-tasawuf.html
http://tasawufislam.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-tasawuf-salafi.html
________________________________________
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme
[2] http://moethans.wordpress.com/2009/10/14/12/
[3] K. Permadi. Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 28.
[4] Mulyadi Kartanegara. Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006),
hlm. 2.
[5] http://barudaktea.multiply.com/journal/item/16/asal-
usul_dan_sejarah_perkembangan_Tasawuf
[6] http://tasawufislam.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-tasawuf-
salafi.html
[7] Mahjuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Kalam Mulia, 1991), hlm. 61-71.
[8] Miftahul Luthfi Muhammad. Tasawuf Implementatif , (Surabaya : Duta Ikhwana Salama
Ma’had TeeBee, 2004), hlm. 3.
[9] http://kcpkiainws.wordpress.com/2009/06/18/sejarah-perkembangan-tasawuf/
[10] Mohammad Zaki Ibrahim. Tasawuf Hitam Putih , (Solo : Tiga Serangkai, 2006), hlm.
11.
[11] Mohammad Damami. Tasawuf Positif , (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2000), hlm.
218-223.
[12] http://greensite-tugaskoe.blogspot.com/2008/03/ahklak-tasawuf.html
[13] Mohammad Damami. Op. Cit, hlm. 181.
[14] Ibid.
[15] Syekh Fadhlalla Haeri. Dasar-Dasar Tasawuf , (Yogyakarta : Pustaka Sufi, 2003), hlm.
47.
[16] Mohammad Damami. Op. Cit, hlm. 188.
[17] Tim Penyusun Studi Islam. Pengantar Studi Islam , (Surabaya : IAIN Sunan Ampel
PRESS, 2004), hlm. 173-176.
[18] K. Permadi. Op. Cit, hlm. 89.
[19] Mahjuddin. Op. Cit, hlm. 106-118.