Disusun Oleh:
RD. Salman Aji Pranata
Semester : 4 MPI D
A. Pengertian Tasawwuf
Menurut Ma’ruf al-Kurhi, tasawuf adalah berpegang pada apa yang hakiki
dan menjauhi sifat tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia.
2
Ajaran tasawuf al-Junaid dikembangkan lagi oleh shufi terkenal.
Husain ibn Manshur al-Hallaj yang mati dihukum gantung oleh ulama
syari’ah tahun 309 H, karena ia mengaku dirinya telah menyatu dengan
Tuhan, sebagaimana terlihat dari ucapannya: ana Allah…ana al-Haqq (aku
adalah Allah….aku adalah yang maha benar).
3
untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala dan
mendapatkan kebahagiaan abadi.
4
Para Zahid yang tinggal di Madinah dari kalangan sahabat,
seperti Abu Ubaidah al-Jarrah (w.18 H) Abu Dzar Al Ghifari (w.22 H)
Salmah Al-Farisi (w.32 H). Abdullah ibn Mas’ud (w. 33 H). Sedangkan
dari kalangan satu generasi setelah masa Nabi (tabi’in) termasuk
diantaranya adalah Said ibn Musayyab (w. 91 H) dan Salim Ibn
Abdullah (w.106 H).
5
Nuri (w. 298 H), baru pada masa-masa inilah tarekat berkembang
dengan pesat. Termasuk diantaranya; tarekat Qadariyah yang
didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561 H) dari Jilan (termasuk
wilayah Iran sekarang). Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad
Rifai (w. 578 H) dan Tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu
Najib Al Suhrawadi (w. 563 H). Namun dari semua tarekat yang
pernah tumbuh dan berkembang dalam sejarah tasawuf, yang memiliki
pengikut paling luas adalah tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat yang
sekarang telah memiliki banyak variasi ini pada mulanya didirkan di
Bukhara, Asia Tengah oleh Muhammad ibn Muhammad Bahauddin al
Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi.
1. Tasawuf Akhlaqi
6
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh
seorang sufi.Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari
perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang
paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah
kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.
Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa
dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang
disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat
formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat
dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada
Tuhan.
Tajalli, Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah
dilalui pada fase tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak
selanjutnya adalah fase tajalli. Kata tajalli bermakna terungkapnya
nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ
tubuh –yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan
sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak
berkurang, maka, maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut.
Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa
kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan
rasa rindu kepada-Nya.
2. Tasawuf Falsafi
7
dikatagorikan sebagai tasawuf dalam arti sesungguhnya, karena teori-
teorinya selalu dikemukakan dalam bahasa filsafat, juga tidak dapat
dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-
teorinya juga didasarkan pada rasa. Hamka menegaskan juga bahwa
tasawuf jenis tidak sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan begitu juga
sebaliknya. Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi
sekaligus filosof. Oleh karena itu, mereka gemar terhadap ide-ide
spekulatif. Dari kegemaran berfilsafat itu, mereka mampu menampilkan
argumen-argumen yang kaya dan luas tentang ide-ide ketuhanan.
3.Tasawuf Syi’i
8
lebih berorientasi pada aspek dalam, yaitu cara hidup yang lebih
mengutamakan rasa, keagungan tuhan dan kebebasan egoisme.
9
Kaum salaf tersebut melaksanakan amalan-amalan tasawuf dengan
menampilakan akhlak atau moral yang terpuji, dengan maksud memahami
kandungan batiniah ajaran Islam yang mereka nilai benyak mengandung
muatan anjuran untuk untuk berakhlak terpuji. Kondisi ini mulai
berkembang di tengah kehidupan lahiriah yang sangat formal namun tidak
diterima sepenuhnya oleh mereka yang mendambakan konsistensi
pengamalan ajaran Islam hingga aspek terdalam. Oleh karena itu, ketika
mereka menyaksiakn ketidakberesan perilaku (akhlak) di sekitarnya.
Mereka menanamkan kembali akhlak mulia. Pada masa itu tasawuf identik
dengan akhlak.
10
Al-Hajjaj dan Abu Yazid Al-Busthami, terutama mengenai soal karakter
manusia.
11
dengan ungkapan-ungkapan ganjilnya (syathahiyat) dalam ajaran-ajaran
yang dikembangkannya. Ungkapan-ungkapan syathahiyat itu bertolak dari
keadaan yang fana menuju pernyataan tentang terjadinya penyatuan
ataupun hulul.
12
tasawuf Sunni. Kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiah memperlihatkan dengan
jelas bagaiman Al-Qusyairi mengembalikan landasan tasawuf pada
doktrin ahlu sunnah. Dalam penilaiannya, ia menegasakan bahwa para
tokoh sufi aliran ini membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid
yang benar sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan.
Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun ahlu
sunnah yang menakjubkan. Al-Qusyairi secara implisi menolak para sufi
yang mengajarakan syahadat, yang mengucapkan ungkapan penuh kesan
tentang terjadimya perpaduan antara sifat-sifat ketuhanan, terutama sifat
terdahulu-Nya, dengan sifat-sifat kemanusiaan, khususnay sifat baru-Nya.
A. Pengertian Maqamat
13
secara bahasa. Namun, secara substansi memiliki pemahaman yang
hampir sama.
B. Maqamat
1.Taubat
14
mungkin dengan Allah ia hrus membersihkan diri dari segala macam
dosa dengan jalan tobat. Tobat ini merupakan tobat yang
sebenarnya, yang tidak melakukan dosa lagi. Bahkan labih jauh lagi
kaum sufi memahami tobat dengan lupa pada segala hal kecuali
Allah
2. Wara’
3. Zuhud
15
Menurut Abu Bakr Muhammad al- Warraq (w. 290/903 M ) kata
zuhud mengandung tiga hal yang mesti ditinggalkan yaitu
huruf z berarti zinah (perhiasan atau kehormatan), huruf h berarti
hawa (keinginan), dan d menunjuk kepada dunia (materi). Dalam
perspektif tasawuf, zuhud diartikan dengan kebencian hati terhadap
hal ihwal keduniaan padahal terdapat kesempatan untuk meraihnya
hanya karena semata-mata taat dan mengharapkan ridha Allah
SWT.
4. Faqr
5. Sabr
16
ridha Allah. Dalam perspektif tasawuf sabar berarti menjaga menjaga
adab pada musibah yang menimpanya, selalu tabah dalam
menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya serta
tabah menghadapi segala peristiwa. Sabar merupakan kunci sukses
orang beriman. Sabar itu seperdua dari iman karena iman terdiri dari
dua bagian. Setengahnya adalah sabar dan setengahnya lagi syukur
baik itu ketika bahagia maupun dalam keadaan susah. Makna sabar
menurut ahli sufi pada dasarnya sama yaitu sikap menahan diri
terhadap apa yang menimpanya.
6.Tawakkal
7. Ridha
17
Menurut Imam al-Gazali ridha merupakan buah dari mahabbah.
Dalam perspektif tasawuf ridha berarti sebuah sikap menerima
dengan lapang dada dan senang terhadap apapun keputusan Allah
kepada seorang hamba, meskipun hal tersebut menyenangkan atau
tidak. Sikap ridha merupakan buah dari kesungguhan seseorang
dalam menahan hawa nafsunya.
C. Ahwal
1. Muraqabah
18
dan mawas diri juga berarti adanya kesadaran sang hamba bahwa
Allah senantiasa melihat dirinya.
2. Khauf
3. Raja’
4. Syauq
19
5. Mahabbah
6.Tuma’ninah
7. Musyahadah
8. Yaqin
20
tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan
tidak berubah. Menurut al-Sarraj yaqin adalah fondasi dan
Menurut al-Dzahabi (1987: 23), istilah sufi mulai dikenal pada abad
ke-2 Hijriyah, tepatnya tahun 150 H. Orang pertama yang dianggap
memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim al-Sufi
atau akrab disebut juga Abu Hasyim al-Kufi, tetapi pendapat lain
menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul di dunia Islam pada awal abad
ke-3 hijriyah yang dipelopori oleh al-Kurkhi, seorang masihi asal Persia.
Tokoh ini mengembangkan pemikiran bahwa cinta (mahabbah) kepada
Allah adalah sesuatu yang tidak diperoleh melalui belajar, melainkan
karena faktor pemberian (mauhibah) dan keutamaan dari-Nya. Adapun
tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran hakiki. Tesis ini
kemudian menjadi suatu asas dalam perkembangan tasawuf di dunia
Islam (Al Taftazani, 1979: 72). Beberapa tokoh lainnya yang muncul
pada periode ini adalah al-Suqti (w.253 H), al- Muhasibi (w. 243 H) dan
Dzunnun al-Hasri (w. 245 H).
Tasawuf kemudian semakin berkembang dan meluas ke penjuru
dunia Islam pada abad ke-4 H dengan sistem ajaran yang semakin
mapan. Belakangan, al- Ghazali menegaskan tasawuf atau hubbullah
(cinta kepada Allah) sebagai keilmuan yang memiliki kekhasan tersendiri
di samping filsafat dan ilmu kalam. Pada abad ke-4 dan ke-5 hijriyah inilah
konflik pemikiran terjadi antara kaum sufi dan para fuqaha’. Umumnya,
kaum sufi dengan berbagai tradisi dan disiplin spiritual yang
dikembangkan-nya dipandang oleh para fuqaha’ sebagai kafir,
zindiq dan menyelisihi aturan aturan syari’at. Konflik ini terus berlanjut
pada abad berikutnya, terlebih lagi ketika corak falsafi masuk dalam
21
tradisi keilmuan tasawuf dengan tokoh-tokohnya seperti Ibn al-’Arabi dan
Ibn al-Faridl pada abad ke-7 H .
22
moral; (2) ma’rifatullah melalui metode kasyf al-hijab dan (3) bahasan
tentang sistem pengenalan dan hubungan kedekatan antara Tuhan
dan makhluk. Konsep kedekatan dalam hal ini dapat berarti: merasakan
kehadiran-Nya dalam hati, berjumpa dan berdialog dengan-Nya, ataupun
penyatuan makhluk dalam iradah Tuhan (Al-Afifi, 1989: 20).
23
ketasawufan mulai terbentuk mapan; (3) taifa, yakni masa persebaran
ajaran dan pengikut dari suatu tarekat yang melestarikan ajaran syaikh
tertentu (Effendi, 1993: 67).
I. ANTARA TASAWUF DAN TAREKAT
24
harta atau tahta, atau kesenangan duniawi lainnya. Kecenderungan
seperti ini secara umum terjadi pada kalangan kaum muslim angkatan
pertama. Pada angkatan berikutnya (abad 2 H) dan seterusnya, secara
berangsur-angsur terjadi pergeseran nilai sehingga orientasi kehidupan
duniawi menjadi lebih berat. Ketika itulah angkatan pertama kaum
muslim yang mempertahankan pola hidup sederhananya lebih dikenal
sebagai kaum sufiyah.
25
K. TASAWUF DI INDONESIA
26
tradisi baru dengan menggunakan alat-alat musik sebagai sarana
dzikir. Kemudian sistem ini berkembang terus dan meluas.
tasawuf itu ke dalam dua sisi, yaitu : tasawuf sisi negatif dan
positif3, agar umat Islam tidak mengikuti gaya tasawuf para shufi yang
dalam pengertiannya harus meninggalkan kehidupan dunia. Menurut
Hamka itu semua tidak sesuai dengan harapan Islam yang harus
seimbang antara dunia dan akhirat. Dan itu tidak sesuai dengan
perkembangan zaman yang menuntut umat Islam berusaha sekuat tenaga
dan pikirannya untuk dunia sejauh tidak lebih mementingkan dunia di
banding akhirat. Dari itulah timbul pemmikiran Hamka yang sangat relevan
dengan zaman modern ini. Untuk mendefinisikan tasawuf dengan
memperbaiki budi dan men-shifa’-kan (membersihkan) batin. meninjau
kata Al-Junaid yaitu “Tasawuf adalah keluar dari budi perangai jelek dan
masuk kepada budi perangai yang terpuji” 4. Dengan adanya tawaran
seperti itu maka jelaslah pemikiran Hamka cocok sekali dengan zaman
modern ini, karena beliau tidak menyuruh untuk meninggalkan kehidupan
dunia. Bahkan Hamka menyuruh untuk kembali kepada tasawuf yang di
27
ajarkan Rasulullah yaitu “memegang sikap hidup yang hati tidak berhasil di
kuasai oleh hidup duniawi.
Pada dasarnya tasawuf itu baik dan benar, tetapi persepsi orang
terhadapnya sering keliru. Ini disebabkan oleh mentalitas masyarakat
Indonesia yang sudah rusak akibat berbagai pengalaman sejarah yang
menyakitkan selama ini. Mentalitas masyarakat yang rusak menyebabkan
persepsi terhadap ajaran agama kadang-kadang keliru, seperti persepsi
terhadap ajaran tasawuf.
28
1. Konsep etos kerja dalam tasawuf
29