PENELITIAN
Oleh :
Hal ini tak lepas dari pentingnya kepemimpinan kyai itu sendiri
dalam mengelola pesantren, karena di dalam pesantren kyai merupakan
tokoh kunci yang sangat menentukan berhasil tidaknya pendidikan yang
ada di pesantren. Selain itu, juga merupakan uswatun hasanah, reprentasi
serta idola masyarakat sekitarnya, 14 sesuai dengan yang Allah perintah
kan dalam suroh Al- ahzab ayat 21 :
14
Kasful Anwar, Kepemimpinan pesantren Menawarkan Model Kepemimpinan Kolektif
Dan Respontif (Jambi: Sulthan Thaha Press IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2011),
hal.1-2.
15
Anonim, Al- qur’an dan Terjamahan (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010), hal. 595.
16
Rival, Veithzal, Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Superledership Melalui
Kecerdasan Spritual (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 34.
3
17
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hal. 280.
18
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 15.
19
Anonim, Al- qur’an dan Terjamahan (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010), hal. 6.
4
20
Husaini Usman, Op. Cit., hal. 278.
5
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang dipaparkan
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam proposal
skripsi ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah kebijakan pimpinan Pondok Pesantren
dalam mengembangkan pendidikan formal di Pondok Pesantren
Zulhijjah Teratai Muara Bulian?
2. Apa kendala yang dihadapi pimpinan pondok pesantren dalam
mengembangkan pendidikan formal di Pondok Pesantren Zulhijjah
Teratai Muara Bulian?
3. Bagaimana Upaya dan solusi pimpinan Pondok Pesantren Zulhijjah
dalam mengatasi kendala untuk mengembangkan pendidikan formal
di Pondok Pesantren Zulhijjah Teratai Muara Bulian?
6
C. Fokus Penelitian
Untuk menghindari meluasnya pokok bahasan dan memudahkan
untuk membahas masalah yang diambil untuk mencapai sasaran yang
diinginkan, maka penulis hanya memfokuskan kebijakan Pimpinan
Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Pendidikan Formal di Pondok
Pesantren Zulhijjah Teratai Muara Bulian, Tahun pelajaran 2017/2018.
B. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
strata satu (S.1) di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dalam Ilmu
Tarbiyah.
b. Sebagai bahan masukan bagi Pimpinan Pondok Pesantren dalam
mengembangkan pendidikan formal di Pondok Pesantren Zulhijjah.
c. Menambah khazanah keilmuan terutama jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kebijakan
21
https://kbbi.web.id/bijak. di Akses Tgl 05 Desember 2017.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kebijakan (Bandung: ALFABETA, CV, 2017), Cet.1, hal.1
7
Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan
dalam proses pembuatan kebijakan.23
23
William N. Dunn, Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2000), Cet.3, hal.1.
7
8
1212
Sugiyono. Op. Cit,. Hal. 2.
1313
Ibid., hal. 2.
9
1414
Ibid., hal. 4.
1515
Ibid., hal. 5.
11
3. Pengertian Pemimpin
Kajian tentang pemimpin, paling tidak ada tiga istilah, yaitu
pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin. Pada dasarnya ketiga istilah
tersebut berasal dari kata dasar yang sama yaitu pimpin. Akan tetapi
ketiganya digunakan untuk konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu
peran dalam sistem tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu
mampu memimpin, pemimpin juga pada hakikatnya seorang yang mampu
memengaruhi orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Kekuasaan itu sendiri berarti kemampuan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi bawahan
1616
Ibid,. hal. 6.
13
1717
Sholehuddin, Kepemimpinan Pemuda Dalam Berbagai Prestasi (Jakarta: PT
INTIMEDIA CIPTANUSANTARA, 2008), hal. 17.
1818
Andrew J.Dubrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership (Jakarta: Prenada,
2009), hal. 10.
1919
Ibid., hal. 7.
2020
Sudarwan Danim, Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
kepala sekolahan: visi dan strategi sukses era teknologi, situasi krisis, dan internasional
pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 4.
14
2121
Muhammad Thalib, Seni Dan Sikap Islami Mendidik Anak (Yogyakarta: MU Media,
2011), hal. 9.
2222
Rival, Veithzal, Arviyan Arifin, Op.Cit., hal. 8.
15
Anonim, Al- qur’an dan Terjamahan (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010), hal.
2424
271.
16
Otonomi Daerah (Ciputat: Quantum Teching Ciputat Pres Group, 2010), hal. 69.
17
d. Percaya diri
e. Kecerdasan
f. Pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan
Berdasarkan hal ini inti kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain. Menurut Overton para pemimpin memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan orang yang memiliki
kewenangan managerial. Pemimpin yang baik, akan berkomunikasi
secara: enerjik, antusias, keberanian, ambisi, bersemangat/bernafsu,
menarik/memikat. Karismatik dan sifat pemimpin yang baik perlu dipahami
oleh setiap pemimpin, baik sebagai individu maupun pemimpin
dalamorganisasi. Pemimpin harus memiliki pemimpin yang baik agar dia
berhasil dalam memimpin.
Adapun sifat kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang
jujur, berpengetahuan luas, berani dan mampu mengambil keputusan,
dapat dipercaya, berinisiatif, bijaksana, tegas, adil, bisa menjadi teladan,
ulet, loyalitas, tidak mementingkan diri sendiri, antusias simpatik, dan
rendah hati. Sifat lemah lembut, tidak berhati kasar, pemaaf, mau
memohonkan ampun orang bersalah (rendah hati, suka bermusyawarah,
istiqomah dan bertawakal (berserah diri kepada Allah). 26
Sintesis dari uraian tentang sifat pemimpin menurut penulis
adalah seorang pemimpin harus memberikan contoh yang baik dan
menjadi tauladan dalam kebaikan dan mampu mempengaruhi kepada
kebaikan.
6. Gaya Kepemimpinan
Karena gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana
seseorang bertindak dalam konteks organisasi, maka cara termudah
untuk mengetahui berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis
organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu
gaya tertentu.
2626
Ibid., hal. 71-72.
18
Perhatian utama kita pada saat ini adalah bagi mereka yang
sudah berada dalam posisi kepemimpinan, ketimbang mereka yang masih
berpikir-pikir mengenai potensi kecakapan mereka. Ada lima gaya
kepemimpinan :
a. Birokratis
Satu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus menerus
kepada aturan-aturan organisasi.
b. Permisif (serba membolehkan)
Disini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam
kelompok tersebut puas.
c. Laissez-faire
Berasal dari bahasa prancis yang sejatinya menunjukkan pada
doktrin ekonomi yang menganut paham tanpa campur tangan pemerintah
dibidang perniagaan, sementara dalam praktek kepemimpinan, si
pemimpin mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk melakukan
apa saja yang mereka kehendaki. Gaya ini membiarkan segala
sesuatunya berjalan dengan sendirinya.
d. Partisipatif
Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk
memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proses
pengambilan keputusan.
e. Otokratis
Gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepala yang berwenang
dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan
apa-apa kecuali jika diperintahkan.27
Analisis dari gaya pemimpin menurut penulis adalah kesemua dari
pada gaya ini adalah bagus akan tetapi gaya ini akan berhasil apabila
gaya ini digunakan kepada penggunaan yang pas, sehingga dalam
kepemimpinannya menjadi efektif dan efesien.
2727
bid, hal. 70
19
2828
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta:Buni Aksara, cet, 2011), hal. 178-179.
21
Islam masuk dan tersebar di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil oleh
Islam.
Tidak banyak referensi yang menjelaskan tentang kapan Pondok
Pesantren pertama berdiri dan bagaimana perkembangannya pada
zaman permulaan. Bahkan istilah Pondok Pesantren, kyai dan santri
masih diperselisihkan. Ada bebarapa istilah yang ditemukan dan sering
digunakan untuk menunjuk jenis pendidikan Islam tradisional khas
Indonesia yang lebih terkenal disebut dengan Pesantren. 29 Di Jawa
termasuk Sunda Madura umumnya dipergunakan istilah pesantren atau
Pondok.
Pengertian atau ta’rif Pondok Pesantren tidak dapat
diberikan dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung
fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan
pengertian Pondok Pesantren. Setidaknya ada 5 (lima) ciri yang
terdapat pada suatu lembaga Pondok Pesantren: 1) Kyai 2) Santri
3) Pengajian 4) Asrama dan 5) Masjid dengan aktivitasnya. 30
Syarif Yahya menjelaskan tentang Pondok Pesantren dalam
bukunya Kamus Pintar Agama Islam bahwa Pondok berasal dari
funduk dalam Bahasa Arab yang berarti ruang tidur, dan shastri
dalam Bahasa Sanskerta yang berarti orang yang mempelajari
bahasa. Dalam konteks Pesantren Indonesia, berarti tempat tinggal
dan sekaligus tempat belajar para santri.31
Perkataan Pesantren berasal dari kata santri, dengan
awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal santri.
Sedangkan asal usul kata santri dalam pandangan Nurkholish
Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Yang pertama, ‘sastri’
sebuah kata dari bahasa ‘sanksekerta’ yang artinya melek huruf.
2929
Kasful Anwar, “Kepemimpinan Pesantren Menawarkan Model Kepemimpinan Kolektif
dan Responsif (Jambi: Sulthan Toha Press IAIN STS Jambi, 2011), hal. 50.
3030
Ibid, hal. 52.
3131
Syarif Yahya, Kamus Pintar agama Islam (Bandung: Nuansa Cendikia, 2014), hal.
216.
22
3434
Ibid., hal. 1.
3535
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Sinergi Utama Indonesia, 2012),
hal. 793
24
25
3636
Kasful Anwar, Op.Cit, hal. 52.
26
3737
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal di Akses tgl 9 Desember 2017
27
3838
http://pengertian-definisi-com/2013/08/pengertian-pendidikan-formal-dan-non.htm di
Akses tgl 9 Desember 2017.
3939
Muhammada Maskur, Pengembangan Model Lembaga Pendidikan Pondok
Pesantren Dalam Men ingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Pondok Pesantren
Al-Ikhlas Al-Muhdlor, Skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, 2009.
28
4040
Khadio Muakrom, pola kepemimpinan pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas pendidikan formal di pondok pesantren Darul Amanah, Skripsi IAIN Walisongo,
2012.
4141
Musyrif Kamal Jaaul Haq, Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam
Meningkatkan Life Skills santri di Pondok Pesantren Anwarul Huda, Skripsi UIN Maulana
Malik Ibrahim, 2015.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat
melalui sudut pandang pendidikan, penelitian ini dilakukan pada
tahun 2017 yang berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat dari
sudut pandang kebijakan pimpinan Pondok Pesantren dalam
mengembangkan pendidikan formal di Pondok Pesantren dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data wawancara, observasi
dan dokumentasi. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 42
Penelitian ini mengkaji tentang Kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren
Dalam Mengembangkan Pendidikan Formal Di Pondok
Pesantren Zulhijjah Teratai Muara Bulian. Disebut kualitatif karena
sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif bukan
dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.
Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran
mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti
tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
29
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah kepala
sekolah, guru, kepala perpustakaan/pustakawan atau beberapa
santri/santriwati.
29
30
4343
Ibid., hal.124.
4444
Ibid., hal 124.
4545
Mukhtar. Bimbingan Skripsi. Tesis dan Artikel Ilmiah (Jakarta :Gedung Persada Press
2010), hal. 87.
4646
Sugiyono.,Op.Cit, hal. 91.
31
4747
Ibid. hal. 97.
4848
Afifudin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Seta, 2009), hal. 131.
32
5151
Sugiyono.,Op.Cit, hal. 330.
33
5252
Ibid., hal. 330.
5353
Ibid., hal. 330.
35
5454
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosada, 2011), hal.330.
36
https://kbbi.web.id/bija
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal
http://pengertian-definisi-com/2013/08/pengertian-pendidikan-formal-dan-
non.htm