Anda di halaman 1dari 21

Kepemimpinan di Pesantren1

KEPEMIMPINAN DI PESANTREN
Maulida Turrohmah
(2023100020034)

Abstrak: Pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam Indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman
hidup keseharian. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa. Khazanah riwayat pesantren menggambarkan betapa kuat
pengaruh kewibawaan kyai, mereka menjadi kiblat para pengikutnya. Kebijakan yang seringkali
dituangkan secara lisan dijadikan pegangan, sikap dan tingkah lakunya sehari-hari dijadikan
panutan, bahasa kiasan yang dilontarkannya menjadi bahan renungan, karena itu mekanisme
administrasi pondok pesantren baik yang berkaitan dengan struktur organisasi kepemimpinan
maupun arah perkembangan pesantren, tidak lepas dari peranan kyai. Dengan demikian,
seringkali visi kyai merupakan barometer pondok pesantren. Pembahasan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan apa saja macam-
macam gaya kepemimpinan, lalu apa yang diamksud dengan pesantren, unsur-unsur dan
prinsip apa saja yang ada dalam pesantren, lalu gaya kepemimpinan seperti apa yang dapat di
implementasikan dalam pesantren. Sehingga para pembaca dapat mengetahui berbagai ciri dari
macam-macam gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam pesantren.
Kata Kunci: Kepemimpinan dan pesantren

Pendahuluan

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan


dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini
terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan (leadership) dengan berbagai
sudut pandang atau perspektifnya.

Dalam peradaban manusia sekarang ini segala aspek kehidupan tidak lepas dari berorganisasi,
karena pada kodratnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup
bermasyarakat. Hal ini nampak baik di dalam kehidupan rumah tangga, organisasi kemasyarakatan,
terlebih pada saat seseorang memasuki dunia kerja. Seseorang tersebut akan berinteraksi, dan masuk
menjadi bagian dalam organisasi tempatnya bekerja. Organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja
dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relative terus-menerus untuk mencapai
satu sasaran atau serangkaian sasaran bersama.

Pembahasan tentang kepemimpinan merupakan hal yang paling menarik, karena menyangkut
maju mundur, berkembang dan tidaknya suatu organisasi. walaupun banyak faktor yang
mempengaruhi maju atau mundurnya suatu organisasi atau lembaga, seperti sumber permodalan yang
mencukupi, sumber daya manusia yang handal, struktur organisasi yang tertata, sekalipun semua faktor
Kepemimpinan di Pesantren2

tersebut sangat mempengaruhi terhadap berkembang tidaknya sebuah organisasi namun


kepemimpinan juga patut untuk diperhitungkan sebab tanpa kepemimpinan yang baik, maka
organisasi tidak bisa berjalan dengan baik.

Dengan kata lain, kepemimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga mempunyai peranan
yang sangat vital. Model kepemimpinan yang diterapkan sangat menentukan intensitas keterlibatan
anggotanya dalam kegiatan yang direncanakan. Bagaimana model keterlibatan anggota dalam kegiatan
akan mempengaruhi gerak langkah organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perlu
disadari bahwa meskipun semua anggota terlibat dalam kegiatan, faktor kepemimpinan masih tetap
merupakan faktor penentu bagi efektifitas dan efisiensi kegiatan organisasi.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah “mendarah daging” di


Indonesia. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pesantren adalah bentuk lembaga
pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Bahkan Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren tidak
hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous)
Indonesia. Sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad ke 1317 M, dan
di Jawa pada abad ke 15-16 M. Pendapat ini seolah mendapat justifikasi dengan tidak ditemukannya
lembaga pesantren di negara-negara Islam lainnya.

Terlepas dari berbagai perbedaan asal usul pesantren, sejak didirikan pertama kali oleh Syech
Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1399 M, diteruskan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) di
Kembang Kuning, pesantren mampu terus berkiprah hingga hari ini. Dari zaman kolonial Belanda,
orde lama, orde baru hingga reformasi, pesantren terus eksis dan mewarnai serta memberikan
sumbangsih signifikan terhadap bangsa ini. Telah begitu banyak tokoh-tokoh kaliber dunia yang
muncul dari pesantren, Syekh Nawawi al-Bantenî, Syaikhona Muhammad Kholil, dan KH. Hasyim
Asy’ari merupakan contoh kongkrit kapabilitas alumnus pesantren.

Pondok pesantren juga terkenal dengan kebudayaannya yang khas, baik dari pola hidup yang
bersahaja dan asketik, hingga tradisi pendidikan yang berkarakter. Tradisi pesantren ini selalu dijaga
dengan hati-hati, bahkan dari awal berdirinya sampai hari ini. Seiring perputaran zaman, sistem yang
dulu masih menjadi sesuatu yang kontemporer, sekarang telah menjelma menjadi sesuatu yang
konvensional, dari yang paling modern menjadi tradisonal dan ortodoks.
Kepemimpinan di Pesantren3

Perkembangan dan perubahan yang dilakukan pondok pesantren, sebagai bentuk konstalasi
dengan dunia modern serta adaptasinya, menunjukkan kehidupan pondok pesantren tidak lagi
dianggap statis dan mandeg. dinamika kehidupan pondok pesantren telah terbukti dengan keterlibatan
dan partisipasi aktif memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam banyak aspek kehidupan yang
senantiasa menyertainya. di antaranya, ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
lembaga pendidikan pesantren. karena pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki akar
budaya yang kuat di masyarakat.

Lebih lanjut, dalam iklim kompetitif seperti sekarang ini, sulit bagi pesantren untuk hidup
dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk mengubah diri dengan cepat dan mampu
berkembang seiring dengan berbagai tuntutan stakeholder. kondisi ini berlaku hampir pada
keseluruhan pesantren yang bersifat profit dan nonprofit. pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
termasuk lembaga nonprofit juga tidak terlepas dari fenomena ini, itulah sebabnya dalam banyak hal
pesantren harus mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan stakeholder.

Berangkat dari itu, menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih intensif tentang
pengelolaan yang ada di pesantren beserta faktor determinasinya, untuk menghasilkan data yang
akurat, valid, dan objektif, sehingga diharapkan mampu menjawab permasalahan dengan semangat
ilmiah yang bebas nilai.

Beberapa alasan di atas menjadi dasar dalam menulis bagian bab ini yang lebih memfokuskan
kepada Gaya Kepemimpinan di pondok pesantren, Pandangan umum masyarakat memandang
kepemimmpinan seorang kyai merupakan penentu arah dalam pengembangan pesantren, alasan inilah
yang pada akhirnya menjadi dasar penulis memandang bahwa kepemimpinan di pondok pesantren
pada umumnya tidak keluar dari teori dan aplikasi di lapangan, karena kepemimpinan kiyai di pondok
pesantren merupakan pola yang mempengaruhi sikap dan perilaku santri yang dapat menjadi
kepribadian santri itu tersebut sehingga mampu membentuk kesadaran, sikap dan perilaku, serta
pemahaman mereka akan peran sosial yang mungkin akan mereka jalani di masyarakat nantinya.
Karena Indonesia merupakan negara dengan kultur keagamaan yang kuat.
Kepemimpinan di Pesantren4

Pembahasan

1. Kepemimpinan
a. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para
anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Konsep kepemimpinan dan
pemimpinan mempunyai kaitan yang erat sekali. Pemimpin berasal dari kata asing leader
dan kepemimpinan berasal dari leadership. Pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk
menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.
Pengertian kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi, seperti dikemukakan
oleh Prajudi Atmosudirjo dalam Purwanto, bahwa “Kepemimpinan dapat dirumuskan
sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada
kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan
suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga
membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya”.
Adapun pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli Ara Hidayat & Imam
Machali menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk
mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan bahkan memberikan hukuman seluruh sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 1 Usman menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah ilmu dan seni memengaruhi orang lain atau kelompok untuk
bertindak sesuai tujuan secara efektif dan efisien. 2Basri & Tatang mendefinisikan
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memengaruhi perilaku seseorang atau
kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. 3 Chairunnisa
menyatakan kepemimpinan adalah keterampilan untuk memengaruhi dan menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan. 4

1 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan
Madrasah,(Yogyakarta: Kaukaba, 2012), 76.
2 Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 312.
3 Hasan Basri & Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 13.
4 Chairunnisa, Connie, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), 109.
Kepemimpinan di Pesantren5

Kepemimpinan dalam Islam adalah dalam rangka menjalankan fungsi manusia


sebagai khalifah di muka bumi dengan berdasarkan al Quran dan Hadis sebagai
landasannya. Dalam Islam istilah kepemimpinan menggunakan ungkapan seperti khalifah,
khilafah, imamah, ulil amri, dan ra’in. adapun pengertian dari istilah tersebut sebagai
berikut:5
1) Khalifah

Istilah khalifah ada yang mengartikan wakil. Sementara Ramayulis & Mulyad
lebih cenderung mengartikan pengganti, yaitu proses penggantian individu dengan
individu yang lain.6 Rasyid Ridha dalam al Manar yang dikutip Imam Moedjiono
menyatakan bahwa khalifah adalah manusia yang memiliki akal dan pikiran serta ilmu
pengetahuan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.

2) Khilafah
Khilafah pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kekuasaan yang
menjalankan pemerintahan setelah Nabi Muhammad 7. Doktrin tentang khilafah yang
disebutkan dalam al Quran adalah bahwa segala sesuatu di atas bumi ini berupa daya
dan kemampuan yang diperoleh seorang manusia hanyalah karunia Allah.
3) Imamah
Imam atau imamah sering diartikan secara lebih spesifik untuk menyebutkan
pemuka agama, pemimpin keagamaan atau pemimpin spiritual yang diikuti dan
diteladani fatwa atau nasihat-nasihatnya oleh pengikutnya. Kata imam menurut
Moedjiono sering diartikan dengan pemimpin, penguasa, atau amir yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur orang-orang atau masyarakat.8
4) Ulil Amri
Istilah lain yang digunakan untuk kata kepemimpinan adalah istilah ulil amri
yang satu kata dengan kata amir. Menurut Vaithizal Rivai yang dikutip oleh Ramayulis
&Mulyadi kata ulil amri mengandung arti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 59: Artinya:“Hai
orangorang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasulNya dan ulil amri diantara

5 Imam Mudjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta: UII Press, 2002), 10.
6 Ramayulis & Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), 185.
7 Imam Mudjiono, 11.
8 Imam Mudjiono, 10.
Kepemimpinan di Pesantren6

kamu”.9 Ulil amri diartikan oleh al Maraghi yang dikutip Moedjiono sebagai
pemerintah, ulama, cendekiawan, pemimpin militer atau tokoh-tokoh masyarakat yang
menjadi tumpuan bagi umat, menerima kepercayaan atau amanat dari masyarakat.
5) Ra,in
Selanjutnya ditemukan dalam hadis Rasulullah SAW. istilah kata ra’in, yang
berarti penggembala, pengelola dan pemimpin, seperti yang disebutkan dalam hadis
yang diriwayatkan Bukhari Muslim yang artinya: “Setiap orang diantara kamu adalah
pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya”.

Pada hakikatnya kepemimpinan dalam Islam adalah berkhidmat atau menjadi


pelayan umat. Setiap amanat kepemimpinan harus dipertanggung jawabkan di hadapan
Allah. Seorang pemimpin dalam Islam hendaknya mengatur urusan orang yang
dipimpinnya, mengarahkan perjalanan sekelompok orang yang dipimpinnya, serta
menjaga dan melindungi kepentingan yang dipimpinnya. Berdasarkan ayat al Quran
dan Hadis Rasulullah SAW. dapat diketahui bahwa kepemimpinan dalam Islam itu
merupakan kegiatan dalam rangka menjalankan fungsi manusia sebagai khalifah di
muka bumi dengan cara menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan
kepada pengikutnya atau umat sesuai ketentuan agama untuk mencapai keridhaan
Allah.
b. Unsur-unsur dalam kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Seorang pemimpin dipilih karena
memiliki kelebihan tertentu dalam kelompoknya, bisa karena memiliki kelebihan dalam
fisik maupun intelektual serta skill. Dalam kepemimpinan harus ada unsur-unsur yang
mempengaruhi efektifnya kepemimpinan, unsur tersebut diantaranya seperti yang
dikemukakan Basri & Tatang adalah keahlian manajerial yang harus dimiliki pemimpin,
keterampilan komunikasi, kekuasaan dan kewenangan, kewibawaan, kemampuan,
motivasi, serta ciri yang melekat pada seorang pemimpin tersebut seperti ketegasan,
melayani dan selalu belajar 10. Sementara Fahmi menyatakan hendaknya seorang pemimpin

9 Ramayulis & Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), 185
10 Basri, Hasan & S, Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 21.
Kepemimpinan di Pesantren7

memiliki kompetensi yang sesuai zamannya, memahami setiap permasalahan dan mampu
menerapkan konsep the right man and the right place.11
c. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi Kepemimpinan dalam organisasi merupakan peran penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi. Menurut Ramayulis & Mulyadi fungsi merupakan
implementasi dari jabatan yang diemban oleh seseorang.12 Menurut Basri &Tatang terdapat
dua aspek yang mendasar dalam fungsi kepemimpinan, yaitu fungsi administrasi dan fungsi
sebagai top manajemen.13 Sementara menurut Sopiah fungsi utama kepemimpinan ada
yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) dan fungsi pemeliharaan
kelompok (gruop maintenance).14
d. Teori Kepemimpinan

Seorang pemimpin dalam organisasi memiliki peran yang sangat menentukan


dalam pencapain tujuan organisasi. Pemahaman tentang perilaku individu dalam organisasi
bagi seorang pemimpin itu adalah hal yang mutlak dan merupakan pekerjaan yang tidak
mudah. Berdasarkan penelitian tentang konsep kepemimpinan akhirnya melahirkan teori
kepemimpinan, di antara teori kepemimpian yang dikemukakan yaitu:

1) Teori Sifat (Traits Theories)


Teori ini menyebutkan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan dengan
sifat atau ciri yang dimiliki oleh pemimpin baik fisik maupun mental yang
dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Ada karakteristik tertentu
seperti fisik, sosialisasi, dan intelegensi, sehingga keberhasilan pemimpin
disebabkan karena pemimpin tersebut memiliki kemampuan yang melebihi
dari orang lain.
2) Teori Perilaku (Behavior Theorities)
Teori ini berusaha menjelaskan tentang apa yang dilakukan seorang
pemimpin yang efektif. Untuk menjadi seorang pemimpin dapat mempelajari
apa yang dilakukakn oleh pemimpin yag efektif ataupun dari pengalaman. Studi
dan teori yang terkenal dengan teori perilaku ini antara lain studi Ohio State,

11 Fahmi, Irham, Pengantar Ilmu Kepemimpinan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2018), 8.


12 Ramayulis & Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), 243
13 Basri, Hasan & S, Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 34.
14 Sopiah, Perilaku Organisasional, (YogyakartaL Andi Offset, 2008), 112.
Kepemimpinan di Pesantren8

studi oleh University of Michigan serta The Managerial Grid. 15Pada teori Ohio
State menujukkan bahwa penilaian karyawan atas keefektifan pemimpin tidak
dipengaruhi gaya pemimpin tertentu melainkan lebih dipengaruhi oleh situasi
gaya kepemimpina tersebut.
3) Teori Situasional
Teori ini bependapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif
adalah kepemimpinan yag disesuaikan dengan situasi dan gaya kepemimpinan
yang dipakai, artinya dengan situasi berbeda maka memakai gaya
kepemimpinan yang berbeda juga menyatakan bahwa pemimpin yang efektif
tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemmapuan pemimpin untuk
menyesuaikan orientasinya.

2. Pesantren
a. Pengertian pesantren
Pondok pesantren merupakan rangkaian dua kata yang terdiri dari kata “pondok”
dan “pesantren”. Pondok berarti kamar, gubuk, rumah kecil, yang dipakai dalam bahasa
Indonesia dengan menekankankan kesederhanaan bangunanya. Ada juga yang
berpendapat bahwa pondok berasal dari kata "funduq" yang berarti ruang tempat tidur,
wisma atau hotel sederhana. Karena pondok secara umumnya memang merupakan tempat
penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.16
Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisonal
dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah
bimbingan seorang kyai. Asrama untuk para santri berada dalam komplek pesantren
dimana tempat tinngalnya kyai.17
Secara terminolgi istilah pondok sebenarnya berasal dari bahasa Arab “funduq”
yang berarti rumah penginapan, ruang tidur dan asrama atau wisma sederhana.. Menurut
Sugarda Poerbawaktja pondok adalah salah satu tempat pemondokan bagi para pemuda-
pemudi yang mengikuti pelajaran-pelajaran agama Islam.18 Adapun istilah pesantren
berasal dari kata santri. kata “santri” jugamerupakan penggabungan antara dua suku kata

15 Chairunnisa, Connie, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), 118.
16 Nining Khairotul Aini, Model Kepemimpinan Transformasional Pondok Pesantren, (Surabay: CV Jakad Media, 2021). 73.
17 Herman, “Sejarah Pesanatren di Indonesia,”Tadrib Vol. VI, No. 2 (2013), 50.
18 Adnan Mahdi, “Sejarah Peran Pesantren Dalam Pendidikan di Indonesia,” Islamic Review, Vol. II, No.1 (2013), 3.
Kepemimpinan di Pesantren9

sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat diartikan
sebagai tempat mendidik manusia yang baik.19
Djamaluddin, pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam
yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama yang santrinya
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian dan madrasah yang sepenuhnya
beradah dibawah kedaulatan dan kepemimpinan seseorang kyai.
b. Unsur-unsur pesantren
1) Pondok

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para


santri”. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat
dari bambu.20

2) Kiyai

Kyai merupakan tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran.


Karena itu kyai adalah salah satu unsur yang paling domain dalam kehidupan suatu
pesantren.21 Di daerah Jawa seorang pemimpin disebut dengan sapaan Kyai, didaerah
Sundah disebut Ajengan dan di daerah Madura seorang pemimpin biasanya disebut
dengan Nun atau Bendara atau bisa disingkat Ra sebagai tanda kehormatan.

3) Santri

Kata santri, menurut C.C Berg berasal dari bahasa India, shastri, yaitu orang
yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
Hindu.22Sedangkan menurut Nurcholish Majid, asal usul kata “santri” dapat dilihat dari
dua pandangan. Pertama, kata santri berasal dari bahasa sansekerta “sastri” yang artinya
melek. Kedua, berpendapat bahwa “santri”berasal dari bahasa Jawa yang artinya
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun ia pergi.

19 Hadi Purnomo, Menejemen Pendidikan Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Bilndung Pustaka Utama, 2017), 23.
20 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 138.
21 Hasbullah, 144.
22 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), 18.
Kepemimpinan di Pesantren10

4) Masjid

Secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat duduk atau tempat yang
digunakan untuk beribadah. Masjid juga berarti “tempat sholat berjamah” atau tempat
sholat untuk umum (orang banyak) Masjid merupakan elemen yang tidak dapat
dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri, khutbah dah sembayang jama’ah, dan pengajaran kitab-kitab
kelasik.

5) Kitab Islam Klasik

Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga


pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasik yang
dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan
agama Islam dan berbahasa Arab.23

c. Klasifikasi pesantren
1) Pesantren salafiyah

Salaf artinya “lama”, “dahulu”, atau “tradisional”. Pondok pesantren salafiyah


adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajaran dengan pendekatan
tradisional, sebagaimana sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama
Islam dilakukan secara individu atau kelompok dengan konsentrasi dengan kitab-kitab
klasik berbahsa arab. Penjajakan tidak didasarkan pada satu waku, tetapi berdasarkan
kitab yang dipelajari. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan
dalam pesantren salaf yaitu dengan metode serogan dan waton.

2) Pesantren khalafiyah

Khalaf artinya “kemudian”, “sekarang”, atau “modern”. Pondok pesantren


khalafiyah adalah pondok pesantren yang menerapkan sistem pelajaran klasikal
(madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan
keterampilan. Pembelajaran khalafi dilakukan secara berjenjang dan berkesinambung,
dengan suatu program yang didasarkan pada satuan waktu, seperti semesteran dan
ujian akhir semester. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang

23 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 144.
Kepemimpinan di Pesantren11

menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern melalui satuan


pendidikan formal, baik madrasah (MI, MTS, MA, MAK) maupun sekolah (SD, SMP,
SMU, dan SMK). 24

d. Prinsip-prinsip Pondok Pesantren


Didalam buku kompri, pondok pesantren memiliki beberapa prinsip dalam sistem
pendidikan pesantren yaitu sebagai berikut: 25
1) Theocentric
Sistem pendidikan pesantren mendasarkan filsafat pendidikannya pada
filsafat theocentric, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa semua kejadian
berasal, berproses, dan kembali kepada Tuhan. Semua aktivitas pendidikan
dipandang sebagai ibadah kepada Tuhan. Semua aktivitas merupakan bagian
integral dari totalitas kehidupan sebagaimana disebutkan di muka, sehingga
belajar di pesantren tidak di pandang sebagai alat tetapi dipandang sebagai
tujuan.
2) Sukarela dan mengabdi
Seperti disebutkan di muka, para pengasuh pesantren memandang
semua kegiatan pendidikan sebagai ibadah kepada Tuhan. Sehubungan dengan
ini maka penyelenggara pesantren dilaksanakan secara sukarela dan mengabdi
kepada sesama dalam rangkah mengabdi kepada Tuhan. Santri merasa wajib
menghormati kyai dan ustadznya serta saling menghargai dengan sesamanya,
sebagai bagian dari perintah agama.
3) Kearifan
Pesantren menekankan pentingnnya kearifan dalam menyelenggarakan
pendidikan pesantren dan dalam tingkah laku sehari-hari. Kearifan yang
dimaksudkan disini adalah bersikap dan berprilaku sabar, rendah hati, patuh
pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan
orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama.

24 Kompri, Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), 39.
25 Kompri, 11.
Kepemimpinan di Pesantren12

4) Kesederhanaan
Pesantren menekankan pentingnnya kesederhanaan penampilan
sebagai salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman prilaku sehari-
hari bagi seluruh warga pesantren. kesederhanaan yang dimaksud di sini tidak
sama dengan kemiskinan, tetapi sebaliknya identik dengan kemampuan
bersikap dan berpikir wajar, proposional dan tidak tinggi hati.
5) Kolektivitas
Pesantren menekankan pentingnya kolektivitas atau kebersamaan lebih
tinggi daripada individualisme. Dalam dunia pesantren berlaku pendapat
bahwa dalam hal hak orang mendahulukan kepentingan orang lain, tetapi
dalam hal kewajiban orang harus mendahulukan kewajiban diri sendiri sebelum
orang lain.
6) Mengatur kegiatan bersama
Pelaksanaan kelompok nilai kedua, yaitu nilai-nilai yang bersifat relatif
yang dilakukan oleh santri dengan bimbingan ustadz dan kyai. Para santri
mengatur hampir semua kegiatan proses belajar mengajar terutama yang
berkenaan dengan kegiatan-kegiatan hokulikuler, dari sejak pementukan
organisasi santri, penysunaan program-programnya, sampai pelaksanaan dan
pengembangannya. Mandiri Sejak awal santri sudah dilatih mandiri. Ia
mengatur dan bertanggung jawab atas keperluannya sendiri, seperti: mengatur
sebagainya.26
7) Pesantren tempat mencari ilmu dan mengabdi
Para pengasuh pesantren menganggap bahwa pesantren adalah tempat
mencari ilmu dan mengabdi. Tetapi pengertian ilmu menurut mereka tampak
kepada pengertian ilmu dalam arti science. Ilmu bagi pesantren di pandang suci
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran-ajaran agama
Mengamalkan ajaran agama Seperti disebutkan di muka pesantren sangat
mementingkan pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap gerak
kehidupannya selalu berada dalam batas rambu-rambu hukum agama (fiqih).

26 Kompri, Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), 12-13.
Kepemimpinan di Pesantren13

8) Restu kyai
Suatu perbutan yang dilakukan oleh setiap warga pesantren sangat
tergantung pada restu seorang kyai. Baik ustadz maupun santri selalu berusaha
jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak berkenaan dihadapan kyai.

Prinsip pendidikan pesantren tersebut sebenarnya merupakan nilai-nilai


kebenaran universal, dan pada dasarnya sama dengan nilai-nilai luhur kehidupan
masyarakat Jawa.

e. Tujuan dan Fungsi Pesantren


Didalam setiap sekolah ataupun tempat belajar, tentu memiliki visi dan misi, tujuan
dan fungsi tersendiri yang hendak dicapai. Adapaun Tujuan terbentuknya pondok
pesantren:27
1) Tujuan Umum Menciptakan dan mengembangkan kepribadian Islam yang
dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat
sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2) Tujuan Khusus Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim
dalam ilmu ilmu agam yang diajarakan oleh kyai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat.
3. Tipe Kepemimpinan di Pesantren

Tipe kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara


memerintah, cara memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membimbing dan mengarahkan,
menegakkan kedisiplinan, mengendalikan dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi,
menegur dan memberikan sanksi/ hukuman. Strategi utama dalam kepemimpinan adalah
kemampuan pemimpin menjalalnkan fungsi sebagai anggota organisasi. Dengan kata lain
strategi hanya dapat dilaksanakan secara baik apabila diawali dengan sikap dan prilaku
pemimpin yang mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari anggota organisasinya.
Mengenai hal ini ada empat karakteristik utama seorang pemimpin yaitu inteligensi,
kematangan dan kekuasaan dalam pandangan sosial, memiliki motivasi dan keinginan maju,
memiliki kemampuan berprestasi.

27 Hadi Purnomo, Menejemen Pendidikan Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Bilndung Pustaka Utama, 2017), 30.
Kepemimpinan di Pesantren14

Sementara itu, pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam diharapkan
mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi, punya iman dan takwa
sebagai pengendali dalam penerapan atau pengalamannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam tradisional yang sampai
sekarang masih dipercaya masyarakat sebagai pusat pendidikan Islam. Sebagai lembaga
pendidikan keagamaan, pesantren mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
pembangunan, khususnya dalam pembangunan mental masyarakat. Oleh karena itulah
pesantren sangat diharapkan dapat membekali peserta didiknya untuk mampu berdaptasi
dengan perkembangan zaman, namun tetap berpegang pada prinsip-prinsip keagamaan yang
menjadi karakternya dalam laku kehidupan bermasyarakat.

Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan. Namun


ada lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaanya secara luas. Terdapat lima tipologo
tersebut ialah: tipe pemimpin yang otokratis, tipe pemimpin yang militeristis, tipe pemimpin
yang kharismatis, tipe pemimpin yang laissez fire dan tipe pemimpin yang demokratis. 28

a. Tipe Otokratis

Autokratik yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)


menggunakan kata autokrasi yang berarti kekuasaan yang tidak terbatas dalam artian
bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak pada diri seseorang, kediktatoran.
Istilah lain dari autokrasi adalah otoriter yang mana kita lebih mengenal kata otoriter
daripada autokrasi itu sendiri. Otoriter yang berarti berkuasa sendiri, sewenang-
wenang.

Pemimpin yang bertipe ini akan bertindak sendiri dalam mengambil keputusan,
dan memberitahukan kepada bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan
tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana karena mereka
tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilannya. Gaya otokratik bukanlah
gaya yang didambakan oleh bawahan dalam mengelola suatu organisasi kerena
pentingnya unsur manusia sering diabaikan. Pemimpin yang bertipe otokrasi adalah
tipe seorang pemimpin yang sombong. Seorang pemimpin tipe ini akan

28 Chairunnisa, Connie, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), 116-120.
Kepemimpinan di Pesantren15

mencampuradukan antara kepentingan pribadi dan organisasi. Ia juga akan melakukan


segala cara, yang penting tujuannya tercapai.

Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan


penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya hanyalah
mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.

Dalam kepemimpinan otokratik ini terlihat bahwa dalam melaksanakan


kepemimpinannya, pemimpin bertindak sebagai penguasa sehingga segala tindakan
dan keputusan atas suatu masalah sesuai dengan kehendak pemimpin. Dalam tipe
kepemimpinan yang seperti ini, setiap bawahan harus taat dan patuh dengan aturan
dan kebijakan yang dibuat oleh pemimpinnya.

Seorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang: 1)


Menganggap organisasi sebagai milik pribadi, 2) Mengidentikan tujuan pribadi denagn
tujuan organisasi, 3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-semata, 4) Tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat, 5) Terlalu bergantung kepada kekuasaan
formalnya. 6) Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan
yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).

Tipe otokratis ini tdak sesuai dengan kondisi kebanyakan pondok pesantren
yang mempunyai kecenderungan milik bersama, kerja sama antara pengasuh
(kyai/nyai), santri, alumni dan masyarakat tidak menganggab milik pribadi.

b. Tipe Militeristis
Seseorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat: 1) Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan
bawahannya, 2) Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan
bawahannya, 3) Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan, 4) Menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahan, 5) Sukar menerima kritikan dari bawahan, 6)
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai acara dan keadaan.
Tipe kepemimpinan ini lebih cenderung banyak diterapkan pada organisasi
militer. Orientasi kepemimpinan dengan gaya ini memang ditujukan pada dua hal
sekaligus, yaitu penyelesaian tugas dan terpeliharanya hubungan yang baik dengan para
Kepemimpinan di Pesantren16

bawahan sebagaimana seorang bapak akan selalu memelihara hubungan yang serasi
dengan anak-anaknya.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah
seorang yang:
1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2) Bersikap terlalu melindungi
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan dan inisiatif
4) Jarang memberi kesempatan pada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya
5) Sering bersikap maha tau.

Pemimpin yang bertipe paternalistik kurang memberikan ruang gerak bagi


bawahannya untuk lebih inovatif dan kreatif.

c. Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik ini lebih banyak mendominasi corak
kepemimpinan kyai pengasuh pondok pesantren yang tersebar di Nusantara ini, antara
lain sebab kedalaman ilmunya, tingginya akhlaqul karimahnya.
Seorang pemimpin yang bertipe karismatik melibatkan para bawahannya dalam
pengambilan keputusan. Pemimpin yang demikian memiliki daya tarik yang amat besar
dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar.
Sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib
(supranatural power), mempunyai semacam kesaktian, dan mempunyai kemampuan
yang luar biasa diluar kemampuan orang-orang biasa.
d. Tipe Laissez Faire
Seorang pemimpin yang bertipe laissez faire adalah seorang pemimpin yang
memiliki sifat acuh ta acuh dan hanya mengandalkan gaya tanpa memmperdulikan
perkembangan organiasinya. Ada beberapa sifat pemimpin ini anatara lain:
1) Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif,
dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai
dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama
tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai
Kepemimpinan di Pesantren17

2) Bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya


karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa
yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, saran-saran apa yang
dicapai dan tugas apa yang harus ditunaikan oleh masingmasing anggota
3) Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam
kehidupan organisasional
4) Seorang pemimpin yang cenderung memilih peran pasif dan membiarkan
organisasi berjalan dengan sendirinya tanpa banyak mencampuri
bagaimana organisasi berjalan.

Pemimpin yang bertipe seperti ini sering dianggap sebagai seorang pemimpin
yang kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap organisasi yang dipimpinnya
sehingga akan menghambat proses kemajuan dan perkembangkan organisasi, maka
dari itu tipe kepemimpinan seperti harus dihindari oleh pemimpin.

e. Tipe Demokratis
Dari kata “demokratis” ini tergambar bahwa apa yang akan kita putuskan dan
laksanakan itu disepakati dan dilakukan bersama-sama. Tipe demokratis berlandaskan
pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul
diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang
dipimpin. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus
disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan
kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
Tipe kepemimpinan kiai menurut konsep Islam, disebut tipe kepemimpinan
wilayah al-imam. Menurut penulis, tipe tersebut agak memiliki kaitan erat dengan
pembagian konsep kekuasaan yang dikelompokkan oleh Weber. Dalam tiga kategori,
meskipun tidak sepenuhnya tepat. Tipe kepemimpinan kiai bila ditinjau dari kategori
yang dikemukakan oleh Weber, dapat dimasukkan dalam kepemimpinan tradisional,
karismatik, dan rasional. Otoritas kepemimpinan seorang kiai dapat terus bertahan
selama tradisi pesantren masih terpelihara, dan kekuasaan karismatik dari pribadi
Kepemimpinan di Pesantren18

seorang kiai memancarkan pesonanya, serta tipe kepemimpinan yang bersifat kolektif
berbentuk Majelis Pimpinan Pondok.29
Sehubungan dengan itu, gaya kepemimpinan yang ada di pondok pesantren
yang dijadikan obyek penelitian, memiliki ciri paternalistik dan laissez faire, di mana
pemimpin sebagai seorang bapak yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya
untuk berkreasi, dan juga pemimpin pasif karena dia akan mendelegasikan seluruh
tugas-tugas itu kepada bawahannya. Kehadirannya sebagai pemimpin dipandang
terutama sebagai simbol keberadaan organisasi ketimbang sebagai pembina, pengarah
atau penggerak. Tetapi juga memiliki tipe otoriter, yang memberikan kata-kata final
untuk memutuskan apakah anak buah yang bersangkutan dapat diteruskan atau harus
dihentikan. Sementara itu, bila dilihat dari pengoperasian ta’dim (hormat) santri kepada
kiai begitu besar, maka termasuk tipe karismatik.

Kesimpulan

Kepemimpinan di pesantren adalah peran yang sangat penting dalam menjalankan lembaga
pendidikan Islam tradisional tersebut. Pesantren adalah tempat dimana peserta didik (santri) belajar
agama Islam dan kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa aspek penting kepemimpinan di
pesantren:

1. Kyai (Pimpinan Pesantren): Kyai adalah pemimpin utama di pesantren. Kyai adalah seorang
ulama yang dihormati dan diakui oleh masyarakat sekitar sebagai otoritas agama. Kyai
bertanggung jawab atas pengelolaan pesantren, pengajaran agama, dan Kyai (Pimpinan
Pesantren): Kyai adalah pemimpin utama di pesantren. Kyai adalah seorang ulama yang
dihormati dan diakui oleh masyarakat sekitar sebagai otoritas agama. Kyai bertanggung jawab
atas pengelolaan pesantren, pengajaran agama, dan pembimbingan santri. Kyai juga berperan
sebagai contoh teladan dalam praktek keagamaan dan etika.
2. Pengasuh: Kyai biasanya memiliki seorang atau beberapa pengasuh yang membantu dalam
mengelola pesantren sehari-hari. Pengasuh dapat menjadi wakil kyai dalam berbagai keputusan
dan tugas sehari-hari, serta membantu dalam pengajaran dan pembinaan santri.
3. Staf Pendidikan: Pesantren juga biasanya memiliki staf pendidikan yang terdiri dari guru-guru
atau ustadz/ustadzah yang bertanggung jawab atas pengajaran materi agama, bahasa Arab,

29 Noeng Muhajir, Kepemimpinan Adopsi Inovasi untuk Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987), 55.
Kepemimpinan di Pesantren19

ilmu-ilmu Islam, dan lain-lain kepada santri. Mereka juga membantu dalam pengawasan
kegiatan santri.
4. Kepemimpinan Sosial: Selain kepemimpinan dalam aspek pendidikan agama, kyai juga
memiliki peran dalam kepemimpinan sosial dan budaya. Mereka sering menjadi penasihat
dalam masalah sosial dan budaya dalam masyarakat sekitar, serta dapat membantu menjaga
harmoni dan stabilitas.
5. Pembinaan Akhlak: Kepemimpinan di pesantren juga mencakup pembinaan akhlak dan moral
santri. Kyai dan staf pendidikan berusaha untuk membentuk karakter santri agar menjadi
individu yang bertaqwa, beretika, dan bermanfaat bagi masyarakat.
6. Kepemimpinan Finansial: Kyai juga memiliki peran dalam mengelola aspek finansial
pesantren, termasuk mengumpulkan dana, mengelola keuangan, dan memastikan
kelangsungan pesantren.
7. Pemberian Izin (Ijazah): Kyai memiliki otoritas untuk memberikan ijazah atau sanad kepada
santri yang telah menyelesaikan pendidikan tertentu di pesantren. Ijazah ini merupakan tanda
pengakuan atas kemahiran dan pengetahuan agama yang dimiliki santri.
8. Peran Sosial dan Politik: Beberapa pesantren juga memiliki peran dalam kehidupan sosial dan
politik di masyarakat. Kyai dan pesantren dapat menjadi penggerak sosial atau memiliki
pengaruh politik di tingkat lokal atau nasional.
9. Kepemimpinan di pesantren tidak hanya berkaitan dengan pengajaran agama, tetapi juga
membentuk karakter dan nilai-nilai yang diharapkan dari santri. Kyai dan staf pesantren
memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing santri menuju pemahaman agama yang
mendalam, moral yang baik, serta kesiapan untuk berkontribusi positif dalam
masyarakat.pembimbingan santri. Kyai juga berperan sebagai contoh teladan dalam praktek
keagamaan dan etika.
10. Pengasuh: Kyai biasanya memiliki seorang atau beberapa pengasuh yang membantu dalam
mengelola pesantren sehari-hari. Pengasuh dapat menjadi wakil kyai dalam berbagai keputusan
dan tugas sehari-hari, serta membantu dalam pengajaran dan pembinaan santri.
11. Staf Pendidikan: Pesantren juga biasanya memiliki staf pendidikan yang terdiri dari guru-guru
atau ustadz/ustadzah yang bertanggung jawab atas pengajaran materi agama, bahasa Arab,
ilmu-ilmu Islam, dan lain-lain kepada santri. Mereka juga membantu dalam pengawasan
kegiatan santri.
Kepemimpinan di Pesantren20

12. Kepemimpinan Sosial: Selain kepemimpinan dalam aspek pendidikan agama, kyai juga
memiliki peran dalam kepemimpinan sosial dan budaya. Mereka sering menjadi penasihat
dalam masalah sosial dan budaya dalam masyarakat sekitar, serta dapat membantu menjaga
harmoni dan stabilitas.
13. Pembinaan Akhlak: Kepemimpinan di pesantren juga mencakup pembinaan akhlak dan moral
santri. Kyai dan staf pendidikan berusaha untuk membentuk karakter santri agar menjadi
individu yang bertaqwa, beretika, dan bermanfaat bagi masyarakat.
14. Kepemimpinan Finansial: Kyai juga memiliki peran dalam mengelola aspek finansial
pesantren, termasuk mengumpulkan dana, mengelola keuangan, dan memastikan
kelangsungan pesantren.
15. Pemberian Izin (Ijazah): Kyai memiliki otoritas untuk memberikan ijazah atau sanad kepada
santri yang telah menyelesaikan pendidikan tertentu di pesantren. Ijazah ini merupakan tanda
pengakuan atas kemahiran dan pengetahuan agama yang dimiliki santri.
16. Peran Sosial dan Politik: Beberapa pesantren juga memiliki peran dalam kehidupan sosial dan
politik di masyarakat. Kyai dan pesantren dapat menjadi penggerak sosial atau memiliki
pengaruh politik di tingkat lokal atau nasional.
Kepemimpinan di pesantren tidak hanya berkaitan dengan pengajaran agama, tetapi juga
membentuk karakter dan nilai-nilai yang diharapkan dari santri. Kyai dan staf pesantren memiliki
tanggung jawab besar dalam membimbing santri menuju pemahaman agama yang mendalam, moral
yang baik, serta kesiapan untuk berkontribusi positif dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

Aini, Nining Khairotul. 2021. Model Kepemimpinan Transformasional Pondok Pesantren. Surabay: CV Jakad
Media, 2021

Basri, Hasan. S, Tatang. 2015. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Chairunnisa, Connie. 2016. Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Daulay, Haidar Putra Daulay. 2015. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2015

Fahmi, Irham. 2018. Pengantar Ilmu Kepemimpinan. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Hasbullah. 2011. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011

Herman. 2013. “Sejarah Pesanatren di Indonesia,”Tadrib Vol. VI, No. 2


Kepemimpinan di Pesantren21

Hidayat, Ara. Imam Machali. 2012. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola
Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba

Kompri. 2018. Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta: Prenamedia Group, 2018

Mahdi, Adnan. 2013. “Sejarah Peran Pesantren Dalam Pendidikan di Indonesia,” Islamic Review, Vol. II,
No.1, 3.

Mudjiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII Press

Muhajir, Noeng. 1987. Kepemimpinan Adopsi Inovasi untuk Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1987

Purnomo, Hadi. 2017. Menejemen Pendidikan Pondok Pesantren. Yogyakarta: Bilndung Pustaka Utama

Ramayulis. Mulyadi. 2017. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. YogyakartaL Andi Offset

Usman. Husaini. 2014. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai