Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP KEPEMIMPINAN PESANTREN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen pesantren

Dosen pengampu :
Bapak Asep Kurniawan,M.Pd.i

Disusun oleh :

Nur maghfiroh (2193244035)


Fuzi Fauziah (2193244043)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 1B
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG
JOMBANG 2021
KATA PENGANTAR

Pertama, kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, karena tanpa
rahmat dan ridho nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu.Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW,yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen pesantren.
Dalam makalah ini membahas tentang konsep kepemimpinan pesantren.

Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya dan khususnya pembaca. Tak
ada gading yang tak retak begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Terima kasih

Jombang, 27 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................2
3. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Apa pengertian kepemimpinan.......................................................................3


2. Apa konsep kepemimpinan pesantren ...........................................................3
3. Bagaimana metode dalam pesantren?............................................................7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ...................................................................................................10
2. Daftar Pustaka ...............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sepanjang sejarah, pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan maupun lembaga
keagamaan memang cukup menarik untuk dicermati dan diperbincangkan dari berbagai
sisi. Hal ini tentunya tergantung dengan model manajemen dan kepemimpinan seorang
kyai yang diterapkan di sebuah pondok pesantren dalam merespon perubahan tersebut.
Sebab secara umum, dari segi kepemimpinan pesantren secara kukuh masih terpola
secara sentralistik dan hirarkis,terpusat pada seorang kyai. Kyai sebagai salah satu unsur
dominan dalam kehidupan sebuah pesantren, ia mengatur irama pekembangan dan
keberlangsungan kehidupan suatu pesantren dengan keahlian, kedalaman
ilmu,karismatik, dan keterampilannya. Sehingga tidak jarang sebuah pesantren tanpa
memiliki manajemen pendidikan yang rapi, sebab segala sesuatu terletak pada
kebijaksanaan dan keputusan kyai. Seorang kyai dalam budaya pesantren memiliki
berbagai macam peran, termasuk sebagai ulama, pendidik dan pengasuh, penghubung
masyarakat, pemimpin, dan pengelola pesantren. Peran yang begitu kompleks tersebut
menuntut kyai untuk bisa memposisikan dirinya dalam berbagai situasi yang
dijalaninya.Sehingga dibutuhkan sosok kyai yang mempunyai kemampuan, dedikasi dan
komitmen yang tinggi untuk bisa menjalankan peran-peran tersebut. Berdasarkan
beberapa peran tersebut, peran yang paling vital adalah dalam hal kepemimpinan. Hal ini
tak lepas dari pentingnya kepemimpinan kyai itu sendiri dalam mengelola pesantren,
karena di dalam pesantren kyai merupakan tokoh kunci yang sangat menentukan berhasil
tidaknya pendidikan yang ada di pesantren. Selain itu, ia juga merupakan uswatun
hasanah, representasi serta idola masyarakat sekitarnya. Posisi kyai yang serba
menentukan itu akhir justru cenderung menyebabkan terbangunnya otoritas mutlak.
otoritas kyai. Kyai menguasai dan mengendalikan seluruh sektor kehidupan pesantren.
Ustadz, apalagi santri, baru berani melakukan sesuatu tindakan di luar kebiasaan setelah
mendapat restu dari kyai. Namun, dengan adanya tuntutan perubahan manjemen
kepemimpinan pada pesantren sepertinya peran kyai di dunia pesantren, khususnya
pesantren-pesantren di luar wilayah Jawa telah mengalami pergeseran. Studi pendahuluan
menunjukkan bahwa peran 'klasik' kyai sebagai ulama atau sumber ilmu pengetahuan
serta pendidik dan pengasuh tampak ada indikasi mengalami distorsi. Hal ini misalnya
dapat dilihat dari peran-peran yang dimainkan oleh kyai yang juga sekaligus ketua
yayasan telah beralih dari peran-peran keilmuan lebih ke pada peran sosial
kemasyarakatan dan peran politik. Kyai memiliki jam terbang keluar lebih padat
ketimbang memainkan peran sebagai pengajar. Kesibukan kyai dalam kegiatan sosial dan
politik tersebut meskipun sesungguhnya secara husnu dzan adalah dalam upaya
membesarkan pesantren, namun tabiat ini memiliki implikasi negatif terhadap tradisi
keilmuan dan pengelolaan pesantren. Pengajian kitab kuning (klasik) yang menjadi
keunikan pesantren tidak lagi diajarkan oleh kyai,tetapi sudah dipercayakan kepada
seorang asisten. Demikian juga pengelolaan pesantren diserahkan kepada kepala sekolah
yang kharismanya tentu tidak sama dengan Kyai.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana pengertian dari kepemimpinan?
2. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam pesantren?
3. Bagaimana metode dalam pesantren

Makalah ini bertujuan untuk dapat mengetahui:


1. Pengertian kepemimpinan
2. Konsep kepemimpinan pesantren
3. Metode dalam pesantren

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpultiga orang atau lebih kemudian salah seorang
diantara mereka “mengajak” teman - temannya untuk melakukan sesuatu (Apakah :
nonton film, bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertianya yang sederhana orang
tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin".beberapa definisi yang dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut : 1) Koontz dan O'donnel, mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang jadi mau bekerja dengan sungguh -
sungguh untuk mencapai tujuan kelompoknya. 2) Wexley dan Yuki (1977),
kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih sedang berusaha
mengarahkan tenaga, dalam penyerahan atau mengubah tingkah laku mereka. 3) Georger
R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang mencapai tujuan
bersama 4) pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara
mempengaruhi orang atau sekelompok orang. Dari keempat definisi tersebut, terdapat
kata kunci bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Definisi lain, para ahli
kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut : 1) Fiedler (1967), kepemimpinan
pada dasar merupakan pola hubungan antara individu -individu yang menggunakan
berwenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama -sama untuk
mencapai tujuan. 2) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan penyimpanankan
dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. 3)
Davis (1977 ), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang
lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat. Fahmi ( 2012 : 60
dalam Jurnal EMBA), kepemimpinan merupakan proses mengarahkan, mempengaruhi,
dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang
direncanakan. kepemimpinan sangat diperlukan oleh setiap manajer untuk dapat
mengarahkan pegawai agar dapat bekerja secara optimal.

2. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi tergantung dari konsep model
kepemimpinan yang menjadi dasar sudut pandang.Karena beragamnya model
kepemimpinan, melahirkan berbagai pendekatan atau teori kepemimpinan yang beragam
pula. Sehingga efektifitas kepemimpinan dapat diidentifikasikan dari berbagai kriteria
sesuai dengan konsep model kepemimpinan yang dipergunakan. Keberhasilan kepala
madrasah dipengaruhi oleh model kepemimpinannya terhadap bawahan (guru). Menurut
Hersey dan Balanchard, “... the style of leaders is the consistent behavior patterns that
they use when they are working with and through other people as perceived by those
people”,' yang artinya bahwa model kepemimpinan adalah pola perilaku para pemimpin
yang konsisten yang mereka gunakan ketika mereka bekerja dengan dan melalui orang
lain seperti yang dipersepsi oleh orang-orang itu.
Pada saat suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin
mengaplikasikan suatu model kepemimpinan tertentu. Model kepemimpinan yang efektif
merupakan model kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan
3
dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi dan kondisi supaya
mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan organisasi. Hersey
dan Blanchar menjelaskan bahwa model kepala madrasah yang efektif ada empat: (1)
model instruktif, penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru atau baru bertugas;
(2) model konsultatif, penerapannya pada bawahan(guru) yang memiliki kemampuan
tinggi namun kemauan rendah; (3) model partisipatif, penerapannya pada bawahan(guru)
yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi;(4) model
delegatif,penerapannya bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi dan
kemauan tinggi.Dari keempat model kepemimpinan yang efektif di atas masing-masing
memiliki ciri-ciri,diantaranya:
A. Kepemimpinan instruktif
Kepemimpinan instruktif, mencakup antara lain: (a) memberi pengarahan secara
spesifik tentang apa,bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan; (b) kegiatan lebih
banyak diawasi secara ketat; (c) kadar direktif tinggi; (d) kadar suportif rendah; (e)
kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai; (f) kemampuan motivasi
pegawai rendah.Tingkat kematangan bawahan rendah.
B. Kepemimpinan konsultatif
Ciri-ciri Kepemimpinan konsultatif mencakup antara lain:(a) kadar direktif rendah;
(b) kadar sportif tinggi; (c) komunikasi dilakukan secara timbal-balik; (d) masih
memberikan pengarahan yang spesifik; (e) pimpinan secara bertahap memberikan
tanggung jawab kepada pegawai walaupun bawahan masih dianggap belum
mampu. Tingkat kematangan bawahan rendah ke sedang.
C. Kepemimpinan partisipatif
Kepemimpinan partisipatif, ciri-ciri kepemimpinan partisipatifini mencakup antara
lain : (a) pemimpin melakukan komunikasi dua arah; (b) secara aktif mendengar
dan respon segenap kesukaran bawahan; (c) mendorong bawahan untuk
menggunakan kemampuan secara operasional; (d) melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan; (e) mendorong bawahan untuk berpartisipasi. Tingkat
kematangan bawahan dari sedang ke tinggi. Kepemimpinan partisipatif ini juga
dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau nondirective. Orang
yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses
pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu
permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk
mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah
mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi yang mendasari model
kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima
tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana mereka diberdayakan
untuk mengembangkannya. Kritik terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa
pembentukan konsensus banyak membuang waktu dan hanya berjalan bila semua
orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepentingan utama organisasi.
D. Kepemimpinan delegate
Kepemimpinan delegatif, ciri-cirinya mencakup antara lain:(a) memberikan
pengarahan bila diperlukan saja; (b) memberikan support dianggap tidak perlu
lagi; (c) menyerahkan tanggung jawab kepada bawahan untuk mengatasi dan

4
menyelesaikan tugas;(d) tidak perlu memberi motivasi. Tingkat kematangan
bawahan tinggi.
Perilaku kepemimpinan menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Perilaku
pemimpin erat kaitannya dengan bawahan karena bawahan merupakan personalia yang
langsung mendapat tugas dari pimpinan. Dari studi Michigan oleh Likert bahwa perilaku
kepemimpinan ada dua:“(1) perilaku yang berorientasi tugas (task oriented behavior),
pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang tidak mengerjakan sesuatu sama dengan
bawahan; (2) perilaku yang berorientasi pada hubungan (relation oriented behavior),
pemimpin yang efektif, perilaku yang berorientasi pada tugas tidak terjadi dengan
mengorbankan perhatian terhadap hubungan antar manusia atau bawahan”.Selain itu
sepanjang dapat diketahui dan sepanjang pengamatan para ahli maka cara seorang pemimpin
melakukan kepemimpinannya itu dapat digolongkan juga atas beberapa golongan antara lain:
(1) secara otokratis; (2) secara militeristis; (3) secara paternalistis;(4) secara kharismatis; (5)
secara bebas “laisses faire”;(6) secara demokratis.
a. Otokratis
Secara otokratis; artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri. Ia
bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu sebagai bawahan dan merupakan sebagai alat, bukan manusia. Cara
menggerakkan para anggota organisasi dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman-
ancaman pidana. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah-perintah atasan
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan secara otokratis tidak menerima kritik,
saran dan pendapat. Kepemimpinan yang bersifat otokrat dikendalikan oleh seorang
pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri yang besar sekali. Bawahannya
dianggap bodoh (sepi),tidak berpengalaman dan selayaknya dituntun dengan sebaik-
baiknya. Pemimpin merasa dirinya orang yang terpandai dalam bagiannya. Seorang
pemimpin otoriter memimpin tingkah laku anggota kelompoknya dengan
mengarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si pemimpin.
“Segala keputusan berada di satu tangan, yakni si pemimpin otoriter itu, yang
menganggap dirinya dan dianggap oleh orang lain lebih mengetahui daripada orang-
orang lain dalam kelompoknya. Setiap keputusannya dianggap sah, dan pengikut-
pengikutnya tanpa pertanyaan. Pemimpin otoriter ini dianggap sebagai manusia
super". Secara militeristis;seorang pemimpin yang bersifat militeristis yaitu pemimpin
yang memiliki sifat-sifat antara lain :(a) untuk menggerakkan bawahannya ia
menggunakan sistem perintah yang biasa digunakan dalam ketentaraan; (b) gerak-
geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya;(c) senang akan
formalitas yang berlebih-lebihan; (d) menuntut disiplin keras dan kaku dari
bawahannya;(e) senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan ; (f)
tidak menerima kritik dari bawahannya.
b. Paternalistis
Secara paternalistis; cara ini dikatakan untuk seorang pemimpin yang bersifat
kebapakan, ia menganggap anak buahnya sebagai anak atau manusia belum dewasa
yang dalam segala hal masih membutuhkan bantuan dan perlindungan, yang kadang-
kadang perlindungan yang berlebih-lebihan. Pemimpin semacam ini jarang atau tidak
memberikan sama sekali kepada anak buahnya untuk bertindak sendiri, untuk
mengambil inisiatif atau mengambil keputusan. Anak buahnya jarang sekali diberi
5
kesempatan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya. “Selain itu pemimpin
semacam ini juga tidak ada sifat keras atau kejam terhadap mereka yang dipimpin,
bahkan hampir dalam segala hal sikapnya baik dan ramah, walaupun ada sifat yang
negatif padanya yaitu bersifat sok maha tahu. Seorang pemimpin seperti ini dalam hal-
hal yang tertentu amat diperlukan, akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya
kurang baik”.
c. Kharismatis
Secara kharismatis; mengenai model kharismatis, para sarjana belum menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Yang diketahui adalah
mempunyai daya tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya cukup besar, walaupun si pengikut sering tidak dapat menjelaskan mengapa
menjadi pengikutnya. Onong Uchjana mengemukakan bahwa kepemimpinan
kharismatis adalah kepemimpinan yang berdasarkan kepercayaan. Kepatuhan dan
kesetiaan para pengikut timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang
dicintai, dihormati dan dikagumi. Bukan karena benar tidaknya alasan-alasan dan
tindakan-tindakan sang pemimpin. Kemampuan menguasai bawahannya yang terdapat
pada diri sang pemimpin disebabkan kepercayaannya yang luar biasa kepada
kemampuannya itu. Seorang pemimpin kharismatis adalah “pemimpin yang dianggap
sebagai mempunyai kekuatan gaib atau sakti yang dapat diterangkan secara ilmiah.
Dapat dikatakan pula sebagai mempunyai kemampuan yang luar biasa di luar
kemampuan orang-orang biasa”. Para pemimpin kharismatis kemungkinan akan
mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, serta pendirian
dalam keyakinan-keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan
kekuasaan memotivasi pemimpin tersebut untuk mencoba mempengaruhi para
pengikut. Rasa percaya diri dan pendirian yang kuat meningkatkan rasa percaya para
pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut.Seorang pemimpin
tanpa pola ciri yang demikian lebih kecil kemungkinannya akan mencoba
mempengaruhi orang, dan jika berusaha mempengaruhi, maka lebih kecil
kemungkinannya untuk berhasil.
d. Laisses faire
Secara bebas “laisses faire”; melaksanakan kepemimpinan dengan model ini dapat
diartikan : membiarkan anak buahnya untuk berbuat sekehendak sendiri-sendiri.
Petunjuk-petunjuk, pengawasan dan kontrol kegiatan dan pekerjaan anak buahnya
tidak diadakan. Pemberian tugas, cara bekerja sama semuanya diserahkan kepada para
anak buahnya sendiri, pengarahan,saran-saran dari pimpinan tidak ada, sedangkan
kekuasaan dan tanggung jawab jalannya simpang-siur.Pada hakikatnya di sini
pemimpin itu tidak memimpin, tetapi membiarkan bawahan bekerja sesuka-sukanya.
Pemimpin hanya mempunyai tugas representatif. Para anggota diberikan kebebasan
sepenuhnya, maka proses pengambilan keputusan menjadi lambat bahkan sering tidak
berkeputusan.
e. Demokratis
Secara demokratis; dalam melaksanakan tugas pemimpin semacam ini mau menerima
saran-saran dari anak buah dan bahkan kritikan-kritikan dimintanya dari mereka demi
suksesnya pekerjaan bersama. Ia memberi kebebasan yang cukup kepada anak
buahnya karena menaruh kepercayaan yang cukup bahwa mereka itu akan berusaha
6
sendiri menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Segala usaha ditujukan
untuk membuat bawahan senantiasa mencapai hasil yang baik dari diri sendiri. Untuk
itu seorang pemimpin demokratis senantiasa berusaha memupuk kekeluargaan dan
persatuan, membangun semangat dan kegairahan bekerja pada anak buahnya. Secara
garis besar model demokratis adalah: (a) pandangannya bertitik tolak bahwa manusia
adalah makhluk yang termulia di dunia; (b) selalu berusaha mengsinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para
bawahannya; (c) senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahannya; (d)
selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses daripada dirinya; (e)selalu
berusaha mengutamakan kerjasama dan “teamwork" dalam usaha mencapai tujuan; (f)
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pimpinan.
Model kepemimpinan demokratis dikenal juga dengan istilah kepemimpinan
konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para
karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya.
Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, tetapi hanya setelah
menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Kritik terhadap pendekatan ini
menyatakan bahwa keputusan yang paling populer/disukai tidak selalu merupakan
keputusan terbaik, dan bahwa kepemimpinan demokratis sesuai dengan sifatnya,
cenderung menghasilkan keputusan yang disukasi daripada keputusan yang tepat.
Model ini dapat mengarah pada kompromi yang pada akhirnya memberikan hasil yang
tidak diharapkan.

3. Metode - metode dalam pesantren


Metode-metode yang digunakan dalam proses pengajaran di pondok pesantren adalah
sebagai berikut :
1) Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan metode yang ditempuh dengan cara ustadz
menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Sasaran metode ini
biasanya kelompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru
menguasai pembacaan Al-quran. Melalui sorogan, pengembangan intelektual
santri dapat ditangkap oleh kiai secara utuh. Dia dapat memberikan bimbingan
penuh sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran terhadap santri-santri
tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan
kapasitas mereka. Kelemahan penerapan metode ini menuntut pengajar untuk
besikap sabar dan ulet, selain itu membutuhkan waktu yang lama yang berarti
pemborosan, kurang efektif dan efisien. Kelebihannya yaitu secara signifikan
kiai/ustadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan santri dalam menguasai materi yang diajarkan.
2) Metode Wetonan
Metode wetonan atau disebut juga metode bandungan adalah metode
pengajaran dengan cara ustadz/kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan
dan mengulas kitab/buku-buku kelslaman dalam bahasa arab, sedangkan santri
mendengarkannya. Mereka memperhatikan kitab/bukunya sendiri dan
membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata yang
7
diutarakan oleh ustadz/kiai. Kelemahan dari metode ini yaitu mengakibatkan
santri bersikaf pasif. Sebab kreatifitas santri dalam proses belajar mengajar di
domoninasi oleh ustadz/kiai, sementara santri hanya mendengarkan dan
memperhatikan. Kelebihan dari metode ini yaitu terletak pada pencapaian
kuantitas dan pencapaian kajian kitab, selain itu juga bertujuan untuk
mendekatkan relasi antara santri dengan kiai/ustadz.
3) Metode Ceramah
Metode ceramah ini merupakan hasil pergeseran dari metode wetonan dan
metode sorogan. Said dan Affan melaporkan bahwa metode wetonan dan
metode sorogan yang semula menjadi ciri khas pesantren, pada beberapa
pesantren telah diganti dengan metode ceramah sebagai metode pengajaran
yang pokok dengan sistem klasik. Namun pada beberapa pesantren lainnya
masih menggunakan metode sorogan dan wetonan untuk pelajaran agama,
sedangkan untuk pelajaran umum menggunakan metode ceramah. Kelemahan
dari metode ini justru mengakibatkan santri menjadi lebih fasif, sedangkan
kelebihannya yaitu mampu menjangkau santri dalam jumlah banyak, bisa
diterapkan pada peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen dan
pengajar mampu menyampaikan materi yang relatif banyak.
4) Metode Muhawarah
Metode muhawarah adalah metode yang melakukan kegiatan bercakap-cakap
dengan menggunakan bahasa arab yang diwajibkan pesantren kepada para
santri selama mereka tinggal di pondok (Arifin :39). Sebagian pesantren hanya
mewajibkan pada saat tertentu yang berkaitan dengan kegiatan lain, namun
sebagian pesantren lain ada yang mewajibkan para santrinya setiap hari
menggunakan bahasa arab. Kelebihan dari penerapan metode ini yaitu dapat
membentuk lingkungan yang komunikatif antara santri yang menggunakan
bahasa arab dan secara kebetulan dapat menambah pembendaharaan kata
(mufradat) tanpa hafalan. Pesantren yang menerapkan metode ini secar intensif
selalu berhasil mengembangkan pemahaman bahasa.
5) Metode Mudzakarah
Metode mudzakarah adalah suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik
membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah dan masalah agama pada
umumnya. Aplikasi metode ini dapat mengembangkan dan membangkitkan
semangat intelektual santri. Mereka diajak berfikir ilmiah dengan
menggunakan penalaran-penalaran yang didasarkan pada Al-qur'an dan Al-
sunah serta kitab-kitab keislaman klasik. Namun penerapan metode ini belum
bisa berlangsung optimal, ketika para santri membahas aqidah khususnya,
selalu dibatasi pada madzhab-madzhab tertentu. Materi bahasan dari metode
mudzakarah telah mengalami perkembangan bahkan diminati oleh kiai yang
bergabung dalam forum bathsul masail dengan wilayah pembahasan yang
sedikit meluas.
6) Metode Majlis Ta'lim
Metode majlis ta'lim adalah metode menyampaikan pelajaran agama Islam
yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri jama'ah yang memiliki latar
belakang pengetahuan, tingkat usia dan jenis kelamin. Metode ini tidak hanya
8
melibatkan santri mukmin dan santri kalong (santri yang tidak menetap di
asrama cuma belajar di pesantren) saja tetapi masyarakat sekitar pesantren
yang tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pengajian setiap hari.
Pengajian majlis ta'lim bersifat bebas dan dapat menjalin hubungan yang akrab
antara pesantren dan masyarakat sekitarnya.
7) Metode Kombinasi
Sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi banyak
pesantren yang melakukan pembenahan dalam metode pembelajaran, hal itu
dilakukan guna memperbaiki kualitas-kualitas sumber daya santri sehingga
bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

9
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut Koontz dan O'donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang jadi mau bekerja dengan sungguh - sungguh untuk
mencapai tujuan kelompoknya. Wexley dan Yuki (1977) berpendapat bahwa kepemimpinan
mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih sedang berusaha mengarahkan tenaga,
dalam penyerahan atau mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan Georger R. Terry,
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang mencapai tujuan bersama 4)
pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi
orang atau sekelompok orang.
Hersey dan Blanchar menjelaskan bahwa model kepala madrasah yang efektif ada
empat : (1) model instruktif, penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru atau baru
bertugas, (2) model konsultatif, penerapannya pada bawahan (guru) yang memiliki
kemampuan tinggi namun kemauan rendah, (3) model partisipatif, penerapannya pada
bawahan(guru) yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi, (4)
model delegatif,penerapannya bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi dan
kemauan tinggi.
Metode-metode yang digunakan dalam proses pengajaran di pondok pesantren adalah
sebagai berikut :
1) Metode Sorogan
2) Metode wetonan
3) Metode ceramah
4) Metode muhawarah
5) Metode mudzakarah
6) Metode majlis ta’lim
7) Metode kombinasi

10
DAFTAR PUSTAKA

 http://ahsinrifqy.blogspot.com/2016/07/makalah-kepemimpinan-pesantren.html?m=1
 https://www.academia.edu/36522743/
MANAJEMEN_KEPEMIMPINAN_PESANTREN
 https://m.merdeka.com/jabar/pengertian-kepemimpinan-beserta-fungsi-dan-tujuannya-
kln.html?page=2

11

Anda mungkin juga menyukai