Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Manajemen Berbasis Sekolah

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti


Manajemen Berbasis Sekolah
Kepemimpinan Dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen:
Rini Setyaningsih,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 4:
Ayu Lassandari (12110322205)
Eti Komariah (12110322454)
Sahrul Ramadan (12110312688)
Serly Meilani (12110322446)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah, SWT; karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kepemimpinan dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah “ dengan baik
meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Kepemimpinan dalam Konteks
Manajemen Berbasis Sekolah “. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini dilain waktu yang akan datang.

Pekanbaru,16 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Kepemimpinan (Leadership)...............................................................................3
B. Ciri Keefektifitas Pemimpin................................................................................5
C. Pengembangan Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 6
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah persekolahan di Indonesia sudah dimulai sejak jaman
penjajahan dengan segala permasalahannya. Sejak Indonesia merdeka,
ekspektasi negara, masyarakat, dan keluarga terhadap sekolah sedemikian
besar, sehingga setiap pemerintahan di negara ini selalu menjadikan isu
pendidikan dan sekolah menjadi sentral untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa negara sangat “concern” dalam rangka legitimasi
pemerintahannya.

Dengan disahkannya UU Sisdiknas tahun 2003, terjadi pergeseran


paradigma pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik. Pasal 51 UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20//2003 menyatakan bahwa “Pengelolaan
satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep pengelolaan


sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di era
desentralisasi pendidikan. Manajemen berbasis sekolah diharapkan mampu
menjawab tantangan jaman dan ekpektasi negara, masyarakat, serta keluarga
terhadap sekolah. Untuk mewujudkan harapan terhadap sekolah dan
persekolahan tersebut, maka masih dibutuhkan beberapa faktor pendukung
lainnya, antara lain adalah faktor pemimpin atau kepemimpinan yang mampu
mengarahkan sebuah visi menjadi misi bersama. Pertanyaannya kemudian
adalah pemimpin atau kepemimpinan seperti apa yang mampu mengawal
kebijakan manajemen berbasis sekolah tersebut sampai ke tujuan yang
diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kepemimpinan?
2. Bagaimana ciri-ciri keefektifan pemimpin?
3. Bagaimana cara pengembangan dalam MBS?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui ciri keefektifan pemimpin
3. Untuk mengetahui pengembangan dalam MBS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang
berasal dari kata leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an, sedangkan
kata leadership muncul belakangan sekitar tahun 1700-an. Literatur tentang
kepemimpinan jumlahnya sangat banyak dan definisi kepemimpinan
bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep
kepemimpinan itu sendiri.

Dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses


mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa-peristiwa kepada para pengikutnya, pengorganisasian dari
aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan kerja sama dan kerja
kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang diluar
kelompok atau organisasi. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas yang ada hubunganya dengan pekerjaan terhadap
para anggota kelompok.

kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan atau


pengikut, kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok
bukanlah tanpa daya, adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai
bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku
pengikutnya dengan berbagai cara.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh


pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan
cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat
dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan itu
melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu. (Feska
Ajepri, 2016)

Definisi pengembangan kepemimpinan (leadership development)


adalah perluasan kapasitas sesorang untuk menjadi efektif dalam peran dan
proses kepemimpinan. Peran dan proses kepemimpinan merupakan peran dan
proses yang memungkinkan kelompok orang dapat bekerja bersama dengan
cara yang produktif dan bermanfaat. Ada tiga hal penting dalam definisi
pengembangan kepemimpinan ini, yaitu:

1. Pengembangan kepemimpinan diarahkan pada pengembangan kapasitas


inividu, atau tujuan utamanya adalah kapasitas individu
2. Apa yang membuat seseorang efektif dalam peran dan proses
kepimimpinan. Setiap orang dalam kehidupaannya harus mengambil peran
dan berpartisipasi dalam proses kepemimpinan agar dapat melaksanakan
tanggung jawabnya dalam masyarakat sekitarnya, oragnisasi dimana
mereka bekerja kelompok professional dimana mereka diakui
keberadaannya, tetangga dimana mereka bermasyarakat, dan seterusnya.
3. Individu dapat memperluas kapasitas kepemimpinannya. Kuncinya adalah
bahwa setiap orang bisa belajar, tumbuh dan berubah (Cynthia D.
McCauley, Russ . Moxley, Ellen Van Velsor, 1998:4)

Untuk lebih jelasnya, maka perlu kiranya mencermati dialog antara the
manager and the sage dalam buku “Handbook of Leadership Development”,
berikut: Dialog di atas menunjukkan bahwa pengalaman merupakan faktor
yang penting dalam pengembangan kepemimpinan, walaupun tidak semua
pengalaman dapat menjadi guru yang baik. Berdasar penelitian kunci utama
pengembangan kepemimpinan adalah penilaian, tantangan, dan dukungan.
Faktor keturunan ternyata hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi

4
kepemimpinan seseorang, sebagian besar karena faktor pengalaman sesudah
dewasa. (Mulyo Prabowo, 2010)

B. Ciri Keefektifitas Pemimpin


Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan
tertentu sebagai indikator keberhasilan seesorang pemimpin. Penerapan
kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan
anggota/bawahan dn sumber daya pendukung organisasi. Kepemimpinan
dalam bidang pendidikan lebih mengarah kepada pemberdayaan seluruh
potensi organisasi dan menmpatkan bawahan sebagai penentu keberhasilan
pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat
menimbulkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi perhatian
utama. Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan bidang tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap keluhan,
kebutuhan, saran dan pendapat bawahan merupakan pra syarat bagi
terciptanya iklim kerja yang kondusif.

Kepemimpinan merupakan fenomena universal dan unik. Siapapun


akan menampakkan perilaku kepemimpinan ketika berinteraksi dalam format
memberi pengaruh kepada orang lain. Oleh karena itu kepemimpinan
merupakan sebuah fenomena yang kompleks, maka sangat sukar untuk
membuat rumusan yang menyeluruh tentang arti ciri-ciri kepemimpinan.
Menjadi seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan
seseorang untuk berhenti berusaha menjadi orang lain atau beberapa
kombinasi dari orang lain. Tentu saja pemimpin yang efektif mulai dengan
menjadi diri sendiri. Menurut Gayla Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim
bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut :

a. Memiliki Visi, pemimpin dapat melihat kemana organisasi harus pergi


sebelum orang lain melakukannya.
b. Memiliki fokus untuk mencapai tujuan, pemimpin melakukan apa yang
masuk akal dan bekerja dengan basis keunggulan.

5
c. Memenangi dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling
cocok untuk mereka sebagai individu.
d. Secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya,
pemimpin mengambil waktu untuk benar-benar tahu diri mereka
sendiri.
e. Tahu bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan
dan kegagalan, mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman,
keteranpilan, kompetensi dan kesadaran dirinya.
f. Secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan.
g. Tidak mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami
bahwa bekerja untuk diri sendiri hanya seketika berada pada posisi
terbaiknya.
h. Mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam, pemimpin
tidak hanya menghargai orang lain, melainkan juga bergantung pada
orang lain untuk mengisi kekosongan.
i. Menarik orang lain, pemimpin dari orang-orang ingin bekerja untuk
dengan mereka.
j. Mengembangkan kekuatan, dimana pemimpin membangun kekuatan
diri sendiri sambil berusaha untuk memperbaiki kelemahannya. (Feska
Ajepri, 2016)

C. Pengembangan Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis


Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (School-Based Management) merupakan
kebijakan bidang persekolahan di Indonesia. Kebijakan ini diambil sebagai
konsekuensi berlakunya undang-undang tentang otonomi daerah. Sejalan
dengan itu terjadi perubahan di bidang pendidikan dari sentralisasi menuju ke
desentralisasi pendidikan. Dengan diundangkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, maka seluruh institusi yang berkaitan dengan UU tersebut

6
otomatis harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang Sesuai dengan
amanat UU tersebut, maka paradigma pendidikan berubah dari yang bersifat
sentralistik menuju ke arah desentralistik. Perubahan paradigma ini
mempunyai dampak yang luas di bidang pendidikan dan persekolahan di
Indonesia.Seluruh institusi pendidikan siap atau tidak harus mulai merubah
dan berubah sesuai dengan ketentuan undang-undang. Berlandaskan
ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 diluncurkan kebijakan tentang
persekolahan, yakni Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebelum
desentralisasi, beberapa sekolah di Indonesia sudah ada yang melaksanakan
proses Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara mandiri dan mereka
mampu mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengembangan sekolah secara internal.. Sekarang ini beberapa propinsi di
Indonesia mulai mencoba menerapkan MBS karena dukungan yang diberikan
dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan.. Pelaksanaan MBS sekarang
terbukti dapat mengubah kebudayaan dan sistem, sehingga sekolah
berkembang efektif dan "sustainable". Terjadi transformasi yang sangat luar
biasa bagi perkembangan sekolah Seluruh komponen persekolahan yakni
kepala sekolah, para guru, komite sekolah dan masyarakat harus berbenah
diri. terlibat dan berperan dalam rangka meningkatkan kualitas mutu
sekolah. . Sesuai dengan etos MBS peran setiap pihak sangat diperlukan
dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah, melalui proses terbuka,
diskusi dan saling tukar pikiran dalam rangka mendukung guru di lapangan
dan proses belajar- mengajar secara maksimal. Di dalam MBS, tidak ada
peserta (stakeholder) yang dianggap superior. Semua stakeholder, Dewan
Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang petani, masing-masing membawa
input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari
jalan terbaik bagi keperluan mereka sendiri. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kebijakan MBS adalah kebijakan yang mendorong
kemandirian dan memberdayakan potensi sekolah-sekolah di Indonesia.
Keterlibatan maksimal dari berbagai pihak, antara lain Kepala Sekolah, guru,
orang tua, Dewan Pendidikan, dan Dinas Pendidikan di daerah benar- benar

7
diharapkan bagi suksesnya MBS dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
(Mulyo Prabowo, 2010)

a. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Levacic dalam manajemen berbasis sekolah (MBS) ada


tiga katakteristik yang harus dikedepankan dari yang lain dari
manajemen, diantaranya adalah:

Pertama, kekuasaan dan tanggung jawab dalam pengembilan


keputusan yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan yang
didesentralisasikan pada stakeholder sekolah.

Kedua, domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang


mencakup keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, mencakup
kurikulum, kepegawai, keuangan, sarana-prasarana dan penerimaan
siswa baru.

Ketiga, walaupun keseluruhan domain peningkatan mutu


pendidikan didesentralisasikan kepada sekolah-sekolah, namun
diregulasikan yang mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan
pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah.

Edmon mencoba mengemukakan berbagai indikator yang


menunjukan karakteristik dari konsep manajemen berbasis sekolah
(MBS) antara lain adalah: Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;
Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai; Sekolah
memilki kepemimpinan yang kuat; Adanya harapan yang tinggi dari
personal sekolah (kepala sekolah, guru dan staf termasuk siswa) untuk
berprestasi; Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus
sesuai tuntutan IPTEK; Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus
terhadap berbagai aspek akademis dan administratif, serta pemanfaan
hasilnya untuk penyempurnaan/ perbaikan mutu; Adanya komunikasi dan
dukungan intensif dari orang tua murid serta masyarakat.

8
Adapun Saud menyatakan beberapa karakteristik dasar diantaranya
yaitu, pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi
masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan
sekolah yang demokratis dan profesional, serta adanya teamwork yang
tinggi dan profesional. Pada tataran ini, apabila manajemen berbasis
lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS akan
menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada.

b. Tujuan utama manajemen berbasis sekolah (MBS)

Adalah meningkatkan efisiensi mutu dan pemerataan pendidikan.


Peningkatan efisiensi dicapai melalui keleluasaan mengelola sumber
daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningakatan profesionalisme guru, adanya hadiah
dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh
kembangkan suasana yang kondusif. Menurut Kustini Hardi, ada tiga
tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS).

Pertama, mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama


guru dan unsur komite sekolah dalam aspek manajemen berbasis sekolah
(MBS) untuk meningkatkan mutu sekolah.

Kedua, mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru


dan unsur komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
setempat.

Ketiga, mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif


dalam masalah umum persekolahan dari sekolah untuk membantu
peningkatan mutu sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional
mendeskripsikan bahwa tujuan pelaksanaan MBS adalah meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

9
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,
meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
peyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya, serta meningkatkan kompetensi
yang sehat antarsekolah tetang mutu pendidikan yang akan dicapai.

c. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dari waktu ke waktu kesadaran masyarakat terhadap urgensi


pendidikan semakin meningkat dan mulai tampak dipermukaan. Hal ini
dapat diindikasikan dengan animo masyarakat yang banyak
menyekolahkan anak-anak mereka ke lembaga yang kredibel. Mereka
sadar bahwa untuk menghadapi tantangan yang semakin berat yang
disebabkan oleh perubahan dan tantangan zaman adalah kesiapan pada
penguasaan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu lembaga pendidikan yang
maju dan mampu memberikan layanan yang maksimal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan menjadi sekolah favorit.

Dalam hal ini bukan hanya instansi yang bersifat komersial yang
dituntut untuk berkompetisi, akan tetapi lembaga pendidikan juga
dituntut untuk bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain guna
menawarkan jasa yang mempunyai kesesuaian dan keserasian dengan
kebutuhan masyarakat sebagai unsur edukasi. Oleh sebab itu lembaga
pendidikan harus memiliki sistem manajemen pendidikan yang baik dan
mampu menyongsong era kompetisi. Jika pendidikan ingin dilaksanakan
secara terencana dan teratur maka berbagai eleman yang terlibat dalam
kegiatan perlu dikenali. Untik itu, diperlukan pengkajian usaha
pendidikan sebagai suatu sistem.

d. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Manajemen


BerbasisSekolah (MBS)

10
Kajian yang dirumuskan oleh BPPN dan Bank Dunia merumuskan
beberapa faktor yang berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dintaranya adalah:

1. Kewajiban Sekolah Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang


menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang
besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelola
sisitem pendidikan profesional.
2. Kebijakan dan prioritas kebijakan, Pemerintah sebagai penanggung
jawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan-kebijakan
yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan
program peningkatan melek huruf dan angka (literacy and
numeracy), efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
3. Peranan profesionalisme dan manajerial, Manajemen berbasis
sekolah (MBS) menuntut perubahan perubahan tingkah laku kepala
sekolah, guru, dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan
sekolah.
4. Pengembangan Profesi, Dalam manajemen berbasis sekolah (MBS)
pemerintah harus manjamin bahwa semua unsur penting tentang
kependidikan (sumber manusia) menerima pengembangan profesi
yang diperlukan untuk mengelola sekolah secara efektif. (Feska
Ajepri, 2016)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Kepemimpinan yang Efektif memilik pengaruh besar terhadap peningkatan
mutu sekolah. Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain kearah
tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seesorang pemimpin.
Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan
anggota/bawahan dan sumber daya pendukung organisasi. Kepemimpinan
dalam bidang pendidikan lebih mengarah kepada pemberdayaan seluruh
potensi organisasi dan menmpatkan bawahan sebagai penentu keberhasilan
pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat
menimbulkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi perhatian
utama. Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan bidang tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap keluhan,
kebutuhan, saran dan pendapat bawahan merupakan pra syarat bagi
terciptanya iklim kerja yang kondusif. Melaksanakan program-program untuk
merealisasikan rencana jangka pendek manajemen berbasis sekolah. Dalam
pelaksanaan, semua input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
(pelaksanaan) manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika input tidak
siap/tidak memadai, maka tujuan situasional tidak akan tercapai. Yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan adalah pengelolaan kelembagaan,
pengelolaan program, dan pengelolaan proses belajar mengajar.

Manajemen Berbasis Sekolah (School-Based Management) merupakan


kebijakan bidang persekolahan di Indonesia. Kebijakan ini diambil sebagai
konsekuensi berlakunya undang-undang tentang otonomi daerah. Sejalan
dengan itu terjadi perubahan di bidang pendidikan dari sentralisasi menuju ke
desentralisasi pendidikan.
B. Saran
Dengan adanya makalah mengenai Makna Filosofis dan Pandangan
Ahli Tentang Kependidikan Islam, penulis berharap pembaca dapat
memahami dan menambah wawasan pembaca. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu untuk memperkuat
pemahaman dan wawasan pembaca bisa mencari sumber sumber lai

13
DAFTAR PUSTAKA

Feska Ajepri. (2016). Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Berbasis


Sekolah. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 6, 135.

Mulyo Prabowo. (2010). Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah.


Eprints Uny, 14, 182–187.

Anda mungkin juga menyukai