Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM KONTEKS


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
1. Maya Dapista (1811240147)
2. Sahli Fitriani (1811240170)

Dosen Pembimbing:
Adrian Topano M.Pd

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr, wb.


Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen kami
Bapak Adrian Topano M.Pd yang telah memberikan pembelajaran dan ilmu
pengetahuan kepada kami. Serta penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga apa yang telah disampaikan dalam makalah ini dapat
menjadi referensi serta bermanfaat bagi khalayak pembaca.
Wassalamu’alaikum, wr, wb

Bengkulu, 20 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan...............................3
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan.....................................................................7
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks MBS.........................9
D. Kepemimpinan Transformasional dalam Kerangka MBS....................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti
bahwa salah satu factor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan
organisasi adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan
suatu organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin
merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh
organisasi menuju tujuan yang akan dicapai.
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam
organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif
dapat menggerakkan orang/personel kearah tujuan yang dicita-citakan,
sebaliknya pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai figur, tidak
memiliki pengaruh, kepemimpinannya dapat mengakibatkan lemahnya
kinerja organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seorang dalam
organisasi, nilai dan bobot strategic dari keputusan yang diambil semakin
besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu
orgnisasi, keputusan yang diambilpun lebih mengarah kepada hal-hal yang
lebih operasional. Terlepas dari keputusan yang diambil , apakah pada
kategori strategic, taktis, teknis, atau operasional, semuanya tergolong pada
“penentuan arah” dari perjalanan yang hendak ditempuh oleh organisasi.
Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga
rasional apabila keterpurukan pendidikan salah satunya disebabkan karena
kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
dan juga tidak membuat strategi pendidikan yuang adaptif terhadap
perubahan. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada
tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah,
berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorentasi kepada mutu.
Oleh sebab itu masa depan ideal lembaga pendidikan sebenarnya
sangat ditentukan oleh eksistensi pemimpinnya. Pemimpin lembaga
pendidikan memiliki otoritas dan bertanggung jawab penuh sesuai jenjang
manajerialnya terhadap efektifitas pengelolaan sekolah. Pemimpin memiliki
peran pengambilan keputusan(decision role) yang sangat kuat dan perlu
menjalankannya secara benar dan tepat sasaran, dengan peran ini dapat
dipastikan perubahan dan perkembangan masa depan pendidikan menjadi
jauh lebih baik. Pada hakekatnya kondisi inilah yang menjadi harapan
masyarakat sebagai user output lembaga pendidikan dan sudah seharusnya
menjadi paradigma berpikir pelaku institusi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Konsep dasar dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan?
2. Sebutkan Tipe-Tipe Kepemimpinan?
3. Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks MBS?
4. Bagaimana Kepemimpinan Transformasional dalam Kerangka MBS?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep dasar dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan.
2. Untuk Mengetahui Tipe-Tipe Kepemimpinan.
3. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks MBS.
4. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Transformasional dalam Kerangka
MBS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan


1. Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa
Inggris leadership yang berasal dari kata leader yang berarti
pemimpin. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan dan mengarahkan
sejumlah sumber daya untuk mencapai visi dan misi tertentu. 1
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota
kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi penting, yaitu:2
a. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun
pengikut
b. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang
c. Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan
yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya
dengan berbagai cara.
Hoyt, memaparkan kepemimpinan adalah kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada
kemampuan orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang di inginkan
kelompok.3 Selanjutnya lebih mendalam kepemimpinan menurut Young
yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan

1
Sriarta & Sudiana, Buku Panduan Pengembangan Soft Skill Mahasiswa Undiksha
Melalui Multilevel Role Model Berlandaskan Trikaya Parisuda, (Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha, 2009), h.37.
2
Nurkholis, Sekolah unggul yang tidak unggul, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.153.
3
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal Itu?,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998), h.50.
oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi
yang khusus.
Menurut Atmosudirdjo, Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai
suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada
kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau
yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan yang
sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau
melakukan apa yang dikehendakinya.4
Selanjutnya menurut Haiman berpendapat bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses dimana seseorang memimpin, membimbing,
direfleksikan dengan jiwa seni. Seni berarti di sini adalah yaitu indah
dalam mempengaruhi, indah dalam membimbing, dan indah dalam
mengarahkan.
Dari definisi-definisi di atas, kepemimpinan (leadership) memiliki
pengertian sebagai kemampuan yang harus dimiliki seseorang pemimpin
(leader) tentang bagaimana menjalankan kepemimpinannya sehingga
bawahan dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. bergeraknya orang-orang ini harus
mengikuti jalur tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan
merupakan hal yang semu dari kepemimpinannya itu. Adapun
penggerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, karena bukan merupakan
simbol atau kedudukan semata.
Sebagai penggerak suatu kelompok, pimpinan harus
melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang dijalin dengan kelompok
itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Memperhatikan secara jelas dan logis posisi, akan membantu orang
dalam memahami cara pandang
b. Mendengarkan setiap reaksi orang lain

4
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990),
h.62.
c. Melibatkan semua dalam diskusi dan menemukan alternatif tentang
cara pandang kita
d. Memecahkan perbedaan-perbedaan yang ada dengan argumen-
argumen yang benar
e. Tidak merubah pikiran hanya untuk menghindari konflik
f. Tidak terpaku dengan pilihan situasi win- lose.
2. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pimpinan harus
memiliki prinsip agar pengaruh kepemimpinannya dapat diarahkan
pada gerak tujuan yang ditetapkan. Menurut Covey (1997) prinsip
adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Prinsip
merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan
yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan,
sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Berikut merupakan prinsip-prinsip kepemimpinan menurut
Cover sebagai berikut:5
a. Seorang yang Belajar Seumur Hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga di luar
sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis,
observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
b. Berorientasi pada Pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab
prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir
sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
c. Membawa Energi yang Positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat.
Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan

5
Stephen R Covey, Kepemimpinan Yang Berprinsip, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1997),
h.112.
keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka
waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti:
1) Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk
staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi
dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,
kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
2) Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan
tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan
rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara
kehidupan dunia dan akhirat.
3) Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata „tantangan‟ sering di interpretasikan negatif.
Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab
kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan,
mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatif, keterampilan,
kreativitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan
kebebasan.
4) Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi
dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi
kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja
kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak.
Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,
Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi
hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan.
Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap
orang atasan, staf, teman sekerja.
5) Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri
sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia
tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam
mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan:
a) Pemahaman materi
b) Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
c) Mengajar materi kepada orang lain
d) Mengaplikasikan prinsip-prinsip
e) Memonitoring hasil
f) Merefleksikan kepada hasil
g) Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan
materi
h) Pemahaman baru
i) Kembali menjadi diri sendiri lagi.
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu sebagai berikut:6
1. Tipe pemimpin otokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah
merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai
berikut:
a) Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.

6
Aan Komariah dan Cepi Triatna,Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta :
PT.Bumi Aksara, 2005), h.81.
b) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c) Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
d) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain
karena dia menganggap dialah yang paling benar.
e) Selalu bergantung pada kekuasaan formal.
f) Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan
yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
2. Tipe kepemimpinan militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut:
a) Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat
dan jabatannya.
b) Senang kepada formalitas yang berlebihan.
c) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan.
d) Tidak mau menerima kritik dari bawahan.
e) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu
bersifat fathernal atau kebapakkan. Pemimpin seperti ini menggunakan
pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai
tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu
sentimentil. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan.
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk
mengembangkan inisiatif daya kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat
besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan
demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini
disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan
kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai
berikut:
a) Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi
dengan kepentingan organisasi.
c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik
bawahannya.
d) Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan
pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan
tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari
bawahan.
e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya.
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks MBS
Kepala sekolah (schol administrator) memegang peranan kunci dalam
keberhasilan aplikasi MBS. Bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan
menjadi bekal keniscayaan bagi kepala sekolah untuk mampu menjalankan
roda lembaganya secara berbasis MBS. Esensi mengenai kemampuan kepala
sekolah di dalam mengelola pendidikan telah banyak dibahas dalam literatur
akademik yang relevan. Kajian itu pada intinya dirakit sebagai suatu
pemikiran para penulis ke arah perbaikan profesionalisme manajemen
pendidikan menuju kinerja pendidikan yang bermutu, dalam makna efektif,
efisien, dan sehat. Pendidikan yang bermutu, baik proses maupun produknya
merupakan instrumen utama bagi penyelesaian persoalan-persoalan sosial dan
kemanusiaan yang ada di Indonesia, terutama dalam rangka menghadapi era
globalisasi dan perdagangan bebas.7
Kembali ke pemikiran tersebut, jelaslah bahwa kepala sekolah harus
dipilih dari kalangan guru yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan,
dan kompetensi yang sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan
kepemimpinan tim (tim leadership) bersama wakil kepala sekolah, demikian
juga dengan guru dan staf lainnya. Mereka ini bukan tidak mungkin nantinya
dipilih oleh anggota Komite Sekolah (School Board), yang anggotanya dapat
terdiri dari guru-guru, tokih masyarakat, LSM penyelenggaraan pendidikan,
alumni siswa, lembaga bisnis, para pakar, dan pihak-pihak lain yang
dipandang relevan. Secara tim, kepala sekolah akan memerankan fungsi
memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain strategis dan arah,
mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan sekolah, mengukur
dan melaporkan kemajuan yang dicapai.
Disamping itu, kepala sekolah dan tim harus mampu menjalankan
komunikasi dengan masyarakat, mengelola sumber-sumber, bekerja sama
dengan orang tua murid dan keluarga, serta membuat kebijakan dan praktik
kerja manjur bagi perbaikan prestasi belajar siswa. Di samping menjalankan
roda kepemimpinan di sekolahnya, kepala sekolah dan tim harus mampu
melakukan hubungan yang sinergis dengan Dinas Diknas, pemerintah
Kabupaten atau Kota, dan pengguna lain dalam kerangka :8
1. Mendesian program pendidikan dan pembelajaran
2. Menjadwalkan program pendidikan dan pembelajaran

7
Irham Fahmi,Manajemen kepemimpinan,Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfabeta,
2012),h.8.
8
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),
h.25.
3. Pengembangan staf
4. Program-program efektif
5. Menyeleksi material pembelajaran
6. Penganggaran
7. Pencarian dana
8. Optimalisasi penggunaan bangunan
9. Pendistribusian dana
10. Optimalisasi penggunaan bangunan
11. Mewawancarai staff
12. Menugaskan staff
13. Membangun semangat bagi orang tua dengan guru
14. Menggunakan tenaga dari luar yang akan melakukan fungsi profesional
dan layanan lain
15. Pengaturan seragam siswa
16. Tugas-tugas lainnya.
D. Kepemimpinan Transformasional dalam Kerangka MBS
Dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional 2000-2004 untuk sektor pendidikan disebutkan akan perlunya
pelaksanaan manajemen otonomi pendidikan. Perubahan manajemen
pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut proses pengambilan
keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik, dan demokrasi. Dalam
melaksanakan MBS menurut Komite Reformasi Pendidikan, kepala sekolah
perlu memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Untuk
mengakomodasikan persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi
kepemimpinan transformasional.9
Kepemimpinan transformasional dicirikan dengan adanya proses
untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan
memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencari sasaran.

9
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
2003), h.171.
Ciri-ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya
manajemen model MBS yaitu sabagai berikut.
1. Adanya kesamaan yang paling utama, yaitu jalannya organisasi yang
tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran bersama.
2. Para pelaku mengutamakan kepentingan organisasi dan bukan
kepentingan pribadi.
3. Adanya partisipasi aktif dari pengikut atau orang yang dipimpin.
Tipe kepemimpinan transformasional ini disarankan untuk diadopsi
dalam implementasi MBS karena ciri-ciri kepemimpinan transformasional
sejalan dengan gaya manajemen model MBS. Namun, saat ini di Indonesia,
sekolah sebagai organisasi formal masih digerakkan oleh kekuatan birokrasi,
belum didasarkan atas kesadaran bersama. Selama ini kepala sekolah
memimpin berdasarkan pesanan atasan. Kepala sekolah pun menerapkan gaya
kepemimpinan terserah atasan.
Budaya sekolah seperti ini harus diubah untuk menjamin
terlaksananya kepemimpinan transformasional dan implementasi MBS.
Langkah utama untuk mengubah budaya sekolah adalah dengan
memberdayakan kepala sekolah sebagai pemimpin. Pada era MBS ini,
menjadi kepala sekolah harus berbekal kemampuan kepemimpinan, terutama
kepemimpinan transformasional.10
Hal-hal yang harus dilakukan kepala sekolah dalam menerapkan
kepemimpinan transformasional dalam MBS adalah sebagai berikut:11
1. Kepala sekolah harus mengembangkan visi sekolah secara jelas.
Seluruh stakeholder dan terutama anggota dewan sekolah harus
dilibatkan dalam perumusan visi. Visi sekolah harus sejalan dengan
tujuan utama MBS, yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dan kinerja
sekolah secara umum.

10
Ibid, h.173.
11
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung : Alfabeta,2010), h.222.
2. Kepala sekolah harus mengajak stakeholder untuk membangun
komitmen dan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan pendidikan.
3. Kepala sekolah harus lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada
sebagai ”bos” yang didasarkan atas kekuasaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka kepemimpinan kepala sekolah
memegang peranan kunci dalam keberhasilan aplikasi MBS. Bekal
kemampuan, keahlian, dan keterampilan menjadi keniscayaan bagi kepala
sekolah untuk mampu menjalankan roda lembaganya secara berbasis MBS.
Terkait dengan hal tersebut, kepala sekolah harus dipilih dari kalangan guru
yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan, dan kompetensi yang
sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim
bersama wakil kepala sekolah dan juga guru. Secara tim, kepala sekolah akan
memerankan fungsi memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain
strategi dan arah, mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan
sekolah, mengukur dan melaporkan kemajuan yang dicapai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang
berasal dari kata leader yang berarti pemimpin. Kepemimpinan adalah suatu
proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan
dan mengarahkan sejumlah sumber daya untuk mencapai visi dan misi
tertentu. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para
anggota kelompok.
Berikut merupakan prinsip-prinsip kepemimpinan menurut Cover yaitu
seorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan, dan
membawa energi yang positif. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti percaya pada orang lain,
keseimbangan dalam kehidupan, melihat kehidupan sebagai tantangan,
sinergi, dan latihan mengembangkan diri sendiri
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu tipe pemimpin otokratis, tipe
kepemimpinan militeristis, tipe pemimpin fathernalistis, tipe kepemimpinan
karismatis, dan tipe kepemimpinan demokratis.
Kepala sekolah (schol administrator) memegang peranan kunci dalam
keberhasilan aplikasi MBS. Bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan
menjadi bekal keniscayaan bagi kepala sekolah untuk mampu menjalankan
roda lembaganya secara berbasis MBS. Kepala sekolah harus mampu
menampilkan kepemimpinan tim (tim leadership) bersama wakil kepala
sekolah, demikian juga dengan guru dan staf lainnya. Mereka ini bukan tidak
mungkin nantinya dipilih oleh anggota Komite Sekolah (School Board), yang
anggotanya dapat terdiri dari guru-guru, tokih masyarakat, LSM
penyelenggaraan pendidikan, alumni siswa, lembaga bisnis, para pakar, dan
pihak-pihak lain yang dipandang relevan. Secara tim, kepala sekolah akan
memerankan fungsi memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain
strategis dan arah, mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan
sekolah, mengukur dan melaporkan kemajuan yang dicapai.
Kepemimpinan transformasional dicirikan dengan adanya proses
untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan
memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencari sasaran. Ciri-
ciri kepemimpinan transformasional sejalan dengan gaya manajemen model
MBS yaitu adanya kesamaan yang paling utama, para pelaku mengutamakan
kepentingan organisasi dan bukan kepentingan pribadi, dan adanya partisipasi
aktif dari pengikut atau orang yang dipimpin.
Hal-hal yang harus dilakukan kepala sekolah dalam menerapkan
kepemimpinan transformasional dalam MBS yaitu kepala sekolah harus
mengembangkan visi sekolah secara jelas, kepala sekolah harus mengajak
stakeholder untuk membangun komitmen dan kesadaran secara bersama-sama
untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan, dan kepala sekolah harus
lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada sebagai ”bos” yang
didasarkan atas kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Covey. Stephen R. (1997). Kepemimpinan Yang Berprinsip. Jakarta: Binarupa


Aksara.
Fahmi, Irham. (2012). Manajemen kepemimpinan, Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin
Abnormal Itu?. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Mulyasa. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurkholis. (2002). Sekolah unggul yang tidak unggul. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Sriarta & Sudiana. (2009). Buku Panduan Pengembangan Soft Skill Mahasiswa
Undiksha Melalui Multilevel Role Model Berlandaskan Trikaya Parisuda.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai