Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

“Pemegang Otoritas Sekolah ”

Dosen Pengampu: Heri Hadi Saputra M,Pd.

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. SEPTIANI (E1E217166)
2. SARLAN (E1E217163)
3. YULIA WARDANI (E1E217188)
4. SAIFUL AMAR (E1E217159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemegang Otoritas
Sekolah “

Terimaka kasih kami ucapkan kepda dosen pembimbing yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, bahwa MAKALAH yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisanya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar kami bisa menjadi lebih baik lagi

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi kita semua dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan peningkatan ilmu pengetahuan.

Mataram, 7 Maret 2020

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemegang Otoritas Sekolah........................................................................................ 3

a. Pengertian otoritas sekolah...................................................................................... 3


b. Sumber-sumber otoritas sekolah ............................................................................ 4
c. Tujuan dan fungsi supervisi pendidikan ................................................................. 9
d. Ruang lingkup supervisi pendidikan ......................................................................10
e. Tata cara pelaksanaan supervisi pendidikan ...........................................................11
f. Peranan Supervisi Pendidikan.................................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai suatu sistem yang terdiri berbagai aspek, pendidikan haruslah dikelola secara
tepat agar tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Karena itu, untuk pengelolaan
pendidikan diperlukan administrator yang dapat berkinerja secara maksimal guna
mengingkatkan kualitas kelulusan yang diharapkan oleh masyarakat (wahyudi,2009:8).
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan harus memahami langkah-langkah
pokok organisasi dan manajemen yaitu: apa yang disebut tugas –tugas pokok atau
kegiatan-kegiatan pokok yang harus dijalankan oleh setiap orang yang memimpin
organisasi atau bagian dari organisasi itu (suryo subroto,2004:9).
Ada lima kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Pertama,
memahami visi organisasi danmemiliki visi kerja yang jelas. Kedua, mampu dan mau
bekerja keras. Ketiga, tekun dan tabah dalam bekerja dengan bawahan. Keempat,
memberikan layanan secara optimal dengan tetap tampil secara rendah hati. Kelima,
memiliki disiplin kerja yang kuat (Sudarman Danim,2010:150). Kelangsungan hidup dan
keberhasilan organisasi pada masa kini diantaranya tergantung pada kemampuan kepala
sekolah dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam konteks ini
organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk
mengelola perubahan yang ada dalam berkelanjutan, tantangan bagi seorang manajer
pendidikan yaitu kepada sekolah atau madrasah, pimpinan pesantren, rektor atau direktur
adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan agar
lebih maju.
Sementara permendiknas No.13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
menegaskan bahwa kepala sekolah profesional harus mempunyai kompetensi dalam
berbagai dimensi, yaitu: (1) dimensi kepribadian; berakhlak mulia, bersikap terbuka,
dapat mengendalikan diri. (2) dimensi manajerial; menyusun perencanaan pengembangan
sekolah, mengelola guru dan staf, sarana dan prasarana. (3) dimensi kewirausahaan;
menciptakan inovasi, memiliki motivasi kuat, pantang menyerah. (4) dimensi supervisi;
merencanakan, melaksanakan supervisi akademik dan menindaklanjuti hasilnya. (5)
dimensi sosial; bekerjasama dengan pihak lain, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
memiliki kepekaan terhadap orang lain.

1
Kepala sekolah yang memiliki kompetensi tinggi mutlak dibutuhkan untuk
membangun sekolah berkualitas, sekolah efektif, karena kepala sekolah sebagai
pemegang otoritas dalam pelaksanaan pendidikan disekolah perlu memahami proses
pendidikan di sekolah serta menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga proses
penyelenggaraan pendidikan disekolah dapat berjalan sesuai dan sejalan dengan upaya-
upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Maju mundurnya suatu
sekolah tidak terlepas dari peran kepala sekolah, karena “kepala sekolah berperan sebagai
kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah”. Untuk
mewujudkan sekolah efektif dibutuhkan kepala sekolah yang tidak hanya sebgai figur
personifikasi sekolah, tetapi juga paham tentang tujuan pendidikan, punya visi masa
depan serta mampu mengaktualisasikan seluruh potensi yang ada menjeadei suatu
kekuatan yang bersinergi guna mencapai tujuan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
g. Apa pengertian otoritas sekolah ?
h. Apa saja sumber-sumber otoritas sekolah ?
i. Apa tujuan dan fungsi supervisi pendidikan ?
j. Bagaimana ruang lingkup supervisi pendidikan ?
k. Bagaimana tata cara pelaksanaan supervisi pendidikan ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian otoritas sekolah
b. Untuk mengetahui sumber-sumber otoritas sekolah
c. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi supervisi pendidikan
d. Untuk mengetahui ruang lingkup supervisi pendidikan
e. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan supervisi pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemegang Otoritas Sekolah

A. Pengertian otoritas sekolah


Otorita atau otoritas merupakan bentuk kekuasaan seseorang ata
diri orang lain. Menurut Weber ( 1991), kata authority diturunkan
dari kata bahasa latin auctoritas. Digunakan dalam hukum roma
untuk menghadapi orang-orang yang menentang pemerintah atau
keputusan pemerintah. Dalam weberian sociology, authority
dianggap sebagai bagian dari kekuasaan; kuasa yang terlegitimitasi
dan terlindungi secara hukum untuk menjalankan kekuasaan atas
diri orang lain. Otoritas merupakan hak atau kuasa yang
terjustifikasi untuk memerintah, menegakkan hukum, bahkan
mengadili, yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi atau
memerintah orang lain.
Otoritas berkaitan dengan kekuasan yang dimiliki seseorang atau
kelompok orang memiliki hak, wewenang, dan legitimasi untuk
mengatur, memerintah, memutuskan sesuatu, menegakkan aturan,
menghukum atau menjalankan mandat, bahkan memaksakan
kehendak
Ada beberapa macam otoritas, yaitu sebagai berikut:
1. Ototritas garis (line authority), hubungan otoritas atasan,
yaitu seorang atasan mengambil keputusan dan
memberitahukanya kepada seorang bawahan, yang kemudian
membuat keputusan dan memberitahukanya kepada
seoarang bawahan lagi, dan seterusnya membentuk sebuah
garis dari puncak samapi tingkat terbawah sebuah struktur
organisasi.
2. Otoritas staf. Perkataan “staf” bererti sebuah tongkat yang
dipegang, untuk menunjang tubuh. Oleh karena itu, otoritas
staf berrti otoritas yang dipergunakan untuk menunjang

3
otoritas garis staf yang ditujukan untuk membantu pihak yang
memiliki otoritas

Otoritas sekolah adalah wewenang yang dimiliki pihak tertentu


dalam memimpin dan mengelola sekolah. Otoritas sekolah diartikan
sebagai kekuasaan resmidan legal dalam memimpin sekolah
sebagai lembaga pendidikan. Pemilik otoritas disekolah berhak
menyuruh pihak lain untuk bertindak dan taat pada pemerintahnya
Selama berkaitan dengan kepemimpinanya di sekolah. Otoritas
sekolah juga berkaitan dengan kekuasaan seseorang dalam
manajemen sekolah yang bertugas mengendalikan bawahanya agar
menjalankan tugas dan kewajibannya di sekolah.

B. Sumber-sumber otoritas sekolah


Sumber-sumber kekuasan atau otoritas sekolah dapat berasal dari
beberapa cara berikut:
1. Kekuasaan balas jasa(reward power), kekuasaan ini berasal
dari sejumlah balas jasa positif ( perkembangan karier yang
diberikan kepada pihak penerima untuk melaksanakan
perintah atau persyaratan lainya yang berkaitan dengan
kemajuan sekolah.
2. Kekuasaan paksaan (coercive power), kekuasaan ini berasal
dari perkiraaan yang dirasakan orang bahwa hukuman
(punischment) akan diterima jika tidak melaksanakan perintah
pimpinan yang berkaitan dengan sekolah, terutama pada
lembaga pendidikan swasta, yayasan pendidikan, dan yang
sejenisnya.
3. Kekuasaan sah ( legitimate power ). Kekuasaan ini
berkembang dari nilai-nilai internal yang mengemukan bahwa
seseorang pemimpin sekolah memiliki hak yang sah untuk
memengaruhi pimpinan lainya di sekolah. Seseorang
mempunyai kewajiban untuk menerima pengarug tersebut
karena orang lain ditentukan sebagai pemimpin atau
manajernya. Seseorang ditetapkan sebagai pimpinan sekolah

4
dan berhak menjalankan kepemimpinananya di sekolah sesaui
dengan ototritasnya.

Menurut Hani Handoko (2001), ada pandangan yang saling


berlawanan mengenai sumber wewenang pada umunya, termasuk
dalam manajemen sekolah, di antaranya sebagai berikut:

1. Teori formal ( pandangan klasik )


Wewenang ada karena seseorang diberi atau dilimpahkan hal
tersebut. wewenang berasal dari masyarakat secara hukum,
ditururnkan secara bergantian dalam konteks kepemimpinan.
Dalam kaitanya dengan manajemen sekolah, seeoramg
dilimpahkan kekuasaan oleh orang tua siswa sebagai warga
masyarakat untuk terlibat mengelola sekolah, misalnya
komita sekolah.
2. Teori penerimaan ( Acceptance Theory of Authority)
Teori ini berpendapat bahwa wewenang seseorang muncul
apabila hal itu dierima oleh kelompok atau individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan dan hal ini tidak
bergantung pada pemerintah ( receiver). Apabila dikaitkan
dengan manajemen sekolah, seseorang yang menerima
wewenang kepemimpinan dala sekolah dapt menjalankan
fungsi otoritasnya apabila memperoleh dukungan penerimaan
dari kelompok tertentu yang menghendaki kepemimpinan di
sekolah.
3. Tingkat manajemen
Di antara tiga tingkatan manajeman first level, middle, dan
top, tingkat otoritas manajerial tertinggi di puncak menurun
samapi ke bawah dalam organisasi. Garis ototritas ini di kenal
sebagai rantai komando ( chain of command). Rantai
komando ada jika seseorang menjadi bawahan dan yang lain.
Rantai konsep komando sebagaimana titunjukan oleh Buford,
Jr. dan Bedelan ( 1980) sangat berkaitan dengan prinsip

5
manajemen populer yang lain, yaitu prinsip saklar dan prinsip
kesatuan komando.
Prinsip saklar menyatakan bahwa gari otoritas yang tegas dari
manajer puncak ke masing-masing jabatan bawahan
memengaruhi komunikasi dan pengambilan keputusan.
Sebagaimana dalam kepemimpinan sekolah, sekolah kepala
sekolah memiliki garis kepemimpinan yang hieararki, baik ka
atas maupun ke bawah. ke atas bertanggung jawab kapada
kepala Dinas pendidikan, sedangkan otoritas ke bawah
berkaitan dengan wakil kepala sekolah, karyawan sekolah,
dan para guru.

Dengan uraian tersebut kepala sekolah dapat memberikan delegasi


atau pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
bawahanya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ralph C. Davis
(2002; 95) menyatakan bahwa pendelegasian wewenang berfungsi
melepaskan kedudukan dengan melaksanakan
pertanggungjawaban, memberikan sebagian pekerjaan atau
wewenang kepala sekolah bawahanya agar melaksanakan tugas
kepemimpinanya demi pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien.

Pendelegasian kepala sekolah memungkinkan bawahan yang


ditugasi dapat berkembang memcapai jenjang posisi yang yang
lebih tinggi sehingga semakin berperan dalam pengembikan
keputusan. Dengan demikian, delegasi wewenang kepala sekolah
adalah :

a. Proses mengalokasikan wewenang ke bawah, yaitu kepala


orang-orang yang melapor kepadanya.
b. Pemberian otoritas dan kekuasaan formal dan tanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan tetentu kepada orang lain.
Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan
agar sekolah dapat berfungsi secara efisisen karena tidak ada
atasan yang dapat mengawasi secara pribadi setiap tugas-
tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan.

6
Dengan demikian, delegasi wewenang dalam lembaga pendidikan
merupakan proses pimpinan sekolah mengalokasikan wewenangnya
kepada orang-orang yang merupakan bawahannya secara langsung.

Terdapat empat hal yang terjadi ketika delegasi dilakukan, yaitu :

a. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan


tugas kepada bawahan.
b. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan
untuk mencapai tujuan atau tugas.
c. Penerimaan delegasi menimbulkan kewajiban dan tanggung
jawabg.
d. Pendelegasian menerima pertanggungjawaban dari bawahan
untuk hasil yang dicapai.
 Sifat-sifat pendelegasian dalam sekolah
Ada beberapa sifat yang melekat pada delegasi dalam sekolah.
Pertama, pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hierarki
organisasian sekolah. Besar-kecilnya pendelegasian bergantung
pada tugas, hak, wewenang, kewajiban , kewajiban, tanggung
jawab, dan pertanggung jawab, dan pertanggung jawaban setiap
individu dalam hierarki organisasi sekolah. Kedua, pendelegasian
tidak dapat dintransfer dari sutu tugas ke tugas yang lain dalam
suatu organisasian sekolah karena satu pendelegasian berlaku
untuk satu tugas.

 Alasan-alasan pendelegasian.
Beberapa alasan penting dalam pendelegasian wewenang, yaitu :
a) Pendelegasian memungkinkan pimpinan sekolah untuk
mencapai hasil yang lebih baik daripada yang lain yang
menangani sendiri.
b) Delegasi dari atasan kepada bawahan merupakan proses
yang diperlukan agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien
c) Delegasi memungkinkan pimpinan sekolah memusatkan
tenaganya unttuk tugas-tugas prioritas yang lebih penting

7
d) Delegasi memungkinkan bawahan yang berkembang dan
dapat digunakan alat untuk belajar dari kesalahan.
e) Delekasi dibutuhkan karena pimpinan sekolah tidak selalu
memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan dan tidak selalu memahami masalah yang lebih
terperinci. Oleh sebab itu, dibutuhkan organ yang serendah
mungkin untuk menangani masalah yang semakin terperinci
yang terdapat cukup kemampuan dan informasi untuk
menyelesaikan.

Dalam kaitanya dengan otoritas sekolah terdapat pengembangan


proses belajar mengajar di sekolah yang berkaitan erat dengan
tugas-tugas supervisor sebagai pemimpin dan pelaksanan

Pelaksanaan supervisi pendidikan berkaitan dengan jabatan


struktural yang ada di suatu lembaga pendidikan, yang secara
hierarkis memiliki ototritas untuk melaksanakan pengawasan. Di
tingkat wilayah, supervisi di laksanakan oleh Kepala Wilayah
Departeman Pendidikan Nnasional, sedangkat di tingkat kecamatan
pelaksanaan supervisi dilaksanakan oleh pengawas, penilik, dan
kepala sekolah. Tugas dan wewenang supervisi kepala sekolah di
bantu oleh wakil kepala sekolah. Bahkan, secara subtantif tugas dan
tanggung jawab pengawasan dilaksanakan oleh semua guru dengan
prinsip pengawasan melekat, artinya suatu kondisi para pendidik
yang loyal terhadap pengabdianya sebagai pendidik sehingga untuk
pengembangan proses belajar mengajar dan kurikulum yang
pertama perlu dilakukan adalah evaluasi diri. Dengan evaluasi diri
yang terus-menerus kekurangan dan kelemahan lebih mudah
diketahui sehingga upaya perbaikan dan peningkatan potensi
sebagai pendidik akan lebih progresif.

Tugas supervisi pertama kali dilaksanakan oleh pemilik sekolah.


Pengawasan dilakukan ke setiap sekolah untuk menilai tingkat
perkembangan dan kemajuan sekolah serta pelaksanaan berbagai

8
kegiatan sekolah. Semua guru dan proses belajar mengajar diawasi
oleh pemilik sekolah.

Kepala sekolah pun bertindak sebagai supervisi yang mengawasi,


mengarahkan, membina, dan menilai kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah. Selanjutnya, dalam pengawasan ditemukan situasi positif
yang memungkinkan tercapainya tujua dengan baik dan situasi
negatif yang menghambat tercapainya tujuan. Follow-up supervisi
adalah bibimngan atau nasihat dari pihak supervisor kepada guru
dan karyawan untuk lebih meningkatkan hasil dan menghilangkan
semua hambatan dalam mencapai tujuan.

Supervisor senantiasa dituntut menciptakan situasi dan kondisi


belajar mengajar yang kondusif, menimbulkan semangat yang luar
biasa dari guru dan karyawan sekloah dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Dengan keadaan tersebut semua siswa termotivasi untuk
semakin kiat belajar dan mengejar prestasi akademik lebih baik.
Situasi dan kondisi siswa yang kreatif dan aktif dalam belajar, akan
menambah apresiasi para giru terhadap arahan dan binaan
supervior, dan hal itu bererti kepemimpinan supervisor telah
berhasil dalam meningkatkan kemajuan siswa.

Supervior selalu melakukan pengembangan potensinya dalam


memimpin sehingga dengan semakin berkembanganya ilmu
pengetahuan dan keterampilanya, ia mampu mengembangkan dan
mengarahkan sikap dan para guru untuk semakin memicu
semangat dan potensi masing-masing.

Supervior sekolah bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan


(guidance and counselling) untuk kemajuan sekolah. Supervisor
mengarahkan, membina, dan membimbing guru dan karyawan
sekolah untuk mencapai kesempurnaan dalam pekerjaanya. Dalam
melaksanakan tugasnya supervisor harus bersifat lapang dada atau
bijak dalam menerima berbagai saran dan kritik dari semua pihak

9
agar setiap pengambilan kesputusan mengahsilkan sesuatu yang
terbalik bagi kemajuan sekolah.

Adapun asas-asas yang berlaku dalam supervisi pendidikan


sebagaimana dikemukakan Daryanto, yaitu sebagi berikut.

1) Supervisi pendidikan adalah bagian terpadu dari program


pendidikan. Supervisi memperlakukan manusia sebagai
manusia seutuhnya, baik sebagai manusia perseorangan,
sosial, maupun mahkluk ciptaan tuhan.
2) Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
3) Supervisi pendidikan dilaksanakan secara musyawarah, saling
menghormati, bersedia menerima pendapat orang lain, dan
menyatakan pendapatanya sendiri.
4) Supervisi pendidikan memerhatikan kesejahteraan personel
pendidikan yang meliputi pemenuhan kebutuhan perorangan
dan sosialnya.
5) Supervisi pendidikan dilaksanakan oleh orang-orang yang
telah mendapat pendidikan atau latihan dalam bidang
supervisi.

Dengan asa-asas tersebut supervisi yang baik mengarahkan


perhatianya pada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belaar serta
perkembangan dalam pencapain tujuan umum pendidikan. Kinerja
supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar
mengajar secara total, misalnya memperbaiki mutu mengajar guru,
membina pertumbuhan profesi guru, termasuk pengadaan fasilitas
yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan
mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran,
prosedur dan tehnik evaluasi pengajaran, dan sebagainya. Fokusnya
pada setting for learnig, bukan pada seseorang, guru dan pegawai

10
sekolah lainya merupakan teman sekerja ( coworkes ) yang sama-
sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan
terciptanya kegiatan belajar mengajar yang baik ( Ngalim Purwanto,
1992;77)

C. Tujuan dan fungsi supervisi pendidikan


Tujuan supervisi dapat diperinci sebagi berikut:
1) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis eduktif di
sekolah, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan
yang ditetapkan.
2) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai denga
ketentuan yang berlaku sehingga berjalan lancar dan
memperoleh hasil yang optimal.
3) Menilai keberhasilan seklah dalam pelaksanaan tugasnya.
4) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
5) Memberikan bibimbingan langsung untuk memperbaiki
kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan serta membantu
memecahkan masalh yang dihadapi sekolah sehingga dapat
mencegah kesalahan yang lebih jauh.
6) Mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.

Menurut Muriel Crosby dalam bukunya, Coordinating a Supervitory


Program, in Supervision Emerging Profession, tujuan supervisi
pendidikan, yaitu menciptakan kondisi yang memungkinkan
pemberian bantuan kepada guru agar mampu membina dirinya
sehingga semakin mampu dan terampil dalam menjalankan usaha-
usaha yang menunjang proses belajar mengajar, perumusan tujuan
ini dapat diuraikan bahwa supervisi bertujuan untuk menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan guru menemukan cara-cara
yang paling tepat untuk:

1) Memahami karakteristik dan kemampuan siswa secara


individual dalam proses belajar

11
2) Menciptakan suasana yang mendorong siswa aktif belajar
serta berusaha mencoba dan menemukan sendiri jawaban
soal ( masalah ) serta memberikan makna kepada mereka
terhadap pengalaman belajar
3) Menjadikan kegiatan di sekolah bersifat dinamis dan kreatif
serta mempunyai arti untuk kehidupan manusia ( Yusak
Burhanuddin, 2002: 100).

Dengan demikian, supervisi merupakan proses belajar yang


mengahasilkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kerja yang
baru. Dengan kata lain, supervisi pendidikan bertujuan
menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku para petugas
sekolah, khususnya guru-guru mereka mampu menjalankan
tugasnya di sekolah sebagai tenaga kependididkan yang
profesional.

D. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan


Supervisior bertugas mengawasi, membina, mengarahkan, dan
mengembangkan semua civitas akademika yang berlangsung di
sekolah. Seluruh kepentingan administrasi sekolah, seperti
penerimaan calon siswa, penempatan siswa baru, penyususnan
kurikulum, penempatan guru disesuaikan dengan keahlianya
masing-masing pengembangan dan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah, ketatausahaan sekolah, interaksi sekolah
dengan masyarakat, kerja sama di bidang pengembangan pndidikan
dengan semua pihak, dan sebagianya merupak inti dari ruang
lingkup supervisi pendidikan.
Dengan pertimbangan tersebut, ruang lingkup utama dari supervisi
pendidikan dalah:
1) Pelaksanaan kurikulum
2) Ketenagaan atau personel sekolah
3) Ketatausahaan atau administrasi
4) Saran dan prasarana pendidikan
5) Hubungan sekolah dengan masyarakat

12
6) Kerja sama pengembangan penyelenggaran pendidikan
dengan semua pihak yang bersifat menguntungkan bagi
peningkatan pembelajaran siswa dan pengembangan
kurikulum atau peningkatan fasilitas sekolah.

E. Tata Cara Pelaksanaan Supervisi Pendidikan


Pelaksanaan supervisi pendidikan berkaitan dengan jenis-jenis
supervisi, yaitu sebagi berikut.
1) Supervisi umum, yaitu supervisi yang dilakukan terhadap
seluruh kegiatan yang tidak memiliki hubungan langsung
dengan perbaikan proses dan strategi pembelajaran.misalnya,
pengawasan terhadap pengelolaan administrasi sekolah,
pengawasan terhadap kondisi bangunan sekolah, alat-alat
kantor, dan inventaris sekolah.
2) Supervisi pengajaran, yang dilaksanakan dengan
memfokuskan pada pengelolaan pembelajaran. Semua
kegiatan supervisi diarahkan pada upaya memecahkan
masalah yang berhubungan secara langsung dengan
perngembangan pendidikan.
3) Supervisi klinis, yaitu pengawasan yang dilakukan untuk
mencari penyebab adanya kegagalan penerapan kurikulum,
kelemahan metode pembelajaran, dan semua hal yang
menjadi faktor penghambat bagi perbaikan proses belajar
mengajar. Dalam supervisi klinis, guru dibantu untuk
menyesuaikan diri dengan situasi belajar siswa dan
menyelaraskan metode dan materi yang diajarkan. Dalam
supervisi klinis baru dalam pembelajaran supervisior
membimbing dan mengarahkan para guru, melatih
menggunakan alat peraga baru dalam pembelajaran,
mendengarkan sebanyak mungkin keluhan, pendapat, dan
gagasan para guru melakukan hubungan interaksional yang
sosiatif anata supervisior dengan para guru dan karyawan
sekolah serta semua yang ada di lingkungan sekolah.

13
4) Pengawasan melekat, dilaksanakan oleh semua guru, sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.
5) Pengawasan fungsional, dilaksanakn oleh para pengawasan
yang tugas, fungsi, dan jabatanya sebagai pengawas.

Pelaksanaan supervisi pendidikkan secara operasional dituntun oleh


panduan atau pedoman supervisi yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Sebagaimana di jelaskan dalam pedoman
supervisi pendidikan, supervisi harus memerhatikan hal-hal berikut :

1) Supervisi hedaknya dilaksanakan dengan persiapan dan


perencanaan yang sistematis.
2) Sebelum dilakukan supervisi, semua pihak yang akan di
supervisi diberi tahu melalui surat resmi yang didalamnya
terdapat penjelasan dan waktu pelaksanaanya.
3) Dalam pelaksanaan supervisi, para supervisor melakukan
pengawasan secara langsung, pengamatan, dan pemeriksaan
administrasi sekolah, melakukan wawancara, kunjungan, dan
sebagianya. Hasil pengumpulan data dijadikan cacatan bagi
pengembangan proses belajar mengajar, sistem administrasi
sekolah, pengembangan kurikulum, dan sebagianya.
4) Laporan yang di dalamnya menjelaskan hasil-hasil supervisi,
kelebihan dan kekurangan sekolah yang disupervisi dibuat
rangkap tiga, masing-masing dilaporkan pejabat diknas, untuk
supervisor, dan untuk sekolah yang bersangkutan.
5) Semua aspek yang telah disupervisi memperoleh nilai-nilai
tertentu, baik dengan simbol huruf maupun angka atau
dengan checklist atau ratingscale.
6) Semua aspek yang telah dinilai menurut format yang telah
dipersiapkan sebelumnya di bagi secara keseluruhan sehingga
memperolah nilai rata-rata untuk setiap unsur yang dinilai.
7) Berdasarkan penilaian yang telah dirata-ratakan, dibuat
rekapitulasi mengenai penilaian sekolah yang bersangkutan.

14
Pelaksanaan supervisi tidak selamanya dilakukan denga cara formal
sehingga pihak sekolah, yaotu guru, siswa, dan staf administrasi
seklah menjadi tegang ketika supervisor datang kesekolahnya.
Keadaan tersebut telah lama dirasakan oleh lembaga pendididkan
pada masal lalu. Kini pelaksanaan supervisi dapat dilakukan dengan
teknik yang sederhana dan penhuh keakraban.

Setiap permasalahan ynag dialami sekolah diakumulasikan dan


dibicarakan bersama-sama. Kepala sekolah melakukan tanya jawab
secara langsung dengan para guru atau staf administrasi berkaitan
dengan masalah yang dihadapi. Demikian pula, dengan para guru
secara langsung dapat melaporkan berbagai masalah yang
ditemukan kepala sekolah sebagai supervisor terdekat di tempatnya
bekerja.

Dalam rapat yang dilakukan oleh pihak sekolah ditentukan malasah


yang akan dibicarakan, misalnya malasah prestasi akademik siswa,
kurikulum, strategi pembelajaran alternatif, sarana dan prasarana
sekolah, pengembangan metode belajar mengajar, pendidik, dan
sebagianya.

Pertemuan dengan para guru dapat dijadwalkan ketika supervisor


melakukan kunjungan sekolah, terutama apabila dalam kunjungan
sekolah tersebut dilakukan pembinaan, pengumpulan data berbagai
masalah, kondisi objektif semua proses pembelajaran yang telah
berlangsung di sekolah yang bersangkutan.

Pentingnya rapat sekolah dan kunjungan sekolah merupakan bagian


dari tehnik pelaksanan supervisi adalah sebagai berikut:

1) Setiapa rapat sekolah dapat disajikan alat supervisi karena


adanya pertanyaan peserta rapat yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi sekolah.
2) Jawaban kepala sekolah terhadap pertanyaan yang berkaitan
dengan keadadan sarana prasarana sekolah, masalah
kurikulum, metode belajar mengajar, dan kinerja semua pihak

15
dalam penyelenggaran pendidikan merupakan bagian dari
pembinaan dan pengarahan. Oleh karena itu, fungsi
supervisinya terlihat dalam situasi rapat yang sedang
berlangsung.
3) Dalam rapat dibicarakan berbagai kegiatan sekolah yang
melibatkan semua personel sekolah, seperti rencana kegiatan,
seminar, diskusi panel, studium general, workshop, semiloka
lokakarya, simposium, dan jenis kegiatan lainya, yang
sebelumnya dibahas mengenai tujuan kegiatan yang
dimaksudkan. Dengan demikian, semua pihak akan
memperoleh informasi penting untuk kemajuan dan
peningkatan profesionalitasnya sebagai pendidik ataupun
sebagai staf administrasi sekolah.

Selain adanya fungsi supervisi dalam rapat sekolah, kunjungan


kelas pun merupakan salah satu tehnik supervisi yang sangat
bermanfaat bagi perbaikan sistem pembelajaran sekolah dan bagi
peningkatan kinerja semua personel sekolah.

Kunjungan kelas dilakukan oleh kepala sekolah ke dalam kelas


untuk menanmpung keluhan siswa berkaitan dengan proses belajar
mengajar atau keluhan siswa berkaitan dengan proses belajar
engajar atau keluhan para guru yang setiap hari mengajar di depan
kelas. Kepala sekolah akan menjawab dan menjelaaskan semua
masalah yang ditanyakan. Dalam proses pelaksanaanya kunjungan
kelas biasanya dilakukan dengan perencanaan yang matang dan
dimusyawaratkan denga wakil kelas yang menangani anak didiknya.

Kunjungan kelas dilakukan oleh kepala sekolah biasanya berkiatan


dengan informasi mengenai siswa tertent yang prestasi belajarnya
baik atau buruk. Kunjungan kelas dapat dipandang sebagai
observasi berlangsung. Dengan cara itu indikator-indikator yang
dikeluhkan dapat diperoleh sehingga mempermudah pemecahan
malasah yang dihadapi oleh siswa atau gurunya.

16
Daryanto mengatakan bahwa perencanaan kunjungan kelas
dilakukan oleh kepala sekolah dengan guru kelas yang akan
dikunjungi bersama-sama secara demokrasi berdasarkan kesulitan-
kesulitan yang telah dialami bersama, hal-hal yang akan
diobservasi, dan waktu pelaksanaan yang baik. Pelaksanaan
kunjungan kelas merupakan observasi yang dilakukan seinformal
mungkin dengan selalu memerhatikan prestise guru dalam
kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi, dan
menjunjung tinggi prinsip demokratisasi dalam kepemimpinan.

Setelah kinjungan kelas dilakukan, langkah selanjutnya adalah


analisis masalah dan klasifikasi permasalahan yang dihadapi.
Kelebihan dan kekurangan yang ada di lapangan dijadikan bahan
rapat. Hasil analisis masalah disimpulkan dan nilai. Setelah itu,
kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan.

Proses pencairan ide atau gagasan untuk memecahkan malasah


dilakukan secara bersama-sama. Kepala sekolah dengan para guru
mencari solusi alternatif yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi. Hal yang penting dalam kegiatan kunjunga sekolah adalah
sikap kepala sekolah pada waktu mengadakan observasi atau waktu
berhadapan dengan guru setalah observasi selesai.

Pendekatan terhadap permasalahan yang dihadapi melalui


kunjungan kelas dapat dilakukan dengan pendekatan dialogis, yaitu
melakukan tanya jawab dengan siswa di dalam kelas atau dengan
guru yang sedang mengajar di kelas dapat pula menggunakan
pendekatan monologis apabila sumber masalahanya berkaitan
dengan seorang siswa atau seorang guru. Untuk siswa biasanya
ditugaskan kepada pembimbing dan pembina. Bimbingan dan
pembinaan dimaksudkan untuk mengarahkan minat dan bakat
siswa serta menemukan akar masalha yang dihadapinya. Untuk
kemudian ditawarkan solusinya.

17
Cara supervisi seorang kepala sekolah tidak sama dengan kepla
sekolah yang lain, bergantung pada tipe atau corak
kepemimpinanya. Kepala sekolah yang otoriter menjalankan
supervisi untuk mengetahui, kesalahan-kesalahan bawahanya. Guru
yang melakukan benyak kesalahan, mendapat kondite buruk, dan
sebaliknya yang patuh mendapat kondite bagus dan dicalonkan
untuk menduduki pangkat yang lebih tinggi. Tidak ada usaha untuk
memberikan mimbingan atau pembinaan. Supervisi di jalankan
secara mendadak, tampa sepengetahuan guru yang diawasi.
Susasna demikian tidak menumbuhkan kesadaran untuk
memperbaiki diri dan memajukan pendidikan, tetapi mengakibatkan
guru dan staf administrasi tidak merasa nyaman di sekolah
tersebut ( Daryanto, 2002: 188)

Suasana tegang yang diakibatkan oleh tipe kepemimpingan yang


otoriter akan mengganggu suasana belajar mengajar. Guru dan
siswa akan takut berhadapan dengan kepala sekolah. Kepala
sekolah yang otoriter bertindak semena-mena dalam mengambil
keputusan dan memberikan sanksi kepada guru yang dianggapnya
bersalah. Hal tersebut menciptakan rasa dendam, bukan melahirkan
kesadaran nurani.oleh sebab itu, guru dan siswa akan mencari-cari
kesalahan kepala sekolah. Sekecil apapun kesalahan tersebut akan
menjadi batu sandungan bagi karier kepala sekolah pada masa
depan.

Ada pula kepala sekolah yang melakukan pengawasan tampa


aturan. Bahkan, seolah-olah memberiarkan keadaan sekolah kacau.
Guru dan siswa pun tidak membina hubungan timbal balik. Semua
bekerja sendiri-sendiri. Prinsip yang dibangun hanyalah
menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang hanya hadir di
sekolah, mengisi absensi, dan pulang. Demikian pula, guru
mengajar di depan kelas, tentang mengerti tidaknya siswa yang
diajarkan bukan urusan yang harus diteliti. Kepemimpinana model
ini tidak akan memberikan perubahan positif bagi pengembangan

18
dan kemajuan sekolah. Kepemimpinan model itu disebut sebagai
kepemimpinan yang bercorak laissez faire.

Ada pula kepala sekolah yang kepemiminanya bercorak


paternalistik. Ia menganggap semua guru debagai bawahan yang
harus di asuh. Semua karyawan di anggap belum dewasa. Ia banyak
memberikan arahan dan pembinaan, tetapi tidak menerima
pendapat dari orang lain.

Pendapat para guru menurutnya masih perlu diluruskan dan tidak


penting diperbincangkan. Dengan kepemimpinan peternalistik,
semua bawahannya dilindungi, diasuh, dan dipimpin untuk
mengikuti cara-cara yang dipegangnya, tetapi semuanya dilakukan
dengan cara yang berlebihan, misalnya over proctetive terhadap
bawahan.

Model kepemimpinan yang terbaik dalam kaitanta dengan


pelaksanaan supervisi kepala sekolah adalah model kepemimpinan
demokrasi kerana dengan kepemimpinan demokrasi, semua
bawahnya bebas mengutarakan pendapat dan pikiranya sehingga
kreativitas siswa akan berkembang, terutama dalam
mengembangkan metode pembelajaran, interaksi antarsiswa,
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagianya.

Kepemimpinan demokrasi akan membuka peluang kaderisasi


pemimpin. Semua personel sekolah diberi kesempatan untuk
mengutarakan ide dan gagasan baru solusi terhadap masalah yang
dihadapi. Musyawarah terus dilakuakan untuk merumuskan
berbagai program yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan
pengembangan kurikulum dan pelaksanaan proses belajar
mengajar.

Pengawasan secara demokrasi memiliki ciri-ciri berikut:

19
1) Bersifat terpadu dan terencana sehingga semua pihak
mengetahui tujuan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah atau petugas supervisi lainya.
2) Dilaksanakan secara rutin sehingga semua masalah dan
solusinya dapat dievaluasi dengan cermat.
3) Semua pihak mengutarakan pendapat dan mendiskusikannya
sehingga musyawarah dilakukan hingga, memperoleh kata
mufakat
4) Supervisor bukan pemegang kedaulatan absolut, melainkan
seorang pemimpin yang moderat, yang memiliki rasa hormat
kepada semua bawahanya.
5) Semua bawahan dipandang dari segi prestasinya, bukan dari
unsur lain yang berasal dari sikap kolusif dan nepotisme.

Kepala sekolah yang demokratis memilki kewibawaan yang


berpengaruh pada sikap-sikap guru, siswa, dan semua staf. Jika
menghadapi guru yang kurang disiplin dan tidk taat terhadap
peraturan yang berlaku atau yang tidak peduli terhadap masalah
yang dihadapi sekolah, ia akan melakukan pendekatan persuasif
untuk menanyakan latar belakang yang di rasakan oleh guru
tersebut. dengan demikian, pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan guru itu ditetapkan dengan cara yang adil dan bijaksanan
sehingga tidak menciptakan perasaan sakit hati dan dendam.

F. Peranan Supervisi Pendidikan


Supervisi berfungsi membantu (assisting), memberikan support (supporting), dan
mengikutsertakan, sehingga peranan supervisi pendidikan menurut Pieter F. Olivia
(dalam Sahertan,2000), adalah:
 Sebagai Koordinator
 Sebagai Konsultan
 Sebagai pemimpin kelompok
 Sebagai evaluator

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan bahwa otoritas itu berhubungan dengan kekuasaan yang
dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang memiliki hak , wewenang dan
legitimasi untuk mengatur, memerintah, memutuskan sesuatu, menegakkan aturan,
menghukum atau menjalankan suatu mandat bahkan untuk memaksakan kehendak.
Melalui pengertian tersebut, otoritas . Otoritas sekolah adalah wewenang
yang dimiliki pihak tertentu dalam memimpin dan mengelola
sekolah. Otoritas sekolah diartikan sebagai kekuasaan resmidan
legal dalam memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikanmemiliki
kaitan yang sangat erat dengan kuasaan yang dimiliki seseorang

21
DAFTAR PUSTAKA

Tatang S.2016. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah.Bandung:CVPustaka Setia.

E Mulyasa.2006.Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Daryanto dan Muhammad Farid.2013.Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di


Sekolah.Yogyakarta:Gava Media.

Husni,karna.2015.Manajemen Perubahan Sekolah.Bandung:CV Pustaka Setia.

22
PROFIL KELOMPOK 4

SEPTIANI SARLAN

23
YULIA SAIFUL
WARDANI AMAR

24

Anda mungkin juga menyukai