Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN MUTU DALAM LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini diajukan unstuck memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen


Pendidikan Islam.

Dosen Pengampu; Fiqih Amrullah,S.H.I,M.Pd.I

Disusun Oleh; Kelompok 5

1. Ayu Mulyati 20.01.00


2. Ninda Salsabila 20.01.0027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL-AMIN INDRAMAYU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan Rahmat dan HidayahNya kepada kita semua, sehingga penyusunan
makalah dengan judul “Manajement mutu dalam lembaga pendidikan” dapat
terselesaikan tepat waktu.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Pendidikan Islam. Sebagai ungkapan rasa syukur terselesaikannya penyusunan
makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs.H. Sulaiman Hasan, m.A., selaku ketua program studi PAI
2. Bapak Fiqih Amrullah, S.H.I, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
manajemen pendidikan islam.

Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membaca makalah ini. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Indramayu, 19 November 2022

Ketua Kelompok;

Ayu Mulyati
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Bagaimana manajement lembaga pendidikan islam?.....................................


B. Bagaimana manajemen peningkatan mutu sekolah?......................................
C. Apa yang dimaksud manajemen corporate lembaga pendidikan islam?........
D. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan?....................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan Islam harus dapat menunjukkan eksistensinya


sebagai lembaga pendidikan yang mampu bersaing di era global yang akan
banyak diminati oleh pengguna lembaga pendidikan karena mampu merespon
tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara luas. Untuk itu, lembaga
pendidikan Islam harus secepatnya berbenah diri menjadi lembaga pendidikan
unggul dan efektif serta mampu menunjukkan karakter Islaminya dalam
merespons perkembangan pendidikan dan tuntutan pengguna pendidikan
khususnya pendidikan Islam. Agar menjadi pendidikan yang unggul dan
berdaya saing tinggi serta diminati oleh masyarakat, lembaga pendidikan
Islam harus mulai berbenah diri yang berorientasi pada kebutuhan dan
tuntutan dunia global tanpa menghilangkan eksistensi dan karakteristik
Islaminya. Maka dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan beberapa
langkah-langkah dan solusi dalam rangka merespons tuntutan dan kebutuhan
lembaga pendidikan Islam akan literatur tentang manajemen mutu pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas penyusun makalah merumuskan rumusan


masalah sebagai media untuk memudahkan penyajian makalah sebagai berikut;

1. Bagaimana manajemen lembaga pendidikan islam?

2. Bagaimana Manajemen peningkatan mutu sekolah?

3. Apa yang dimaksud Manajemen corporate lembaga pendidikan islam?

4. Bagaimana Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu


pendidikan?
C. Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui Konsep, Proses dan Subtstansi Manajemen Lembaga Pendidikan


Islam.

2. Mengetahui Manajemen peningkatan mutu sekolah.

3. Mengetahui Manajemen corporate lembaga pendidikan islam.

4. Mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

1. Konsep Manajemen Secara Umum Manajemen berasal dari kata manage


atau managiare yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Mengapa
kuda? Sebab, kuda mempunyai daya kemampuan yang hebat. Dalam pengertian
manajemen terkandung dua kegiatan, yaitu fikir (mind) dan kegiatan tindak laku
(action).[1] Sedangkan dilihat dari bahasa Inggris, kata manajemen merupakan
kata kerja tomanage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan
mengelola yang bersinonim dengan kata tohand yang berarti mengurus; tocontrol
yang berarti memeriksa; dan toguide (memimpin). Jadi, menurut asal kata dan
leksika, kata manajemen memiliki arti sebagai pengurusan, pengendalian,
memimpin atau membimbing.[2]

2. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Manajemen pendidikan pada


hakikatnya adalah suatu proses penataan kelembagaan pendidikan yang
melibatkan sumber daya manusia dan nonmanusia dalam menggerakkannya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Proses penataan ini akan
melibatkan pelaksanana beberapa fungsi manajemen yang oleh pakar manajemen
pendidikan sering disebut sebagai POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling)[3]. Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya
keterkaitan antara proses yang pertama dan berikutnya.

Sistem manajemen pendidikan di Indonesia dikenal dengan Manajemen Berbasis


Sekolah (MBS). MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen dimana
sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan
pendidikan secara mandiri dan juga memiliki karakteristik yang harus difahami
oleh lembaga pendidikan yang menerapkannya. Karakteristik MBS didasarkan
pada input, proses, dan output. Pertama, Output Pendidikan adalah kinerja
(prestasi) sekolah. Kinerja sekolah dihasilkan dari proses pendidikan. Output
pendidikan dinyatakan tinggi jika prestasi sekolah tinggi dalam hal akademik,
nonakademik dan prestasi lainnya seperti kinerja sekolah dan guru meningkat.
Kedua, Proses ialah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain
(output). Di tingkat sekolah, proses meliputi pelaksanaan administrasi dalam arti
proses (fungsi) dan administrasi dalam arti sempit. Sekolah yang efektif terdiri
dari proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi, kepemimpinan sekolah
yang kuat, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang efektif. Ketiga,
Input adalah sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses. Input
terbagi empat, yaitu Input Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi kepala sekolah,
guru, pengawas, staf TU dan siswa; Input Sumber Daya meliputi peralatan,
perlengkapan, uang, dan bahan; Input Perangkat (manajemen) meliputi struktur
organisasi peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, kurikulum, rencana
dan program; Input Harapan meliputi visi, misi, strategi, tujuan dan sasaran
sekolah.[4]

Dalam manajemen pendidikan Islam diperlukan dua aspek yang terpadu, yaitu
menyatunya sikap manager dan leader yang berciri khas Islam atau yang dijiwai
oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Beberapa ajaran dan nilai-nilai Islam yang terkait
dengan pengembangan manajemen penidikan Islam adalah sebagai berikut:[5]

Pertama, me-manage pendidikan Islam dimulai dengan niat. Niat adalah sesuatu
yang direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk diwujudkan dalam kenyataan
(perbuatan). Niat ini harus muncul dari hati yang bersih dan suci, karena
mengharap ridhoAlloh SWT serta ditindaklanjuti dengan mujahadah yakni
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan niat dalam bentuk amal
(perbuatan) dan konsisten dengan sesuatu yang direncanakan. Setelah niat
diwujudkan kemudian dilakukan dengan muhasabah yakni melakukan control dan
evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan.

Kedua, Islam adalah agama amal atau kerja (praksis). Inti ajarannya adalah
bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridhoAlloh SWT melalui kerja atau
amal sholih dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepada-Nya. Hal
ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan orientasi
kerja.Nilai-nilai tersebut sepatutnya menjadi kekuatan pendorong dan etos kerja
bagi pengembangan manajemen pendidikan Islam. Uraian pada kedua point
tersebut menggaris bawahi adanya nilai-nilai esensial yang perlu ditegakkan atau
dijadikan watak, sikap dan kebiasaan seseorang atau kelompok dalam bekerja
(termasuk dalam manajemen pendidikan)[6].

B. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang


memiliki kemampuan atau kompetensi. Baik kompetensi akademik maupun
kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, yang
secara menyeluruh disebut sebagai kecakapan hidup (lifeskill). Pendidikan
kecakapan hidup adalah pendidikan bermutu, baik quality in fact maupun quality
in perception (Sudrajat, 2005: 17). Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan,
madrasah harus dapat melaksanakan pengelolaan yang didasarkan pada
peningkatan mutu pendidikan madrasah.[7] Aplikasi manajemen peningkatan
mutu pendidikan terhadap sekolah maupun madrasah didasarkan atas pemikiran
bahwa para administrator dan manager pendidikan perlu menemukan kerangka
kerja yang muncul dari dalam lembaga. Dalam meningkatkan mutu pendidikan,
Benner (1992) mengidentifikasi prinsip-prinsip mendasar tentang mutu, yaitu

(1) definisi kualitas lebih mengacu pada konsumen, bukan pada pemasok,

(2) konsumen adalah seorang yang memperoleh produk atau layanan, seperti
mereka yang secara internal dan eksternal terkait dengan organisasi dan bukannya
“pembeli” atau “pembayar”,

(3) mutu harus mencakupi persyaratan kebutuhan dan standar.

(4) mutu dicapai dengan mencegah kerja yang tidak memenuhi standar,
bukannya dengan melacak kegagalan, melainkan dengan peningkatan layanan dan
produk yang terus-menerus,
(5) peningkatan mutu dikendalikan oleh manajemen tingkat senior, tetapi semua
yang terlibat di dalam organisasi harus ikut bertanggung jawab, mutu harus
dibangun dalamsetiap proses,

(6) mutu diukur melalui proses statistik, anggaran mutu adalah anggaran biaya
yang tidak disesuaikan dengan tuntutan persyaratan sehingga terjadi
“kesenjangan” antara penyerahan barang, (7) alat yang paling ampuh untuk
menjamin terjadinya mutu adalah kerja sama (tim) yang efektif, dan

(8) pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang fundamental terhadap organisasi
yang bermutu.

Membahas konsep manajemen lembaga pendidikan Islam akan timbul beberapa


asumsi pemahaman tentang penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam itu
sendiri. Hal ini disebabkan lembaga pendidikan Islam mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai dengan corevalue yang dikembangkan. Nilai-nilai inti yang
menjadi ajaran Islam inilah yang akan mewarnai proses pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan Islam. Perilaku menajerial dalam mengelola lembaga
pendidikan Islam harus senantiasa didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang
bersunber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta praktik-praktik keteladanan yang
diberikan oleh para ulama dan pemimpin Islam. Penjelasan tentang konsep
manajemen lembaga pendidikan Islam sangat di pengaruhi oleh beberapa asumsi
yang mendasari dalam sistem pengelolaannya. Asumsi-asumsi yang di maksud
antara lain :

(1) teori-teori yang digali dari sumber dan khazanah ke-Islaman;

(2) teori-teori yang manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan
pendidikan secara umum yang ada pada saat ini;

(3) teori-teori manajemen yang telah berkembang dalam dunia bisnis dan
pendidikan secara umum dengan menjadikan Islam sebagi nilai untuk memandu
dalam proses penelenggaraan pendidikannya.

Ketiga asumsi tersebut, yang perlu di perhatikan adalah bagaimana kita dapat
mengelola lembaga pendididkan Islam dengan baik sehingga menjadi bermutu
dan berkualitas sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai. Manajemen disini
pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menata lembaga
pendidikan Islam dengan melibatkan seluruh sumber daya manusia dan
nonmanusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien di lembaga pendidikan Islam.[9]

C. Manajamen Corporate dalam Lembaga PendidikanIslam

Corporatepada dasarnya adalah suatu bentuk usaha kerjasama. Korporasi produksi


pendidikan terdiri dari penyelenggara peserta, dan pengguna hasil pendidikan
dengan peran yang berbeda (Musa, 2008:139). Penyelenggara pendidikan adalah
satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat swasta,
didukung oleh pemimpin (seperti rektor, dekan, ketua, direktur, dan kepala
sekolah), pendidik (guru dan dosen) dan tenaga pendukung administrasi
kontribusi dan peran penyelenggara dalam bentuk dana investasi dan operasional,
guru dan tenaga kependidikan, sarana belajar, kurikulum, dan fasilitas pendukung
yang diperlukan bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran, yaitu produksi
kompetensi.[10] Komponen korporasi pendidikan kedua adalah peserta didik yang
bekerjasama secara langsung dengan pendidik dalam melaksanakan transformasi
ilmu pengetahuan yang dikaji sehingga menjadi sebuah kompetensi yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Alumni dikelompokkan kedalam komponen peserta
didik yang berfungsi sebagai katalisator efektifitas dan efisiensi proses produksi
kompetensi sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan dunia kerja kependidikan
dan nonkependidikan. Komponen korporasi ketiga adalah penggunaan kompetensi
hasil pendidikan yaitu orang tua dan keluarga peserta didik, masyarakat, dunia
kerja, bangsa, dan Negara. Stakeholder pendidikan ini sangat mengharapkan
proses produksi yang ada dalam lembaga pendidikan bisa berjalan dengan baik
dan berkualitas sehingga bisa menghasilkan output yang bermutu. Mutu produksi
data dijadikan sebagai jaminan yang bisa diberikan kepada stakeholder pendidikan
sehingga tidak enggan lagi untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana
maupun sarana dan prasarana yang bisa dijadikan sebagai penunjang dalam
melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. Dalam iklim yang kompetitif
sekarang ini sulit dibagi organisasi untuk dapat hidup dengan baik jika tidak
memiliki kemampuan untuk merubah hidup diri dengan cepat dan mampu
berkembang seiring dengan berbagai tuntunan stakeholder. Kondisi ini berlaku
hampir pada keseluruhan organisasi baik yang bersifat profit maupun organisasi
yang bersifat non-profit. Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan yang
termasuk lembaga nonprofit juga tidak terlepas dari fenomena ini. Itulah sebabnya
dalam lembaga pendidikan harus mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan
stakeholder. Pemerintah dalam hal ini telah memberikan regulasi kepada lembaga
pendidikan untuk selalu menyertakan stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui
apa yang disebut dengan komite sekolah.[11] Secara alamiah proses hidup atau
matinya suatu organisasi selalu tergantung kepada kemampuan organisasi
memenuhi manajemen pendidikan. Demikian pula dengan sekolah harus selalu
mampu mengidentifikasi kebutuhan stakeholder. Namun demikian, sebelum
sekolah mengidentifikasi harapan dan kebutuhan stakeholder, sekolah harus
mampu menentukan terlebih dahulu siapa-siapa yang menjadi stakeholdernya.
Bahkan lebih jauh dari itu, madrasah juga harus mampu mengidentifikasi siapa
yang menjadi stakeholder potensialnya. Kondisi ini diperlukan karena tidak setiap
organisasi memiliki produk atau layanan yang dapat atau cocok diperuntukan
bagi semua orang. Oleh karena itu setiap organisasi harus mengetahui sasaran
utama dari produk/layanan yang diberikannya.[12]

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah dalam Meningkatkan


Mutu Pendidikan

sebagai lembaga pendidikan Islam harus dikelola dengan baik agar menjadi
berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi terhadap lembaga pendidikan
lainnya. Untuk mewujudkan madrasah yang berkualitas, sangat dibutuhkan kepala
madrasah yang kreatif dan inovatif serta mampu menggerakkan seluruh sumber
daya yang berkualitas dalam mencapai visi dan misi madrasah. Kepala madrasah
sebagai manager harus mampu mengelola madrasah dengan baik dan penuh
tanggung jawab serta dapat memberdayakan sumber daya manusia dan
nonmanusia yang ada di madrasah dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.[13] Suatu organisasai akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-
programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan
segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Dalam suatu organisasi,
berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinan yang dilaksanakan
oleh pemimpin tersebut efektif dan efisien, salah satu tugas yang harus dilakukan
adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya.[14] Untuk
mendukung efektifitas dan efisiensi kinerjanya, seorang kepala sekolah/madrasah
harus memiliki beberapa kompetensi khusus diantaranya:

i. Kompetensi Profesional Kepala sekolah/madrasah dituntut mempunyai


kompetensi profesional sebagai pemimpin dan manajer di sekolah supaya dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan
kepemimpinan pendidikan dengan sebaik mungkin termasuk di dalamnya sebagai
pemimpin pengajaran. Selain itu juga agar kepala sekolah dapat melaksanakan
tugas kepemimpinannya dengan seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan yang diemban dalam mengoperasikan sekolah. Kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan mempunyai tugas dalam menjalankan manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dengan
demikian, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi
kunci atas keberhasilan terhadap sekolah yang dipimpinnya.

ii. Kompetensi Wawasan Kependidikan Dan Manajemen Kompetensi


wawasan kependidikan dan manajemen yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
berkaitan erat dengan : (1) menguasai landasan pendidikan (2) menguasai
kebijakan pendidikan (3) menguasai konsep kepemimpinan dalam tugas, peran
dan fungsi kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer di
sekolah harus mampu mengadakan perbaikan pendidikan yang dipimpinnya.
Perbaikan mutu pendidikan, harus diiringi dengan penataan kelembagaan dengan
manajemen yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan
dituntut bisa mengelola lembaganya dengan baik sehingga bisa menjadi lembaga
pendidikan yang maju dan kompetitif. Lembaga pendidikan yang majuakan
mampu berkembang dengan baik dan bisamenghasilkanoutput yang berkualitas.

iii. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki


oleh kepala sekolah sebagaimana dijelaskan dalam standar kompetensi kepala
sekolah adalah sebagai berikut: a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b)
Berakhlak mulia c) Memiliki etos kerja yang tinggi meliputi disiplin dalam
bekerja, bersemangat, meiliki rasa percaya diri, berinisiatif, kreatif, tekun dan
cekatan dalam bekerja. d) Bersikap terbuka mau menerima saran dan kritik.

iv. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh kepala
sekolah sebagaimana dijelaskan dalam standar kompetensi sekolah antara lain :
(1) mampu bekerja sama dengan orang lain, (2) berpartisipasi dalam kegiatan
kelembagaan/sekolah, (3) berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan
berperan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Untuk menjadi kepala
sekolah yang sukses dalam menjalankan kepemimpinannya, harus mempunyai
kompetensi sosial salah satunya adalah terampil dalam berkomunikasi yang
efektif sehingga dapat mengubah perilaku staff, guru dan peserta didik di sekolah.
Untuk mengubah perilaku tersebut, kepala sekolah memerlukan kemampuan dan
seni mempengaruhi. Seni mempengaruhi sangat penting dimiliki oleh kepala
sekolah, karena salah satu dari fungsi kepemimpinan adalah mempengaruhi orang
lain untuk diajak bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah secara efektif dan
efisien.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Terdapat empat pendekatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu:

1. Suatu lembaga pendidikan harus memformulasikan visi apa yang


dimaksud kualitas Dan bagaimana dapat dicapai.
2. Manajemen ikut terlibat secara aktif
3. Lembaga pendidikan harus cermat Dan berhati-hati dalam merencanakan
Dan mengorganisasikan upaya perbaikan mutu dengan langkah awal yang
betul-betul efektif Dan
4. Pengendalian dilakukan seluruh proses

DAFTAR PUSTAKA

[1]Kedua kegiatan tersebut, tampak fungsi-fungsi manajemen seperti planning,


organizing, directing, coordinating, controlling, dll.

[2]Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-


Ruzz Media. 2012. Hal 111

[3]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal 24

[4]Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-


Ruzz Media. 2012. Hal 114-115.

[5]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal 7-8.

[6]Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media


Grup. 2011. Hal 7-8.
[7]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media. 2013. Hal

[8]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal 277.

[9]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal 29-30.

[10]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal 191-192.

[11]Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media


Grup. 2011. Hal 23-24.

[12]Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media


Grup. 2011. Hal 23-24.

[13]PrimMasrokanMutohar. Manajemen Mutu Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media. 2013. Hal

[14]Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-


Ruzz Media. 2012. Hal 425

Anda mungkin juga menyukai