Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL, STRUKTUR SOSIAL


KELAS DAN INTERAKSI SOSIAL

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti

Perkuliahan Sosiologi Pendidikan

Pembimbing: Drs. Syafaruddin M.Pd

Oleh:

AISYAH NURHUDA SUCI


11810322777

ADMINISTRASI PENDIDIKAN 6B
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1442 H/202I M
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
melengkapi makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan membawa
manusia ke jalan kesempurnaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat, juga bagi
seluruh keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai hari kiamat. Tujuan
penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Sosiologi Pendidikan serta diharapkan melalui makalah ini penulis dapat
memperluas wawasan terkait sekolah sebagai sistem sosial, struktur sosial kelas
dan interaksi sosial.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Syafaruddin
M.Pd. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mengenai penyusunan
makalah ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis memohon kritik
dan saran dalam penulisan makalah ini, agar penulis dapat memperbaiki dan
menyempurnakan makalah berikutnya dengan baik dan benar.
Harapan penulis, makalah ini dapat diterima dan memberikan manfaat
yang besar bagi para pembaca dan khalayak umum, dan khususnya bagi penulis
sendiri. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 17 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekolah Sebagai Sistem Sosial ........................................................................... 3

B. Sekolah Sebagai Struktur Sosial Kelas ............................................................... 5

C. Sekolah Sebagai Interaksi Sosial ...................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16

B. Saran................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peserta didik merupakan suatu aspek pendidikan


dimana seorang guru dituntut untuk memahami dan mengawal dalam setiap
tahap perkembangan, agar proses pendidikan dapat berhasil sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh pendidik dan pesertadidik. Perkembangan itu pun
harus dikawal dalam semua lingkungan peserta didik, meliputi: lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan-lingkungan itu yang banyak
mempengaruhi pola pikir dan dan tingkah laku seorang peserta didik. Dan
suasana yang diciptakan dari lingkungan-lingkungan tersebut itu yang akan
menjadi budaya bagi pesertadidik.

Kebudayaan sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar


terhadap pola perilaku anak didik, terutama dalam proses belajar mengajar.
Ternyata apa yang dihayati oleh siswa seperti sikap dalam belajar, sikap
terhadap kewibawaan, dan sikap terhadap nilai-nilai tidak berasal dari
kurikulum sekolah yang formal, melainkan berasal dari
kebudayaansekolahitu. Maka dari itu, segala aspek yang menjadi unsur
sekolah berpengaruh pada pola pikir peserta didik. Baik berupa lokasi
sekolah, tata kelas, sistem sosial yang ada di sekolah, dan lain sebagaimana.

B. Rumusan Masalah

Agar lebih mempermudah pembahasan dalam motivasi kerja, perlu


kiranya dibuat perumusan masalah agar pembahasan dalam makalah ini lebih
sistematis. Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana sekolah sebagai sistem sosial?

1
2. Bagaimana sekolah sebagai struktur sosial kelas?
3. Bagaimana sekolah sebagai interaksi sosial?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini dapat di uraikan sebagai berikut :


1. Mengetahui sekolah sebagai sistem sosial.
2. Mengetahui sekolah sebagai struktur sosial kelas.
3. Mengetahui sekolah sebagai interaksi sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sekolah Sebagai Sistem Sosial


1. Pengertian Sekolah
Sekolah berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan
segala perlengkapannya yang merupakan tempat untuk
menyelenggarakan proses pendidikan bagi kelompok manusia. Dengan
demikian, apabila kita mendengar perkataan “sekolah” maka yang
terbayang adalah lingkungan fisik seperti itu. Bayangan sekolah sebagai
lingkungan fisik seperti itu diperkuat dengan keseragaman relative
mengenai bentuk bangunan dan perlengkapannya, sehingga dapat
dikatakan bahwa kondisi fisik sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat
relative sama. Sekolah berarti suatu proses atau kegiatan belajar
mengajar.1
Jadi dalam hal ini sekolah dipandang sebagai sebuah pranata
untuk memenuhi kebutuhan khusus tertentu. Bisa juga “sekolah”
diartikan sebagai sebuah organisasi, yaitu organiasi social yang
mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan
tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan.
Sesungguhnya ketiga pengertian itu selalu berdampingan, karena proses
belajar berjalan dalam sebuah lokasi dan diselenggarakan oleh organisasi
yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu. Penampilan keterpaduan
antara ketiga makna tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
jumlah, tingkat usia, serta karakteristik lain yang menandai orang-orang
yang terlibat didalamnya serta tujuan,program kerja dan kegiatan yang
dilaksanakan, lama waktu penyelenggaraan,dan pendekatan yang
digunakan. Akan tetapi diantara semuanya itu terdapat persamaan yaitu

1
http//:www.academia.edu/6718046/sekolah-sebagai-sistem-sistem.html. (Di akses pada
17 April 2021, jam 07:00 WIB)

3
bahwa setiap lembaga yang dinamakan sekolah berperan mengurusi
manusia,bukan mengurusi benda-benda mati.
2. Pengertian Sistem Sosial
Menurut kamus besar (KBBI) sistem memiliki tiga arti, yaitu:2
a. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas.
b. Susunan teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainnya
c. Metode
Dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu keteraturan hubungan
antar unsur-unsur atau bagian sehingga membentuk totalitas. Sedangkan
pengertian sosial menurut kamus (KBBI) kata sosial memiliki dua arti:
a. Berkenaan dengan masyarakat
b. Memperhatiakan kepentingan umum (suka menolong dan
3
menderma).
Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah sesuatu yang dihubungkan atau
dikaitkan dengan orang lain (perteman, masyarakat). Maka sistem sosial
dapat difahami sebagai saling keterkaitan yang teratur antar individu
sehingga membentuk totalitas. Definisi sistem sosial seperti ini
mencakup berbagai fenomena: mulai dari persahabatan sampai
masyarakat, mulai dari kelompok sampai negara.
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi pendidikan formal,
yaitu suatu lembaga sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan
berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem
sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan dan
nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persimpangan terbuka antara
sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan
keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah berkembang.
Sistem penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, karena

2
Damsar, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.94.
3
Ibid., h. 95

4
mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku. Sekolah terdiri
dari orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang
yang berada di sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya
sistem interaksi tersebut tetap terjaga. Peran yang dapat diidentifikasi di
sekolah adalah guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, dan laian-lain. 4

B. Sekolah Sebagai Struktur Sosial Kelas

1. Pengertian struktur
Secara harfiah, struktur dapat diartikan sebagai susunan atau
bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang
berkaitan dengan sosial, struktur sosial adalah tatanan atau sususnan yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Struktur
sosial juga dapat diartikan sebagai jaringan dari pada unsur-unsur sosial
yang pokok dalam kehidupan dimasyarakat.5
2. Struktur Sosial Kelas6
Ruang kelas merupakan miniatur dari kelompok yang lebih
besar, yaitu masyarakat karena di sana berkumpul person-person dari
latar belakang status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda, meskipun
dengan struktur profesi dan peran yang sama. Beberapa ciri khas struktur
kelas yang memiliki kesamaan dengan masyarakat adalah sebagai
berikut.
a. Komposisi Anggota.
Heterogenitas adalah aspek umum yang hampir selalu ada
dikelas manapun. Di sana, selain latar belakang kehidupan yang
berbeda-beda, juga terdapat perbedaan jenis kelamin (seksualitas)
kecuali di sekolah khusus, keberagaman agama, sampai pada
karakteristik individu yang saling berlainan secara fisik maupun
psikis yang ditandai dengan perbedaan antar personalnya. seperti

4
http//:www.kuliaPAIyuk...!sosiologipendidikansekolahsebagaisistemsosial-files.html.
(Diakses pada tanggal 17 April 2021, jam 17:25 WIB).
5
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 72.
6
http://www.ejournaliainkendari.ac.id/index.phpshautut-tarbiyah/article.html. (Di akses
pada tanggal 17 April 2021, jam 14:30 WIB).

5
halnya dalam masyarakat karena institusi pendidikan berlaku
universal yang memberi kebebasan bagi siapa saja yang memenuhi
syarat untuk bergabung.
b. Struktur Birokratis Berupa Peran dan Status.
Di dalam kelas yang majemuk itu, terdapat suatu tata aturan
kelas yang diikat oleh sekolah dan diperankan oleh wakil-wakil
siswa yang disebut pengurus kelas. Lahirlah berbagai “jabatan” yang
terbentuk secara hierarkis sesuai dengan tugas dan kewenangan
mereka di dalam kelas, baik itu oleh guru yang berperan sebagai wali
kelas maupun siswa-siswanya yang terakumulasi dalam jabatan
ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan seterusnya.
Pola imitatif yang dibawa dari lingkup luar masyarakat ini
tersusun karena diperlukannya sistem penegakan tata aturaninstitusi
serta pola pengendalian sosial yang ketat mengingat fungsi dunia
pendidikan yang sedemikian nyata sehingga memerlukan tindakan
konkret untuk pelestarian fungsi institusi dan segenap norma-norma
kelas dan sekolah tersebut. Salah satu bentuknya adalah penetapan
status birokratis dari unsur-unsur kelas yang merepresentasikan
anggota-anggotanya sebagai wujud dari masyarakat kecil. 7
3. Pola Komunikasi dalam Kelas
Komunikasi menjadi elemen penting dalam segala kegiatan
dikelas karena memungkinkan adanya pertukaran interaksi timbal balik
antara warga kelas (murid-murid ataupun murid-guru). Selain itu, arti
penting komunikasi dalam pencapaian tujuan belajar di kelas adalah
untuk mengkomunikasikan dan menyalurkan informasi dan keterampilan.
Konsekuensi logisnya, setiap kelas memerlukan adanya pola alur
komunikasi yang berjalan secara lancar dan efektif dari masing-masing
pihak.
Aktivitas penyampaian informasi dari guru dijelaskan dalam
berbagai paparan tentang materi pelajaran beserta penjelasannya yang

7
Moh. Padil, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: UIN-Maliki Press, 2007), h. 145

6
kadang disertai dengan berbagai tugas dan pertanyaan yang disampaikan
kepada murid sebagai bentuk komunikasi dari guru.
4. Iklim Sosial di Kelas
Kelas merupakan perwujudan masyarakat heterogen kecil
dimana di dalamnya terdapat variasi komposisi dan hubunganantar
personal yang melahirkan mekanisme interaksi sosial yang kontinu.
Mekanisme ini terus berlanjut dalam lingkup sosialnya (dikelas) dan
secara faktual terakumulasi ke dalam bentuk-bentuk hubungan antara
individu-individu di dalam suatu kelas ataupun hubungan kelompok.
Hal terpenting adalah interelasi yang terjadi antara guru dengan
murid yang melambangkan bentuk konkret dari suasana kelas dan
membentuk suatu iklim sosial. Pembentukan iklim sosial kelas sangat
bergantung pada variasi hubungan guru-murid serta alur penerimaan
informasi dan komunikasi yang kesemuanya dinaungi dalam sebuah
koridor gaya kepemimpinan dari seorang guru, baik yang mengikuti
kepemimpinan terpusat (sentralistik), demokratis maupun gaya
kepemimpinan yang memberi kebebasan penuh (laissez faire) kepada
para muridnya. Dari perpaduan itulah terbentuk berbagai macam iklim
sosial di kelas yang merefleksikan bentuk hubungan vertikal kelas antara
guru-murid dalam kegiatan belajar di dalam kelas yang sangat
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar ataupun
bersosialisasi didalamnya. 8
Menurut Faisal dan Yasik (1985) terdapat enam iklim
sosialyang timbul di kelas yaitu sebagai berikut.
a. Iklim Terbuka
Dalam iklim terbuka ini, tingkah laku guru menggambarkan
integrasi antara kepribadian seorang guru sebagai individu dan
peranannya sebagai pimpinan di dalam kelas. Dia selain memberikan
kritik, juga mau menerima kritikan dari para siswa. Hubungan guru
dengan siswa bersifat fleksibel sehingga suasana ini dapat

8
Nasution, Op.Cit., h. 73

7
mempertinggi kreativitas siswa karena mereka dapat bekerja sama
dan berkreasi tanpa adanya beban mental.Kebijaksanaan yang
diambil seorang guru biasanya memberikan kemudahan bagi setiap
siswa untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Efeknya, setiap
murid biasanya dapat memperoleh kepuasan dalam melaksanakan
tugas hubungan ini serta dapat memperlancar jalannya organisasi di
kelas maupun organisasi di sekolah yang lebih luas.
b. Iklim Mandiri
Dalam bentuk ini, masing-masing mendasarkan pada
kemampuan dan tanggung jawab yang mereka miliki. Para siswa
mendapatkan kebebasan dari guru untuk mendapatkan kebebasan
kebutuhan belajar dan kebutuhan sosial mereka. Mereka tidak terlalu
dibebani dengan tugas-tugas yang berat dan menyulitkan mereka.
Untuk memperlancar tugas siswa, seorang guru membuat
prosedur dan peraturan yang jelas, yang dikomunikasikan didalam
kelas. Yang lebih esensial dalam iklim mandiri ini, antara guru dan
siswa bekerja sama dengan baik, penuh tenggang rasa, dan penuh
kesungguhan hati. Kepercayaan dan tanggung jawab masing-masing
membuat guru memberikan kelongggaran-kelonggaran sehingga
kontrol yang ketat tidak diperlukan karena para murid dipercaya
memiliki moral yang cukup tinggi.
c. Iklim Terkontrol
Dalam iklim terkontrol ini, titik sentral kebijakan seorang
guru adalah menekankan pada pencapaian prestasi siswa di kelas,
tetapi di sisi lain justru mengorbankan kepuasan kebutuhan sosial
siswa. Oleh karena tuntutan ini, para guru menjalankan komando
mengajar secara kaku dan keras serta siswa diharuskan menjalankan
kegiatan belajar dengan keras. Mereka akhirnya sibuk dengan
kesibukannya sendiri-sendiri sehingga tidak bisa mendapat
kesempatan untuk membentuk hubungan kerja yang lebih akrab dan
sosialitas tinggi.

8
Hubungan pribadi sesama siswa jarang dilaksanakan karena
mereka sibuk dengan pekerjaan atau tugas mereka sendiri-sendiri
yang dituntut prestasi dan keberhasilannyata.Fungsi pimpinan sangat
dominan karena tidak adanya fleksibilitas dalam organisasi kelas
tersebut. Setiap pembelajaran yang telah terjadwal dijalankan secara
ketat dan full dan untuk menjaga keberlangsungan belajarnya guru
menerangkan aturan yang keras dan disertai sanksi fisik atau
nonfisik yang berlaku mulai saat itu juga. 9
d. Iklim Persaudaraan
Pada jenis ini, hubungan yang terjadi antara guru dan siswa
sangat erat, baik dalam kegiatan belajar maupun kegiatan di luar itu.
Kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan sosial sangat menonjol,
tetapi umumnya guru kurang mempunyai kegiatanyang berorientasi
pada fase oriented.
Para siswa tidak dibebani dengan tugas-tugas yang
menyulitkan, sebab guru berusaha agar para siswa dapat bekerja
semudah mungkin dan merasa bahagia. Kelas merupakan satu ikatan
keluarga sehingga di antara mereka banyak terjalin komunikasi dan
saling menasihati. Pendekatan guru terhadap anak didiknya sangat
personal walaupun masih memerankan diri mereka sebagai
pimpinan. Dalam kelas seperti ini tidak banyak aturan yang
digunakan sebagai pedoman sehingga akibatnya tugas belajar kurang
diperhatikan. Pengaruh lainnya, prestasi belajar kurang optimal
karena tidak pernah mendapatkan kritik.
e. Iklim Tertutup
Dalam model ini, seorang guru tidak memberikan
kepemimpinan yang memadai kepada para siswa. Ia mengharapkan
agar setiap siswa mengembangkan inisiatif masing-masing. Namun
ia tidak memberi kebebasan kepada para siswa untuk merealisasikan

9
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 93-94

9
inisiatif tersebut secara nyata karena tidak adanya keterbukaan dan
komunikasi yang efektif.
Antara siswa yang satu dengan yang lain kurang dapat
bekerja sama dengan baik. Akibatnya, prestasi yang dicapai pun
rendah karena seringkali timbul perbedaan persepsi dan pandangan
tentang prestasi yang harus ditargetkan. Para guru menerapkan
aturan-aturan yang semuanya bersifat sepihak dan kurang
memperhatikan kepentingan siswa.

C. Sekolah Sebagai Interaksi Sosial


Interaksi yaitu suatu tindakan timbal balik atau saling berhubungan
antara dua individu atau lebih. Dari definisi tersebut maka hubungan pendidik
dengan peserta didik disekolah dapat dikatakan sebagai suatu interaksi sosial.
Sebab hubungan antar pendidik dan peserta didik mengandung suatu tindakan
timbal balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak atau
komunikasi, disamping itu, hubungan antar pendidik dan peserta didik dapat
dipandang sebagai suatu sistem, yaitu sebagai komponen yang saling
berhubungan dan ketergantungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
keseluruhan.
Untuk pemahaman lebih dalamnya lagi mari kita kupas tuntas
tentang pendidik-peserta didik terdiri dari dua pihak yang saling terikat pada
suatu ikatan moral dan etika profesi kependidikan. Sebelum membentuk
hubungan pendidik-peserta didik, sebagai individu, masing-masing
mempunyai motif, keinginan, kebutuhan, dan orientasi sendiri tentang
berbagai macam tentang pendidikan dan kependidikan. Interaksi di Sekolah. 10
Menurut Horton dan Hunt (1999) sistem interaksi di sekolah dapat
ditinjau dengan menggunakan tiga perspektif yang berbeda,yakni:
1. Hubungan antara warga sekolah dengan masyarakat luar.
2. Hubungan di internal sekolah lintas kedudukan dan peranannya.

10
Setiadi dan usman kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Prenada Media Group,1995),
h. 90.

10
3. Hubungan antar individu pengemban status atau kedudukanyang sama.
Dalam kategori pertama, hubungan interaktif antara orang dalam dengan
orang luar mencerminkan keberadaan sekolah sebagai bagian masyarakat.
Para guru, murid dan seluruh warga di sekolah juga pengemban status-status
lain di masyarakat. Sehingga interaksi di sekolah merupakan kombinasi
berbagai nilai dari masyarakat yang dibawa oleh para warga sekolah. Para
guru, kepala sekolah, murid-murid juga bagian dari masyarakat mereka.
Mereka membawa sikap dan perilaku ke sekolah, sebagai hasil dari hubungan
dengan tetangga, teman, partai politik dan berbagai ragam kelompok
kepentingan.
Sementara secara formal, sekolah memiliki pihak-pihak yang
bertanggung jawab mengadakan hubungan antara masyarakat dengan pihak
sekolah. Dalam hal ini, pihak yang paling berkepentingan mengadakan
hubungan dengan masyarakat adalah pengawas sekolah. Pengawas sekolah
bertanggung jawab menjamin kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sementara di tingkat internal pengawas
sekolah juga berkewajiban memberikan perlindungan atas orientasi
masyarakat sekolah dari tuntutan-tuntutan luar yang kurang masuk akal.
Sebagai pengamat atau evaluator pengawas sekolah juga memiliki tugas
memelihara keharmonisan hubungan antara kelompok-kelompok yang
berbeda di sekolah.
Hubungan antar status juga seringkali menimbulkan konflik antar
peran. Di dalam sekolah, tanggung jawab penjaga sekolah menyangkut
kebersihan bertentangan dengan keinginan warga sekolah untuk
menggunakan fasilitas sekolah semaksimal mungkin. Kebebasan profesional
guru juga bertentangan dengan kepentingan pengawas sekolah dalam
menciptakan kelancaran pengajaran di tiap-tiap kelas. Keinginan kepala
sekolah untuk menerapkan inovasi baru harus berhadapan dengan
keengganan guru dan murid untuk menerima perubahan. Salah satu konflik
yang cukup krusial saat ini adalah konflik keinginan pengawas sekolah untuk
mencapai hasil pengajaran yang terbaik sesuai dengan anggaran biaya yang

11
tersedia berhadapan dengan tuntutan organisasi persatuan guru untuk
memperoleh jaminan pekerjaan dan gaji yang memadai. 11
Namun selain menimbulkan konflik, hubungan antar status
merupakan bagian dari orientasi lembaga sekolah. Secara fungsional untuk
mencapai tujuan yang diharapkan sekolah membutuhkan peran dan kiprah
dari berbagai status dan kedudukan.Sehingga kerja timbal balik antarstatus
diprioritaskan untukmelancarkan proses pencapaian tujuan organisasi.
Sekolah membutuhkan hubungan yang harmonis antarguru dan muridagar
tujuan pengajaran di kelas dapat tercapai secara maksimal.Sekolah
membutuhkan kerja sama antarberbagai pihak agar rodaorganisasi dapat
berjalan dengan lancar.
Hubungan antar individu atau kelompok dalam jenis status yang
sama juga tidak lepas dari bagian interaksi di sekolah. Paraguru selain
memiliki persamaan peran sesuai statusnya juga menggambarkan berbagai
perilaku guru yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan perbedaan karakter,
sikap dan pengalaman individu dalam melancarkan aktivitas di sekolah. Kita
ketahuibersama untuk status siswa pun juga telah terbentuk aneka ragam
karakter dan perilaku individu maupun kelompok yang berbedabeda.

11
http//www.annafitrotunnisa.wordprees.com/tugas-kelas-sekolah-pendidikan.html.
(Diakses pada tanggal 17 April 2021, jam:08:00 WIB).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi pendidikan formal, yaitu
suatu lembaga sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya
individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Struktur sosial
adalah tatanan atau sususnan yang membentuk kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat. Struktur sosial juga dapat diartikan sebagai jaringan dari
pada unsur-unsur sosial yang pokok dalam kehidupan dimasyarakat.
Interaksi yaitu suatu tindakan timbal balik atau saling berhubungan
antara dua individu atau lebih. Dari definisi tersebut maka hubungan pendidik
dengan peserta didik disekolah dapat dikatakan sebagai suatu interaksi sosial.

B. Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnan baik dari segi isi
maupun tata penulisannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damsar. 2012. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Http//:www.academia.edu/6718046/sekolah-sebagai-sistem-sistem.html. (Di akses


pada 17 April 2021, jam 07:00 WIB.)

Http//:www.kuliaPAIyuk...!sosiologipendidikansekolahsebagaisistemsosial-
files.html. (Diakses pada tanggal 17 April 2021, jam 17:25 WIB.)

Http//www.annafitrotunnisa.wordprees.com/tugas-kelas-sekolah-pendidikan.html.
(Diakses pada tanggal 17 April 2021, jam:08:00 WIB).

Http://www.ejournaliainkendari.ac.id/index.phpshautut-tarbiyah/article.html. (Di
akses pada tanggal 17 April 2021, jam 14:30 WIB).

Nasution, S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Padil, Moh. 2007. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: UIN-Maliki Press.

Setiadi dan kolip usman. 1995. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Prenada Media
Group

Anda mungkin juga menyukai