PERENCANAAN PENDIDIKAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Disusun oleh:
Kelompok
Anggota:
PAI IV C
1
KATA PENGANTAR
Atas tersusunnya makalah ini yang tidak lepas dari bantuan dan dukungan
semua pihak yang membantu dan mendukung :
1. Drs. Asep Herdi, M.Ag. yang telah memberikan tugas kepada kami dan
membimbing dalam perkuliahan dan presentasi kami.
2. Orang Tua kami yang telah mendukung, memfasilitasi dalam perjalanan
pendidikan perkuliahan.
Kami mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan kami baik dalam
penyampaian, jawaban dan penyusunan makalah ini.Kritik dan saran yang
membangun sangat kami nantikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia dan pembangunan seluruh masyarakat yang maju dan
berkepribadian luhur sesuai cita-cita pendiri bangsa. Yang dengannya
menciptakan manusia yang memanusiakan manusia. Tidak hanya ilmu
setinggi mungkin yang harus diperoleh, namun juga bentuk
pengamalannya. Dengan ilmu, timbul kerendahan hati dan terbentuklah
suatu akhlak yang terpuji.
Pendidikan dan perencanaan merupakan suatu rangkaian proses
kegiatan mempersiapkan dan memahami mengenai apa yang diharapkan
dan terwujudnyaharapan tersebut. Perencanaan dalam pendidikan amatlah
penting. Tentunya rencana tersebut harus sudah dipersiapkan dengan
matang dari jauh hari. Jika saja gagal dalam merencanakan, itu artinya
merencanakan kegagalan. Jika pendidikannya lemah sejak saat ini,
bagaimana dengan nasib bangsa ? Toh semua berasal dari pendidikan
bukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perencanaan pendidikan ?
2. Bagaimana penjelasan matan syahid dari hadits yang bersangkutan ?
3. Bagaimana terjemah mufrodat dan maksud lafadz dari hadits yang
bersangkutan ?
4. Bagaimana esensi dari hadits yang bersangkutan ?
5. Bagaimana kualitas dari hadits yang bersangkutan ?
6. Bagaimana penjelasan ta’ammul hadits dari hadits yang bersangkutan
?
7. Bahgaimana penjelasan munasabah dan asbab wurud dari hadits yang
bersangkutan ?
8. Bagaimana substansi dan nilai pendidikan dari hadits yang
bersangkutan ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud perencanaan pendidikan ?
2. Mengetahui bagaimana penjelasan matan syahid dari hadits yang
bersangkutan ?
3. Mengetahui bagaimana terjemah, mufrodat dan maksud lafadz dari
hadits yang bersangkutan ?
4. Mengetahui bagaimana esensi dari hadits yang bersangkutan ?
5. Mengetahui bagaimana kualitas dari hadits yang bersangkutan ?
6. Mengetahui bagaimana penjelasan ta’ammul hadits dari hadits yang
bersangkutan ?
7. Mengetahui bagaimana penjelasan munasabah dan asbabul wurud dari
hadits yang bersangkutan ?
8. Mengetahui bagaimana substansi dan nilai pendidikan dari hadits yang
bersangkutan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari beberapa pengertian perencanaan di atas, bila dikaitkan dengan
pendidikan itu bisa diuraikan sebagai proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dalam dunia pendidikan dan langkah-langkah yang
digunakan untuk melaksanakannya.
B. Tujuan Perencanaan pendidikan
Pada dasarnya tujuan perencanaan pendidikan adalah sebagai pedoman
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam dunia pendidikan dan
juga sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang
dicapai dengan harapan.
Namun, jika diurai lebih lanjut maka dapat ditemui beberapa tujuan
perencanaan pendidikan antara lain:
1. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu
untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan
anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang
telah disusun.
2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu
diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan
pendidikan.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam
pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas
maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-
nonakademik.
4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan
secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif
dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses
layanan pendidikan.
6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus
(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang
harus dilakukan.
4
7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam
suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’.
8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan
yang dihadapi organisasi pendidikan.
9. Untuk mengarahkan proses pencapaikan tujuan pendidikan.
C. Prinsip-Prinsip Perencanaan Pendidikan
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau
beragam kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan
kepada peserta didik harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan,
beragam ketrampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di
masyarakat.
2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap
perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting,
karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik adalah
menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan kehidupan
terkini.
3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan
pendidikan didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara
cermat dan matang, sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan
‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan.
4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang
kepada semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan
dengan beragam pembaharuan layanan pendidikan yang lebih
berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan
harus disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan
dan kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan
5
untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan
pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.
6. Prinsip kooperatif-komprehensif, artinya perencanaan yang disusun
mampu memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah
dalam bekerja sebagai suatu tim (team work) yang baik. Disamping itu
perencanaan yang disusun harus mencakup seluruh aspek esensial
(mendasar) tentang layanan pendidikan akademik dan non akademik
setiap peserta didik.
7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan
harus disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam
pengembangan sumber daya manusia secara maksimal dalam
mensukseskan program pembangunan pendidikan. Layanan pendidikan
pada peserta didik harus betul-betul mampu membangun individu yang
unggul baik dari aspek intelektual (penguasaan science and technology),
aspekemosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual (keimanan
dan ketakwaan).[4]
D. Hadits-hadits yang Berhubungan dengan Perencanaan
1. Hadits tentang Manajemen Waktu
a. Matan Syahid
ّللا حدثنا محمد بن الرحمن أبو المنذر الطفاوي عن سليمان األعمش قال
حدثنا علي بن عبد ه
ّللا عليه و
ّللا صلى ه
أخذ رسول ه: ّللا عنهما قال
ّللا بن عمر رضي ه
حدثني مجاحد عن عبد ه
ع ْن ُهما
َ ُي هللا َ ضِ ع َم َر َرُ َكانَ اب ِْن. س ِب ْي ٌل َ عا ِب ٌرَ ُك ْن فِى الدُّ ْن َيا َكاَنَّكَ غ َِريْبٌ ا َ ْو:َسلم ِب َم ْن َك َب ْى فَقَال
َص َّحتِك َ ت فَ ََل ت َ ْنت َِظ ُر ْال َم
ِ سا َء َو ُخ ْذ ِم ْن ْ ص َب َحْ َ ص َبا َح َو ِإذَا ا َ َيقُ ْو ُل ِإذَا ا َ ْم
َّ سيْتَ فَ ََل ت َ ْنت َِظ ُر ال
ِ (ر َواهُ ْالبُخ
)َارى َ َضكَ َو ِم ْن َحيَاتِكَ ِل َم ْوتِك
َ ِل َم ْر
6
Bagan Rawi Hadits :
Rasulullah saw
Abdullah bin
Umar
Mujahid
Sulaiman Al
A’masy
Muhammad bin
Abdurrahman
7
Arti Mufrad No Arti Mufrad No
at . at .
Dari عن2 Telahmenceritakankepad حدثنا1
a kami
Keduapundak بِ َم ْن َكبَ ْى4 Memegang أخذ3
u
Iaberkata قال6 Semoga Allah ّللا
رضي ه5
meridloikepadakeduanya عنهما
Di dunia فِى الدُّ ْنيَا8 Jadilah ُك ْن7
Perantau ٌ غ َِريْب10 Seakan-akan َ َكاَنَّك9
(orang asing)
Diwaktu sore َ ا َ ْم12
َسيْت Orang yang س ِب ْي ٌل
َ َعا ِب ٌر11
sedangmenempuhperjalan
an
Waktupagi صبَا َح
َّ ال14 Menunggu ت َ ْنت َِظر13
Sehatmu َص َّحتِك
ِ 16 Dan gunakanlah ْ َو ُخذ15
Hidupmu َ َحيَاتِك18 Sakitmu َضك
َ َم ْر17
Matimu َ َم ْوتِك19
MaksudLafadz :
أخذ: Memegang
َّ ِب َم ْن ِك َبي: Kedua bahuku. Maksudnya pangkal leher (tengkuk) dan pundak,
karena ia yang menjadi sandaran.
َ إذَا َّأ َ ْم: Jika engkau berada pada waktu sore. Maksudnya masuk
ََّ سي
ْت
waktu sore.
ت ْ َوإِذَاَّأ:
ََّ ْصبَح َ Jika engkau berada pada pagi hari. Maksudnya masuk waktu
pagi.2
Di dalam hadits ini menerangkan bahwa kita itu harus bias memanage
8
waktu. Ketika kita mau merencanakan sesuatu kita harus bias dulu dalam
hal mengatur waktu. Jangan menunda-nunda pekerjaan. Dan gunakanlah
waktu mu sebaik mungkin.
c. EsensiHadits
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts
ash-Shahîhah, no. 1157.
Arkan :
9
Menurut Dzahabi Tidak menyebutkan
Sulaiman al A‟masy
Nama Lengkap :Sulaiman bin Mahran.
Lahir pada tahun 61 H dan wafat pada tahun 147 atau 148 H.
Guru : Mujahid bin Jabir, Abu Ja‟far Muhammad bin Ali bin Husain,
Mas‟ud bin Malik, Abu Umar al Hamdani
Murid :Muhammad bin Abdurrahman at Thofawi Hasyim bin Basyir
Manshur bin Abu Aswad Muhammad bin Fadhil
Menurut Ibnu Hajjar :Tsiqatun Hafidzun
Menurut Dzahabi : Al Hafidz
Mujahid bin Jabir
Nama Lengkap Mujahid bin Jabir. Disebut juga dengan Ibnu Jubair.
Wafat antara tahun 101 104 H.
Guru :Abdullah bin Umar bin Khattab Iyas bin Harmalah Abdullah bin
Umar bin Ash Yusuf bin Zubair
Murid :Sulaiman al A‟masy, Habib bin Abi Tsabit Hasan bin Muslim
Tholhah bin Musrif
Menurut Ibnu Hajjar : Tsiqah
Menurut Dzahabi : Hujjah, Imam Qira’ah dan Tafsir
Abdullah bin Umar bin Khattab
Nama Lengkapya adalah Abdullah bin Umar bin Khattab. Termasuk
dalam sahabat Nabi. Wafat pada tahun 73 atau 74 H.
Guru : Rasulullah SAW, Zaid bin Tsabit, Sa‟ad bin Abi Waqash,
Abdullah bin Mas‟ud, Utsman bin Tholhah
Murid :Mujahid bin Jabir Muhammad bin Zaid bin Abdillah Abu Bakar
bin Sulaiman Bilal bin Abdillah bin Umar
Menurut Ibnu Hajjar : Sahabat Rasul
Menurut Dzahabi :Sahabat Rasul
d. KualitasHadits
Setelah melihat paparan data dari para periwayat hadits di atas maka,
penulis dapat menyimpulkan bahwa seluruh rawi dalam sanad hadits tersebut
10
merupakan rawi yang adil dan dhabit, hanya saja periwayat yang bernama
Abdulloh bin Basyir bin Dzakwan mempunyai predikat Shoduq, dan Laisa bihi
ba`sun. Dengan demikian hadits yang diriwayatkan mempunyai nilai hasan
Persambungan sanad :
Ali bin Abdullah meriwayatkan dari Muhammad bin Abdurrahman dengan
menggunakan lafadz haddatsana.Untuk ittisal al-sanad pada tingkatan ini
penulis kira tidak perlu dipermasalahkan, karena periwayatan hadis dengan
lafaz haddatsana menunjukkan bahwa periwayat mendengar langsung hadis
yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan
sanad Ali binAbdullah dari Muhammad bin Abdurrahman adalah muttasil.
Kedua, Muhammad bin Abdurrahman meriwayatkan dari Sulaiman al
A‟masy dengan menggunakan lafadz‘An. Penggunaan lafadz
‘An menandakan bahwa perawi bisa jadi mendengarlangsung dari guru atau
tidak. Penggunaan redaksi seperti ini tidak menjamin kemutthasil -an sanad.
Ketiga, Sulaiman al A‟masy meriwayatkan dari Mujahid dengan
menggunakan lafadz Haddatsani. Penggunaan lafadz ini bisadikategorikan
pada tingkat pertama. Sehingga dengan demikian dapat dipastikan sanad
Sulaiman al A‟masy dari Mujahid adalah muttasil.Keempat, Mujahid
meriwayatkan dari Abdullah bin Umar dengan menggunakan lafadz‘an. Sama
seperti penjelasan sebelumnya, penggunaan lafadz „an tidak menjamin ke-
mutthasil –ansanad.
Dari paparan data di atas, terdapat dua orang rawi yang dalam
meriwayatkan hadis menggunakan lafadz ‘an. Hadis yang menggunakan
redaksi ‘an seperti ini harus diteliti terlebih dahulu supaya sanadnya bisa
tersambung (ittisal al-sanad). Data yang ada di atas, menyebutkan dua orang
rawi yang menggunakan redaksi ‘an dalam hadis ini. Yaitu, Mujahid dan
Muhammad bin Abdurrahman. Sebuah hadis yangmenggunakan redaksi
„anbelum memiliki kepastian bahwa sanadnyaitthisal kecuali dengan
terpenuhinya beberapa syarat. Menurut Imam Bukhori,Syarat agar hadits itu
disebut memiliki sanad yang muttashil adalahperawi- perawi yang ada di
dalamnya bukan termasuk mudallis. Mujahid bin Jabir menggunakan redaksi
11
„an dalam hadis ini. Meskipun demikian beliau termasuk dalam golongan
tsiqah. Jadimenurut kami sanad dari Mujahid bin Jabir masih bersambung.
Selanjutnya adalahMuhammad bin Abdurrahman at Thofawi. Beliau juga
menggunakan redaksi „an dalam hadis ini. Ibnu Hajjar mengatakan beliau
adalah orang yang saduq.Tingkatan saduq berada dibawah tsiqah. Jadi hemat
kami, periwayatan dariMuhammad bin Abdurrohman at Thofawi dari
Sulaiman al A‟masy ini masihtersambung. Dari paparan data dan analisa
tentangtsiqah al-rawidan ittisal al-sanad dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dilihat dari kualitas periwayat dapat dinyatakan bahwa seluruh
periwayatdalam sanad termasuk periwayat tsiqah. Meskipun ada seorang
rawi yang menyandang predikat saduq, namun predikat ini penulis kira
tidak perlu dipermasalahkan karena tidak sampai kepada mudallis.
Ditambah lagi, status rawi yang saduqdan menggunakan redaksi ‘an dalam
meriwayatkan hadis ini memang bisa dipastikan pernah bertemu dengan
gurunya. Hal ini bisa kita lihat, dari nama-nama guru dalam biografinya.
Dan adanya nama rawi ini dalam biografi gurunya.
Semua periwayat dalam sanad bersambung sanadnya.Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hadis riwayat Bukhori tentang manajemen
waktu dalam analisis parsialnya (satu jalur sanad) dinyatakan berstatus
s h a h i h al-sanad
Jadi, kualitas hadits ini dapat diterima atau maqbul. Maqbulnya dalam
kategori Shohih. Karena hadits tentang manajemen waktu diriwayatkan juga
oleh rawi yang tsiqoh. Dengan demikian, hadits ini bias menjadi hujjah.
e. Ta’ammulHadits
Yaitu pengamalan atau implementasi hadits. Dilihat dari segi
lafazhnya yang عامdan مشتركdapat dipahami dengan jelas sehingga bisa
dikatakan ( محكمjelas) dan tidak ada makna tersirat yang sulit dipahami.
Berarti hadits ini adalah معمل بهyakni dapat diamalkan.
f. MunasabahdanAsbabWurud
Haditsiniberkaitandengan Qur’an surat Al-Ashrayat 1-3 :
َّ ص ۡواْ ِبٱل
٣ ص ۡب ِر ِ ص ۡواْ ِب ۡٱل َح ه
َ ق َوت ََوا َّ َٰ ِإ ََّّل ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو َع ِملُواْ ٱل٢ سنَ لَ ِفي ُخ ۡس ٍر
ِ ص ِل َٰ َح
َ ت َوت ََوا ِ ۡ إِ َّن١ َو ۡٱل َعصۡ ِر
َ َٰ ٱۡلن
12
Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan
masanya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Jadi kita
harus bias memanfaatkan waktu atau memange waktu.
AsbabWurud: -
13
a) Sebelum melaksanakan sesuatu hendaknya kita merencanakan serta
persiapan terlebih dahulu.
b) Orang Mukmin wajib menggunakan waktunya untuk hal yang
bermanfaat
c) Jangan suka menunda-nunda pekerjaan
d) Kesehatan dan hidup adalah kesempatan yang baik bagi seorang
mukmin untuk melakukan kebaikan
e) Selama masih hidup dan dalam keadaan sehat, selayaknya orang yang
berakal senantiasa beramal shalih, sebelum ajal menjemput sehingga
berakhirlah aktifitasnya.
14
fitnah dan untuk menegakkan agama. Adapun hijrah dalam hadits ini adalah Hijrah dari
Mekkah ke Madinah.
7. ٍِ ِإلَىالل: Maksudnya adalah menuju keridhaan Allah, baik dalam niat atupun tujuan.
ِ لِد ْن َياي: Artinya adalah demi tujuan duniawi yang ingin dicapainya.
8. صيْب َها
c. Esesnsi Hadis
Istilah Dilalah
Hadits ini adalah hadits qauliyah atau Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhary no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689
sesuai dengan perkataan Nabi dan 6953, Imam Muslim no. 3530 dan lain-
Muhammad SAW. lain dari jalan Yahya bin Sa’id Al-Anshory
dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimy dari
‘Alqomah bin Waqqosh Al-Laitsy dari
‘Umar ibnulKhoththobradhiallahu ‘anhu.
d. Arkan Hadits
Dari konteks sanadnya kita bisa melihat bahwa hadits ini adalah hadits
ahad atau lebih tepatnyaghorib karena tidak ada yang meriwayatkan hadits ini –
secara shohih- dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihiwasallam kecuali ‘Umar,
tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari ‘Umar kecuali ‘Alqomah, tidak ada
yang meriwayatkan hadits ini darinya kecuali Muhammad bin Ibrahim dan tidak
ada yang meriwayatkan hadits ini darinya kecuali Yahya
e. Kualitas Hadits
Shahih
f. Taamul Hadits
Dari hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim ini
merupakan hadits yang maqbul ma’mul bih karena telah memenuhi salah satu
kriteria hadits ma’bul bih. Diantara kriterianya yaitu :
1) Hadis tersebut muhkam yakni dapat digunakan untuk memutuskan hukum
tanpa shubhat sedikitpun.
2) Hadis tersebut mukhtalif (berlawanan) yang dapat dikompromikan, sehingga
dapat diamalkan kedua-duanya.
3) Hadis tersebut rajih yaitu hadis tersebut merupakan hadis yang terkuat di
antara dua hadis yang berlawanan maksudnya.
15
4) Hadis tersebut nasikh, yaitu datang lebih akhir sehingga mengganti kedudukan
hukum yang terkandung dalam hadis sebelumnya.
g. Munasabah dan Asbab Al-Wurud
Allah Swt. Menggambarkan keikhlasan dalam beramal ini seperti dimuat
keikhlasan dalam beramal ini seperti dimuat dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah
(2) ayat 265 sebagai berikut :
ضاةِاللَّ ِه َوت َث
َ ْو َمثَُللَّذِينَي ْن ِفقونَأ َ ْم َوالَهما ْبتِغَا َء َم ْر َ َ ام ْنأ َ ْنف ِس ِه ْم َك َمٍث َ ِل َجنَّةبِ َرب َْوةأ
َ ْ صابَ َه َاوابِلٌفَآت َت ِ ً ْْبِيت
ٌٍ ص
ير ِ طلٌّ َواللَّه ِب َمات َ ْع ٍَملونَ َب
َ َص ْب َه َاوا ِبلٌف
ِ اض ْعفَ ْينِفَإ ِ ْنلَ ْمي
ِ أكلَ َه
Artinya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
(Q.S. Al-Baqarah : 265)
Berkata An-Nawawy dalam Syarh Muslim (13/81) : “Sesungguhnya telah datang
bahwa sebab keluarnya hadits ini adalah tentang seorang lelaki yang berhijrah
hanya untuk menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qois maka diapun
dipanggil dengan sebutan Muhajir Ummu Qois (Orang yang berhijrah karena
Ummu Qois)”.
Kisah Muhajir Ummu Qois ini diriwayatkan dari shahabat Ibnu
Mas’udradhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata :
َ َم ْن َها َج َريَ ْبت َ ِغي, ام َرأَةًيقَاللَ َهاأ ُّمقَيْسٍِّْ َْهَا َج َر َرجلٌْ ِليَت َزَ و
ٍَش ْيئًافَإِنَّ َمالَه َذ ِلك ْ َج, ٍاجرأ ُّمقَيْس
ِ فَ َكانَيقَالم َه
16
melaksanakan aktifitas dalam kehidupan termasuk aktifitas pendidikan sebaiknya
harus dimulai dengan perencanaan atau persiapan.
a. Matan syahid
سلَّم
َ صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو
َ س ْو ُُللل ِه
ُ قَالَ َر
وشبابك، وفراغك قبل شغلك، وصحتك قبل سقامك، حياتك قبل موتك،إغتنم خمسا قبل خمس
) (رواه البيهقى عن ابن عباس. وغناك قبل فقرك،قبل هرامك
b. Terjemahan
“Manfaatkanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara, masa hidupmu sebelum
datang masa matimu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa luangmu
sebelum datang masa sibukmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa
kayamu sebelum datang masa fakirmu.” (H.R Baihaqi dari Ibn ‘Abbas)
17
untuk mempertanggungjawabkan semua amal dunia. Banyak penjelasan dalam
Al Qur’an yang memberi perhatian pada persoalan perencanaan, terutama
hubngannya dengan pemanfaatan waktu. Salah satunya Al Qur’an menyebut
dengan kata ad-Dahr. Laa tasubbu ad-dahra fainna dahra huwa Allah
(Janganlah kamu menyia-nyiakan waktu, karena waktu adalah Allah).
Maksudnya waktu adalah rahmatt yng tidak boleh di sia-siakan.
Kedua, waktu sehat sebelum sakit. Kesehatan merupakan karunia dan nikmat
yang sering kali terlupakan. Nabi pernah mengatakan dalam kesempatan lain
bahwa sehat dan waktu adalah dua nikmat yang banyak manusia tertipu.
Mereka menyangka bahwa keduanya adalah sesuatu yang sewajarnya, padahal
itu nikmat terbaik yang diberikan Allah pada setiap hamba-Nya. Apa yang
dapat dilakukan pada waktu sehat, tak dapat di lakukan pada waktu sakit.
Mensyukuri nikmat sehat adalah menggunakan masa sehat dengan sesuatu
yang sangat berharga.
Ketiga, waktu luang sebelum waktu sibuk. Waktu luang seorang mukmin
adalah waktu malam sebab di siang hari ia akan sibuk mencari rejeki yang
dijanjikan Allah. Hal ini mengacu pada sabda Nabi bahwa “Malam itu panjang
maka jangan membuatnya pendek (menyianyiakannya) dengan tidurmu dan
siang itu terang jangan kau gelapkan dengan dosa-dosamu”. Liang Gie pernah
mengatakan bahwa semakin orang sibuk semakin dapat melakukan banyak
hal, semakin orang banyak waktu, tak sanggup melakukan suatu apapun yang
berguna.
Keempat, masa muda sebelum masa tua. Masa muda merupakan masa paling
produktif bagi setiap orang. Sehingga kita harus membiasakan diri melakukan
amal shaleh sedari muda sebab kebiasaan saat muda akan terbawa hingga tua.
“Filsuf pernah berkata “Kalau engkau belajar kesulitan di waktu muda, maka
tiada bagimu kebodohan dan kemiskinan di waktu tua”.
Kelima, masa kaya sebelum masa fakir. Jika Allah memberikan karunia
berlebih ingatlah itu hanya amanah yang dititipkan kepadamu. Berbagilah
karena dalam harta yang kau miliki terdapat hak orang lain yang
membutuhkannya, demikianlah cara kita bersyukur dengan karunia berlebih
18
yang diberikan-Nya. selagi kaya, manfaatkan harta dan kekayaan agar dapat
menolong diri dan sesama. Watilkal ayyam nudzawiluha bainannas (Pada hari
itu akan kami pertukarkan manusia. Kaya miskin, kuat lemah). Manusia lahir,
tumbuh, berkembang, matang, dewasa dan akan kembali lemah. Toyn Bee
menyebutnya dengan istilah ciecle of life, lingkaran hidup.
d. Istilah hadits
Hadits ini adalah hadits qauliyah atau sesuai dengan perkataan Nabi
Muhammad SAW. Yang mana dalam hadits ini beliau sangat menganjurkan untuk
menggunakan waktu sebaik mungkin selagi kit adalam keadaan mampu.
e. Dilalah hadits
(H.R Al-Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan
bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhori Muslim namun keduanya tidak
mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan
syarat Bukhari Muslim. Syaikh Al Albani dalam shahih At Targhib wa At Tarhib
mengatakan bahwa hadits ini shahih.
f. Arkan hadits
Menurut Sayyid al Arabi hadits ini shahih dan diriwayatkan pula oleh
Imam Suyuti dalam shahih al Jam’i. Hadits ini memiliki dua jalur periwayatan.
Hadits dari Ibn Abbas yang diriwayatkan secara marfu, dan hadits Ibn Mailmun
yang diriwayatkan secara mursal.
g. Kualitas hadits
Shahih
h. Taammul hadits
Ma’mul bih, dapat diamalkan.
i. Munasabah dan asbabul wurud
Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Al waqt ka ssaif, idza lam kothoqha
fakothoqka” (waktu itu laksana pedang, jika kamu tak dapat memanfaatkannya,
kamu akan terpotong olehnya. Jika kita tidak memanfaatkan waktu,sehingga
waktu terlewat begitu saja, maka yang ada hanyalah penyesalan. Tertinggal
momentum, tertinggal ritme kehidupan, dan terhalang kesuksesan. Dalam Al
Qu’an dinyatakan dalam surat Al Ashr 1-3 yang artinya : “Demi masa (1),
19
sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2), kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasihat menasihati supaya
menaati kebenaran, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”.
20
BAB III
SIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
https://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/04
22