Anda di halaman 1dari 27

Landasan dan Kurikulum PAI di Sekolah

(sebagai salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran)

Dosen Pengampu: Reza Agusta M.Pd

Oleh Kelompok I :
Fariz Rismawan (2111010046)
Gemilang Rahmatulloh (2111010054)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN AKADEMIK 1444H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.


Puji syukur kami haturkan atas kehadiirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Landasan dan Kurikulum PAI di Sekolah” sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
Prencanaan Pembelajaran yang di ampu oleh bapak Reza Agusta M.Pd Dalam
penyusunan makalah ini kami mengambil materi tersebut dari berbagai sumber,
berupa buku, dan jurnal. Kami dengan penuh kesadaran menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu kritik dan saran membangun sangatlah berarti bagi kami
untuk kedepannya dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar besarnya apabila ada kata kata yang
kurang berkenan. Sekian terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bandar Lampung, 2 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Kurikulum ............................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Kurikulum PAI ........................................................................ 5
C. Fungsi Kurikulum.................................................................................... 11
D. Landasan Pengembangan Kurikulum...................................................... 15
E. Ciri-ciri Kurikulum PAI .......................................................................... 18
F. Prinsip-prinsip Kurikulum PAI ................................................................ 19
BAB III PENUTUP .................................................................................... 22
A. Kesimpulan ............................................................................................. 22
B. Saran ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
yang bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan, melainkan
juga peristiwa-peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah. Semua itu
digunakan untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu
ditambahkan bahwa pendidikan nasional beasas pada kebudayaan nasional
dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar
1945.1
Kurikulum dewasa ini seiring berkembangnya zaman maka semakin
berkembang pula kurikulumnya. William B. Ragan, sebagai dikutip S.
Nasution, berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan
kehidupan di sekolah. S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain
tentang kurikulum. Di antaranya : pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai
hasil pengambangan kurikulum), kedua, sebagai program (alat yang dilakukan
sekolah untuk mencapai tujuan), ketiga, kurikulum sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan
keempat, kurikulum sebagai pengalaman siswa.2
landasan kurikulum sangat diperlukan dalam pengajaran di sekolah, oleh
karena itu penulis mencoba mengupas sedikit tentangg landasan dan
kurikulum PAI di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum ?

1
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 5
2
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 5

1
2. Bagaimana jenis-jenis kurikulum ?
3. Bagaimana fungsi kurikulum ?
4. Apa landasan pengembangan kurikulum ?
5. Bagaimana ciri-ciri kurikulum PAI?
6. Bagaimana prinsip-prinsip kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis kurikulum.
3. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kurikulum.
4. Untuk mengetahui apa landasan pengembangan kurikulum.
5. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri kurikulum PAI.
6. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip kurikulum PAI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara bahasa (etimologi), kurikulum berasal dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.
Dengan demikian, secara istilah (termiologi) kurikulum berasal dari dunia
olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani yang harus ditempuh
dalam kegiatan sberlari dari garis start sampai dengan garis finish.
Berdasarkan arti kurikulum secara etimologi tersebut, dalam konteks
pendidikan, kurikulum diartikansebagai suatu lingkaran pengajaran di
mana guru dan peserta didik terlibat di dalamnya.
Penulis mengartikan jika ingin mencapai suatu garis finish dan
bisa mencapai tujuan dalam perjalanan maka diperlukan seperangkat
rencana. Mengapa demikian, karena dengan adanya suatu perangkat dalam
perencanaan akan lebih mudah seseorang meraih apa yang ingin
dicapainya hingga sampai dengan akhir tujuannya atau sering kita kenal
dengan sebutan finish.
Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan, dan di rancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab diantara bidang-
bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum, pembelajaran,
dan bimbingan siswa. Kurikulum pengajaran merupakan bidang yang
paling berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Dalam pengembangan

3
kurikulum, minimal dapat dibedakan antara desain kurikulum atau
kurikulum tertulis dan implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan.
Adapun unsur-unsur dalam devinisi kurikulum yang harus kita
ketahui tersebut yaitu :
1) Seperangkat rencana, artinya bahwa didalamnya berisikan berbagai
rencana yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
2) Pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran.
3) Pengaturan cara yang di gunakan. Misalnya, ceramah, diskusi,
demonstrasi, inquiri,recitasi, membuat laporan portopolio dan
sebagainya.
4) Sebagai pedoman kegiatan belajar-mengajar. Penyelenggara
kegiatan belajar mengajar terdiri atas tenaga kependidikan, yaitu
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan, sedangkan tenaga pendidikan, yaitu
anggota masyarakat yang bertugas membimbing dan atau melatih
peserta didik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana yang akan dilakukan serta pengaturan mengenai isi dari bahan
pelajaran. Serta bagaimana cara kita untuk digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.3
Menurut Saylor, Alexander dan Lewis bahwa konsep kurikulum
sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa sampai saat ini
masih mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan (Sanjaya, 2008: 4).
Begitu pula Rogen (1966: 56) menyatakan bahwa “the curriculum has
meant the subjects taught in school,…”. Maksudnya adalah bahwa
kurikulum adalah sejumlah pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dalam
dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang
berbeda-beda oleh para ahli. Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti
kata Ronald C. Doll “Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik

3
Said Subhan Posangi.” Landasan Kurikulum Pendidikan Islam.” Al-Minhaj: Jurnal Pendidikan
Islam Vol.4, No.1, Desember 2020, 1-11, 2-3

4
formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan
mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”. Sedangkan
Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-
pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar dibawah naungan sekolah,
(Mudlofir, 2012: 2). Dengan demikian, berdasarkan pengertian diatas
bahwa asal mula kurikulum dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari daris start sampai garis
finish, namun jika dalam pendidikan, yaitu belajar yang harus ditempuh
seorang siswa dari awal sampai akhir pendidikannya.4

B. Jenis Jenis Kurikulum PAI


Latthorn (1987) membagi kurikulum menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Kurikulum yang direkomendasikan
b. Kurikulum yang tertulis
c. Kurikulum yang didukung
d. Kurikulum yang diajarkan
e. Kurikulum yang diujikan
f. Kurikulum yang dipelajari
g. Kurikulum tersembunyi

1. Kurikulum yang direkomendasikan (recommended curriculum)


Jenis kurikulum ini adalah kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang
direkomendasikan oleh para ahli, ikatan profesi, komisi pembahan
pendidikan dan juga yang berdasarkan kebijakan pemerintah. Karena
kurikulum ini bersifat ideal maka ada keharusan mempelajari konsep atau
keterampilan yang akan dikembangkan menurut persepsi dan sistem
sumber nilai.

4
Dr. Anda Juanda, M.Pd., Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006
dan Kurikulum 2013, (Bandung: CV.CONVIDENT, 2014) h.1-2

5
Biasanya kurikulum ini bersifat umum dan berisi sejumlah
kebijakan yang disarankan, sejumlah tujuan, syarat-syarat kelulusan,
rekomendasi tentang bahan, dan urutan-urutan bahan. Kurikulum ini
memiliki kebaikan karena memuat kebijaksanaan, syarat-syarat dan aspek
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kurikulum. Misalnya, semua
siswa SMA harus belajar komputer. Kurikulum ini juga mencoba
menyerap apa yang terjadi dalam masyarakat Akan tetapi kurikulum ini
memiliki kelemahan seperti yang berhubungan dengan kurang sensitive
terhadap realitas yang terjadi di dalam kelas dan bagaimana guru
merencanakan pelajaran. Biasanya rekomendasi bersifat umum sedangkan
guru membutuhkan pedoman dan bimbingan yang lebih spesifik.
2. Kurikulum Yang Tertulis (written curriculum)
Kurikulum yang tertulis merupakan kurikulum yang telah disetuji
oleh pemerintah. Kurikulum ini merupakan pengendali untuk menjamin
tujuan pendidikan. Kurikulum tertulis lebih komprehensif dan lebih
spesifik bila dibandingkan dengan kurikulum yang direkomendasikan.
Biasanya kurikulum ini memuat dasar-dasar pertimbangan yang
mendukung kurikulum, tujuan yang harus dicapai, sasaran yang harus
dikuasai, sekuen atau urutan yang harus dituruti, kegiatan belajar yang
harus dilakukan dan bagaimana evaluasinya; Fungsi pokok kurikulum
tertulis adalah sebagai pengantara (mediating), pengendali dan standar
Sebagai pengantara, kurikulum ini menghubungkan ide-ide dalam
kurikulum yang direkomendasikan dengan realitas dalam kelas. Jadi,
kurikulum ini merupakan perpaduan antara apa yang diinginkan para ahli
dan administrator untuk diajarkan dengan yang dalam praktek dilakukan
oleh guru Sebagai pengendali, kurikulum ini merupakan alat untuk
mengontrol apa yang diajarkan oleh guru Selanjutnya sebagai pembakuan
menunjukkan apa yang harus diajarkan Kurikulum tartulis seharusnya
bersifat komprehensif, konseptual dan direncanakan dengan baik dan
mudah dipraktekkan.
3. Kurikulum Yang Didukung (supported curriculum)

6
Kurikulum ini adalah berupa sumber-sumber yang disiapkan untuk
mendukung kurikulum, seperti; staf, waktu, teks, ruang dan pelatihan.
Komponen-komponen tersebut kelihatannya sangat sederhana namun
dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam kurikulum
tertentu. Jadi, dalam hal ini perlu dijelaskan tentang teks yang mana yang
akan dipergunakan? Berapa banyak staf? Berapa banyak waktu, ruang dan
jenis pelatihan yang ada.
4. Kurikulum Yang Diajarkan (taught curriculum)
Kurikulum yang diajarkan adalah apa yang guru benar-benar
ajarkan dalam kelas. Atau dengan kata lain adalah kurikulum yang dapat
dilihat atau diamati ketika guru mengajarkannya. Kurikulum ini sudah
tentu berdasarkan kurikulum yang tertulis. Namun, sering terjadi
penyimpangan. Guru masuk ke dalam ruangan dengan latar pengetahuan
pribadi yang berbeda. Mereka dipengaruhi oleh situasi, teori-teori yang
mereka pelajari, kondisi sosial dan pengalaman. Sehingga masing-masing
kelas berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi guru, seperti pengetahuan guru dalam mata pelajaran
tertentu, persepsi guru terhadap anak, kurikulum yang tertulis, buku teks,
proses administrasi, ujian Pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam dan persepsi masyarakat. Karena itu, keputusan guru tentang
kurikulum yang diajarkan adalah produk interaksi berbagai variabel yang
ada.
5. Kurikulum Yang Diujikan (tested curriculum)
Kurikulum yang diujikan adalah kurikulum yang biasa muncul
ketika tes atau ujian-ujian atau biasa juga disebut kurikulum yang diukur.
Atau dengan kata lain kurikulum jenis ini adalah serangkaian bahan
pelajaran/kegiatan belajar yang dinilai melalui tes baik yang dibuat oleh
guru maupun tes yang baku, atau tes yang dibuat oleh panitia tertentu.
Bagaimana hubungan kurikulum ini dengan kurikulum yang diajarkan?
Jawabannya dapat bermacam-macam. Sering tes yang dibuat guru tidak
sejalan dengan apa yang diajarkannya. Guru tidak mampu menyusun tes

7
yang baik dan kebanyakan tes berorientasi pada kemampuan mengerti dan
mengingat. Tes yang dibuat oleh panitia wilayah juga mengukur tingkat
tujuan yang rendah. Selanjutnya tes baku sering tidak serasi dengan apa
yang diajarkan. Kurikulum tertulis, kurikulum yang diajarkan, dan
kurikulum yang diuji merupakan kurikulum yang diinginkan, yaitu
sejumlah kegiatan belajar yang dikehendaki dalam suatu sistem
pendidikan.
6. Kurikulum Yang Dipelajari (learned curriculum)
Jenis kurikulum ini merupakan kurikulum yang sangat mendasar
"bottom line", yaitu apa yang sesungguhnya dipelajari oleh pebelajar. Dan
Kurikulum jenis ini merupakan hasil belajar, yaitu perubahan nilai,
persepsi dan tingkah laku yang terjadi dari- pengalaman belajar.
Kurikulum ini merupakan apa yang telah dimengerti, dipelajari, diingat
oleh siswa baik dari kurikulum yang diinginkan maupun dari kurikulum
yang tersembunyi,
7. Kurikulum Yang Tersembunyi (hidden curriculum)
Kurikulum yang tersembunyi sering juga disebut kurikulum
implisit kurikulum yang tidak dipelajari, dapat dirumuskan sebagai aspek
dari sekolah yang selain dari kurikulum yang direncanakan namun
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku pelajar. Glatthom
menyatakan kurikulum tersembunyi terdiri atas dua aspek yaitu aspek
yang relatif telipinaspek yang dapat berubah-ubah. Salah satu aspek yang
tetap adalah ideologi, keyakinan dan nilai budaya masyarikat yang
mempengaruhi sekolah Budaya masyarakat menetapkan pengetahuan mani
yang perlu diwariskan mana yang tidak perlu. Sistem pengelolaan sekolah,
ruang kelas aturan yang sliterapkan, pola pengelompokkan siswa serta
harapan guru juga berpengaruh. Aspek yang dapat berubah meliputi
variabel organisasi, sistem sosial dan kebudayaan. Variabel organisasi
meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan
dan bagaimana sistem promosi. Variabel sistem sosial berkaitan dengan
pola hubungan sosial dalam kelas dan sekolah, bagaimana hubungan

8
murid dan guru, murid dengan murid, hubungan kepala sekolah dengan
guru dan staf administrasi.

Kurikulum tersembunyi merupakan sumber belajar yang luas


pengaruhnya maka perlu dipertimbangkan dalam setiap perencanaan
kurikulum. Berikut adalah pertanyaan yang dapat memberi arah:
a. Apa yang diinginkan atau belajar yang bagaimana yang diharapan?
b. Apa yang dapat diperoleh oleh pebelajar dari kurikulum tersembunyi?
c. Bagaimana dapat disusun untuk dapat memenuhi harapan di atas?
Selain pembagian di atas, Goodlad membedakan lima jenis kurikulum,
yaitu:
a. Kurikulum ideal (ideological curriculum) yaitu kurikulum
sebagaimana yang diharapkan oleh para alili dan guru yang
mencerminkan pengetahuan yang diakumulasi berzaman-zaman.
b. Kurikulum formal yaitu kurikulum Sang disetujur dan disahkan oleh
pernerintah.
c. Kurikulum "bayangan" (perceived curriculum) yaitu kurikulu yang ada
dalam pikiran, yang diinginkan oleh orang tua dan guru.
d. Kurikulum operasional yaitu kurikulum yang dilaksanakan di dalam
kelas.
e. Kurikulum pengalaman yaitu kurikulum yang dialami oleh murid.
Sedangkan menurut Wiryokusumo dan Mulyadi (1988) bahwa jenis-
jenis kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated subject currentum)
b. Correlated curriculum (kurikulum yang saling berhubungan)
c. Integrated curriculum (kurikulum terpadu)
d. Developmental activity curricculum (kurikulum pengembangan
kegiatan)
8. Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated subject curriculum)
Kurikulum ini dikatakan demikian karena data data pelajaran
disajikan pada anak dalam bentuk subyek anu mata pelajaran yang terpisah

9
satu dengan yang lain bagi anak yang cerdas, hal ini kurang memuaskan
karena pelajarannya tidak menyatu, sedangkan bagi anak yang lamban
merasa jauh ketinggalan.
9. Kurikulum Yang Berhubungan (correlated curriculum)
Beberapa ahli pendidikan pada permulaan abad dua puluh
mengembangkan ide "correlated curriculum." Pandangan berbagai mata
pelajaran dalam kurikulum harus dihubungkan dan disusun sedemikian
rupa, sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi
yang lain. Untuk memadukan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lain dapat dilakukan melalui bermacam-macam cara di antaranya adalah;
(1) korelasi insidental yaitu korelasi diadakan sewaktu-waktu bila ada
hubungannya. (2) Korelasi etis yang bertujuan mendidik budi pekerti
sebagai pusar pelajaran diambil pendidikan agama budi pekerti (3)
Korelasi sistematis yaitu disusun dan direncanakan oleh guru Kondisi
informal yaitu korelasi yang dapat berjalan dengan cara antara beberapa
guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan antara
mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran guru B. (4)
Korelas: formal yaitu korelasi yang telah direncanakan oleh guru team
secara bersama sama Dan korelasi meluas yaitu korelasi yang merupakan
fusi dan beberapa bidang studi yang memiliki khas yang sama dipadukan
menjadi satu bidang studi
10. Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Dalam kurikulum terpadu (integrated curriculum) sebenarnya
beberapa mata pelajaran dijadikan satu/dipadukan. Yaitu dengan
meniadakan batas-batas mata pelajaran dan bahan pelajaran yang disajikan
berupa unit-unit atau keseluruhan,

11. Kurikulum Yang Bersifat Pengembangan (developmental activity


curriculum)
Kurikulum perkembangan kegiatan tergantung pada berbagai
tingkat perkembangan anak-anak yang harus dilalui. Deretan perbedaan

10
tiap-tiap siswa harus menjadi dasar pertimbangan, tentang kebutuhan,
kebiasaan, masalah-masalah yang dihadapi siswa, kebudayaan mereka dan
lingkungan pengalaman para siswa harus pula mendapat perhatian.
Kurikulum ini sebenarnya antara jenis yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan, karena saling menutupi Kurikulum ini dikembangkan
berdasarkan perbedaan karakteristik dan kegiatan pebelajar.
Jenis jenis kurikulum yang dibahas di atas relevan dengan mater
pendidikan agama Islam. Karena materi pendidikan agama Islam, seperti
halnya materi pelajaran yang lain, tidak bisa Terlepas dari jenis jenis
kurikulum di atas. Misalnya beberapa jenis kurikulum yang dikemukakan
oleh Glathorn (1987) dan juga oleh ahli kurikulum yang lainnya.
Dalam prakteknya, dalam kelas pendidikan agama Islam bisa
muncul kurikulum-kurikulum yang direkomendasikan kurikulum yang
tertulis, kurikulurn yang didukung kurikulum yang diajarkan, kurikulum
yang diupkan, kurikulum yang digelan kurikulum tersembunyi.5

C. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan
Fungsi kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai alat atau sarana
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini kurikulum adalah alat
untuk mendidik manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pendidikan suatu negara dengan negara yang lainnya tidak akan
sama karena setiap bangsa dan negara mempunyai falsafah dan tujuan
pendidikan tertentu dan tersendiri yang dipengaruhi oleh berbagai aspek,
baik aspek agama, ideologi, kebudayaan, maupun kebutuhan negara itu

5
Dr. Muhammad,M.Pd.,M.S., Pendidikan Kurikulum Agama Islam, (Mataram: Sanabil
Publishing, 2019), h.5-11

11
sendiri. Tujuan pendidikan di negara kita berdasarkan falsafah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

Untuk itu maka kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan


pendidikan nasional melalui tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan
tujuan instruksional. Kurikulum merupakan program yang harus
dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kurikulum merupakan pedoman guru
dan siswa agar terlaksana proses belajar-mengajar dengan baik dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan
Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan berfungsi sebagai berikut:
sebagai alat mencapai tujuan lembaga pendidikan yang diinginkan dan
sebagai pedoman untuk mengatur dan mengelola segala kegiatan di
sekolah tersebut. Fungsiinimeliputi jenisprogram pendidikan yang harus
dilaksanakan dan cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan,
serta parsonil yang bertanggung jawab dan melaksanakan program
pendidikan.
3. Fungsi kurikulum bagi lembaga/jenjang pendidikan yang ada di
atasnya
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perguruan tinggi menilai
mutu lulusan SMA kurang memadai. Para pendidik di SMA lalu
mengatakan, karena terdapat kelemahan pada lulusan SMP; SMP tidak
mau menerimanya begitu saja, akhirnya melemparkan kelemahan itu
kepada sekolah dasar. Guru-guru di SD inilah yang menjadi tumpuan
masalah.
Proses saling melemparkan kekurangan bukan pemecahan masalah,
melainkan sebaliknya. Salah satu jalan keluarnya ialah, setiap lembaga
pendidikan harus mempelajari kurikulum pada sekolah-sekolah yang ada
di bawah dan di atasnya. Jadikanlah kurikulum SD sebagai dasar untuk
mengembangkan kurikulum SMP, dan kurikulum SMP sebagai bahan

12
pengembangan untuk pendidikan di SMA. Begitulah seterusnya sampai di
perguruan tinggi. Dengan cara itu kontinuitas (kesinambungan) program
pendidikan pada semua tingkat lembaga pendidikan dapat terbina dengan
baik. Oleh sebab itu, fungsi kurikulum bagi sekolah yang berada di
atasnya merupakan pengembangan atau lanjutan dari pendidikan
sebelumnya.
Bagi sekolah yang berada di atasnya, kurikulum berfungsi sebagai:
fungsi kesinambungan, sekolah pada tingkat yang lebih atas harus
mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkatan di bawahnya
sehingga dapat menyesuaikan kurikulum yang diselenggarakannya. Di
samping itu, fungsi penyiapan tenaga yaitu bilamana sekolah tertentu
diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang berada di
bawahnya, maka sekolah yang diberi tugas itu perlu mempelajari
kurikulum sekolah yang memerlukan tenaga guru tersebut baik mengenai
isi, organisasi, maupun cara mengajar.
4. Fungsi kurikulum bagi guru
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, guru sebagaiujung
tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat menentukan
keberhasilannya. Tujuan tersebut tidak mungkin didekati, apalagi dicapai,
apabila guru kurang memahami, menghayati, serta melaksanakan
kurikulum yang berlaku sebagai alat dan pedoman dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesesuai
dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembang
kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum itu. Dengan demikian,
guru betul-betul dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya
sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendin, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, perkembangan
psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan, antara lain
kurikulum, program pengajaran, sistem pembelajaran, media pembelajaran
dan sumber sumber belajar, metode pembelajaran, dan pengelolaan

13
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru yang dituntut tidak hanya
kemampuan profesional saja, tetapi juga kemampuan personal
(kepribadian yang baik) dan kemampuan sosial (bermasyarakat dengan
baik) secara berkesinambungan dan terpadu dalam diri guru.
Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.
Hal ini tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kalau tidak, besar kemungkinan
segala apa yang diajarkan kurang sesuai dengan yang diharapkan dan
direncanakan sesuai dengan perkembangan kurikulum yang berlaku
tersebut. Oleh karena itu, guru dengan kurikulum tidak bisa dipisahkan,
tetapi harus merupakan kesatuan yang utuh sehingga menjadi satu raga,
seperti gula dengan manisnya.
5. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat
pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah
kegiatan-kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu mengacu
kepada kurikulum yang berlaku. Pengembangan kurikulum dan
pelaksanaan roda administrasi sekolah dan program pengajaran yang
dibuat dan dilaksanakan di kelas, semuanya berpedoman pada dan untuk
menunjang kurikulum yang berlaku. Untuk itu perlu selalu dipikirkan
peningkatan kemampuan tenaga kependidikan, baik guru, tenaga
bimbingan dan penyuluhan, perpustakaan, tata usaha, di samping
penyediaan dan penggunaan sumber-sumber belajar dan fasilitas lainnya
secara memadai.
6. Fungsi kurikulum bagi pengawas (supervisor)
Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dalam menetapkan bagian mana yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan. Pengawas dituntut bekerja lebih giat lagi,
terutama dalam membimbing sekolah yang ada di wilayahnya masing-
masing.

14
7. Fungsi kurikulum bagi pengguna lulusan

Instansi atau perusahaan mana pun yang mempergunakan tenaga kerja


lulusan suatu lembaga pendidikan membutuhkaan tenaga kerja yang baik
dalam arti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan
produktivitasnya. Oleh karena itu, selalu diadakan seleksi yang ketat
dalam penerimaan tenaga kerja. Seleksi macam apa pun yang
dilaksanakan, tidak akan membawa arti apa-apa seandainya instansi
tersebut tidak terlebih dahulu mempelajari program pendidikan yang
dimuat dalam kurikulum yang telah ditempuh oleh para calon tenaga kerja.
Sebab, bagaimanapun kadar pengetahuan, sikap, dan keterampilan tenaga
kerja merupakan hasil atau produk dari kurikulum yang ditempuhnya.
Oleh karena itu, instansi pemakai lulusan perlu mengenal kurikulum yang
ditempuh calon tenaga kerja pada lembaga pendidikan yang telah
diselesaikannya. Studi kurikulum akan banyak membantu dalam hal
seleksi penerimaan calon pegawai yang tepat. Kurikulum suatu sekolah
berfungsi menyiapkan tenaga kerja dalam bidang tertentu.
Namun, pemanfaatan calon tenaga kerja akan mudah dan
membantu kedua belah pihak apabila instansi atau perusahaan dan sekolah
telah memperoleh kejelasan informasi dan jalinan kerja sama yang baik
dalam hal permintaan calon tenaga kerja.6

D. Landasan Pengembangan Kurikulum


1. Landasan Filosofi Landasan filosofis
Yaitu suatu landasan yang belum pasti atau belum jelas yang akan
dijadikan tolak ukur dalam mengembangkan kurikulum.Tujuan pendidikan
nasional indonesia bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia
Indonesia, sebagaiman yang sering kita dengar yakni Pancasila. Hal ini
berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar
menjadi manusia yang berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah

6
Dr. Muhammad,M.Pd.,M.S, Ibid, h.13-17

15
yang ingin diwujudukan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah pancasila itu sendiri.
Oleh sebab itu, dengan adanya landasan filosofis dalam perubahan
pengembangan kurikulum menurut pandangan Noeng Muhajirin, dapat
kita pastikan bahwa nilai dasar yang digunakan adalah falsafah pendidikan
manusia seutuhnya. Landasan filosofis dalam perubahan pengembangan
kurikulum setidaknya adalah idealisme. Idealisme adalah salah satu aliran
filsafat tertua yang digagas oleh Plato. Ciri utama aliran ini adalah
pendekatan rasio terhadap semua masalah dengan menggunakan cara
berpikir deduktif. Dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis berperan
sebagai sudut pandang dari pemikiran pola pikir kita, yang akan
dilaksanakan dalam proses pemecahan masalah pendidikan. Serta
dijadikan salah satu dasar dalam penentuan rencana kurikulum agar supaya
tercapainya segala cita-cita yang dibuat di Indonesia sendiri.
2. Landasan Sosial Budaya Agama Pendidikan
Merupakan proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan
dengan budaya manusia, di bina dan di kembangkan sesuai dengan nilai
budaya, serta di pupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Realitas
sosial budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat merupakan bahan
dasar kajian penyusunan, perkembanagan kurikulum. Masyarakat adalah
kelompok individu yang terorganisasi dalam kelompokkelompok yang
berbeda. Masyarakat dan individu di sini memiliki hubungan dan pengaruh
yang bersifat timbal balik.Kebersamaan individu dalam masyarakat terikat
oleh nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup mereka dalam berinteraksi,
yaitu mencakup nilai keagamaan dan sosial budaya.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan
Pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial
budaya, keagamaan, keamanan, pendidikan dan lain sebagainya. Mendidik
adalah suatu seni, yakni seni mengajar berdasarkan pandangan filosofis

16
religius. Pendidikan sebagai suatu ilmu dibangun atas dasar pandangan
ilmiah (scientific) tentang manusia dan didukung oleh data yang dapat
dilihat dan diukur. Pendekatan ilmiah ini telah diperkaya dengan
pengetahuan pendidikan tentang sifat pendidikan, pertumbuhannya, proses
belajar dan kesiapannya (readiness) untuk belajar, transfer pengetahuan,
motivasinya dan lain-lain. Tetapi, penerapan ilmu pendidikan oleh guru
dalam banyak hal lebih merupakan seni ilmu pengetahuan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan dengan meluasnya
perkembangan IPTEK, maka ilmu pengetahuan akan lebih mudah
diterapkan oleh pendidik sehingga mudah dicapai dalam proses
pendidikan.
4. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan
individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya yang
mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan
uraina tersebut, maka sangatlah penting memerhatikan faktor kebutuhan
masyarakat. Ada falsafah hidup yang menegaskan bahwa perubahan sosial
budaya dan agama, ilmu pengetahuan dan teknologi akan merubah pula
kebutuhan suatu masyarakat. Adanya perubahan dan perkembangan
tersebut akan memengaruhi kehidupan masyarakat, sehingga
meninggalkan perubahan pada tata kehidupan masyarakat yang juga
memengaruhi sistem persekolahan, penyusunan dan pengembangan
kurikulum. Dengan demikian, kebutuhan suatu masyarakat itu dipengaruhi
oleh kondisi mereka sendiri.
5. Landasan Perkembangan Masyarakat
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup, sehingga dapat
mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat. Dalam konteks ini kurikulum sebagai program
pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat.
Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi

17
isi kurikulumnya saja. Oleh karena itu, guru, para pembina dan pelaksana
kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat,
agar apa yang diberikan kepada siswa relefan dan berguna bagi kehidupan
siswa dimasyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu mengalami
perkembangan. Perkembangan masyarakat ini pada gilirannya akan
perpengaruh pada sekolah sehingga sekolah harus beradaptasi dengan
perubahan tersebut melalui kurikulum yang dikembangkan. Pada
masyarakat tertentu perkembangan tersebut sangat lamban, tetapi pada
masyarakat yang lain boleh jadi sangat cepat. Dengan demikian, adaptasi
sekolah terhadap perkembangan masyarakat itu bukan hanya pada pola
dan ragamnya tetapi juga intensitas perkembangan itu sendiri. Adapun
perkembangan masyarakat juga dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilainilai,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, perkembangan masyarakat akan banyak menuntut
tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan latar belakang
perkembangannya. Untuk merancang dan menciptakan proses pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat tersebut, maka diperlukan
rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa
perkembangan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, dalam
penyusunan perkembangan kurikulum pendidikan, tidak bisa dilepaskan
dari landasan penyusunan perkembangan kurikulum sebagai mana yang
telah dipaparkan terlebih dahulu.7

E. Ciri-Ciri Kurikulum PAI


Menurut Al-Syaibann, kurikulum pendidikan Islam seharusnya
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama


dan akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil dri Al-Qur‟an dan
Hadist serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.

7
Said Subhan Posangi. Op.Cit 6-8

18
2. Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan pengembangan
menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan ruhani.
Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus bersisi mata
pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek
itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi diajarkan mata pelajaran
seperti ilmu-ilmu Al- Qur‟an termasuk tafsir, dan qira‟ah; ilmu-ilmu
hadis termasuk musthalah al hadist; ilmu fiqh termasuk ushulfiqh;
tauhid, filsafat, akhlak, nahwu, sharf, „arudl, linguistik termasuk
fonologi, dialek, balaghah, bayan, dan kritik sastra; sejarah islam
riwayat tokoh, ilmu alam, kimia, obat-obatan, pengobatan,
pembedahan, menggambar, ketrampilan dan sebagainya. Sebagai
akibatnya, bidang studi yang seharusnya masuk kurikulum pendidikan
islam sangat banyak. Banyaknya bidang studi ini, ditambah dengan
adanya kebebasan ilmiah, melahirkan banyak sarjana ensiklopedis
yang terkenal karena luasmya pengetahuan mereka seperti Al kindi,
Al-farabi, ibn Sina, ibn Rusd, Al-Ghazali, dan Ibn Khaldun.
3. Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal dan ruhani
manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relatif karena tidak dapat
diukur secara objektif.
4. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan juga seni halus, yaitu
ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu
memperhatikan juga pendidikan jasmani, latijan militer, teknik,
ketrampilan, dan bahasa asing sekalipun semuanya ini diberikan
kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan
kebutuhan.
5. Kurikulum pendidikan islam mempertimbangkan perebdaan-perbedaan
kebudayaan yang sering teradapat di tengah manusia karena perbedaan
tempat dan juga perbedaan zaman.8

8
Silabus.web.id, “Pengembangan Kurikulum PAI”, https://www.silabus.web.id/kurikulum-
pendidikan-agama-islam/ diakses pada tanggal 16 Februari 2023

19
F. Prinsip-Prinsip Kurikulum PAI
Menurut Al-Abrasyi, dalam merencenakan kurikulum pendidikan
islam seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut:

1. Harus ada mata pelajaran yang ditunjukkan mendidik ruhani atau hati.
Ini berarti perlu diberikan mata pelajaran ketauhidan. Al farabi,
sang filosof, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahan
tertinggi; pengetahuan lainnya hanyalah berfungsi sebagai penyerta
pengetahan tertinggi tersebut. Ada sarjana lain yang berpendapat bahwa
pengetahuan ketuhanan merupakan pengetahuan tertinggi, matematika
merupakan pengetahan menengah, dan fisika merupakan pengetahan
terendah. Al-Namiri Al-Qurtubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama
membagi pengetahuan (ilmu) menjadi tiga tingkatan, yaitu, pengetahuan
tertinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan terendah. Ilmu
tertinggi adalah ilmu ketuhanan, ilmu menengah adalah ilmu pengetahuan
menganai dunia seperti kedokteran dan ilmu ukur, sedangkan pengetahan
terendah adalah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam
ketrampilan, keseinian, renang, menunggang kuda, menulis indah. Para
filosof Muslim berpendapat bahwa ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu
tertinggi, dan siswa yang mempelajari ilmu ini hendaknya tidak
mempunyai tujuan-tujuan kebendaan. Al-Ghazali membagi pengetahuan:
menjadi tiga juga, yaitu pengetahuan tercela seperti sihir, pengetahuan
dipuji seperti ilmu dan pengetahuan terpuji seperti pengetahan mengenai
Allah.
2. Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan cara hidup,
yaitu ilmu fikih dan ilmu akhlak. Ketinggian fikih tergambar dalam dialog
berikut. Salah seorang murid imam Syafi‟i berkata bahwa pada suatu hari
ia bertanya kepada sang Imam tentang Ilmu tauhid. Imam menjawab
singkat padat. Setelah ia mengajukan pertanyaan, imam berkata „‟apakah
engkau mau saya tunjukkan ilmu yang lebih baik?‟‟ „‟Ya‟‟ jawab sang

20
murid. Maka imam syafi‟I berkata, „‟mengenai ilmu tauhid ini bila engkau
benar, engkau tidak akan diberi pahala, bila salah, engkau kafir.
Tukah engkau ilmu yang bila engkau benar engkau diberi pahala, bila
salah engkau berdosa?‟‟ Sang murid bertanya „‟ilmu apa itu?‟‟ „‟Ilmu
Fikih‟‟.
3. Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan
ilmiah, yaitu yang sekarang disebt orang mempelajari ilmu untuk ilmu.
Ilmu dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tah yang ada pada setiap
manusia.
4. Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi
kehidupan; dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai. Mantik manfaatnya
adalah menghindarkan kita dari kekeliruan berpikir, ilmu hitung dan ilmu
ukur berguna agar siswa terbiasa bersifat teliti dalam berfikir, berbicara,
berbuat; ilmu fikih agar siswa mengetahui cara melakukan ibadah; nahwu
bergua agar siswa terhindar dari kesalahan dalam menulis dan berbicara;
ilmu kedokteran dipelajari agar bebas daripenyakit; mata pelajaran
ketrampilan berguna bagi siswa dalam mencari penghidupan.
5. Mata pelajran yang diberikan berguna dalam mempelajarai ilmu lain;
yang dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya
(Ahmad Tafsir, 2013).9

9
Silabus.web.id Ibid

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yang mula-
mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere yang berarti
jarak tempuh. Di samping itu kurikulum juga diartikan dengan lapangan
tanding.
Kurikulum adalah suatu rencana yang dikembangkan untuk
memudahkan proses belajar mengajar di bawah arahan dan bimbingan
sekolah atau perguruan tinggi serta stafnya. Atau dengan kata lain
kurikulum merupakan urutan organisasi yang terencana dan sistem
penyampaian pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan belajar.
Jenis-jenis kurikulum adalah; kurikulum yang direkomendasikan
yang tertulis. yang didukung, yang diajarkan, yang diujikan, yang
dipelajari, dan tersembunyi.
Kurikulum yang direkomendasikan merupakan kurikulum ideal,
yang direkomendasikan oleh para ahli serta ikatan profesi. Kurikulum
tertulis merupakan kurikulum yang telah disetujui oleh pemerintah
Kurikulum yang didukung berupa sumber-sumber yang disiapkan untuk
mendukung kurikulum. Kurikulum yang diajarkan adalah apa yang guru
ajarkan dalam kelas Kurikulum yang diujikan adalah yang muncul ketika
tes atau unan upan. Kurikulum yang dipelajari, yaitu apa yang
sesungguhnya dipelajari oleh pebelajar Sedangkan kurikulum yang
tersembunyi adalah kurikulum yang tidak dipelajari namun berpengaruh
terhadap tingkah laku pelajar.
B. Saran

22
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami yang berjudulkan
Landasan dan Kurikulum PAI di Sekolah dapat membantu para pembaca
dalam menerapkan kurikulum dalam proses pembelajaran PAI di sekolah.

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan pada kelompok ini


meskipun penulisan pada kelompok ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan dalam penulisan kelompok kami seekiranya
kepada dosen pengampu mata kuliah media pembelajaran dan teman
teman dapat mengkritik dan memberi saran agar penulisan dan materi
dapat lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Juanda, D. A. (2014). Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi


Kurikulum 2016 dan Kurikulum 2013. Bandung: CV.CONVIDENT.

M.S, D. M. (2019). Pendidikan Kurikulum Agama Islam. Mataram: Sanabil


Publishing.

Nasution, S. (2009). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2010). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Posangi, S. S. (2020). Landasan Kurikulum Pendidikan Islam. Al-Minhaj: Jurnal


Pendidikan Islam, 4(1), 1-11.

Silabus.web.id. (2022). Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Retrieved Februari


16, 2023, from Silabus.web.id: https://www.silabus.web.id/kurikulum-
pendidikan-agama-islam/

24

Anda mungkin juga menyukai