Anda di halaman 1dari 15

ILMU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONTEKS SOSIOLOGIS

MAKALAH
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas UTS
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Fifi Nofiaturrahmah M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1. Amalia Shofiatul Izzah (1610110459)


2. Khoirrur Roziqin (1610110436)
3. Nailul Inayah (1610110)
4. Ruiyatul Fitriani (1610110430)

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH REGULER
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEMIK
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi


yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan
informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan
kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun
tidak secara mayoritas masyarakat Indonesia adalah islam akan tetapi sebuah
nilai, Pendidikan islam bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai
kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama,
bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar
pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi
sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya
bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka,
melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari yang
terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan
masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Sosiologi dapat menempatkan pendidikan agama Islam dalam segala
kondisi sosio kultur yang ada dalam masyarakat, sehingga tujuan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin pun akan dapat tercapai. Memberikan panduan kepada
pelaksana pendidikan agama Islam untuk dapat melaksanakan peranannya dalam
masyarakat. Karena seorang pendidik tidak hanya bersinggungan dengan sekolah
saja tapi juga dengan masyarakat.
Dengan adanya sosiologi pendidikan di dalam pendidikan agama Islam,
maka dalam proses pendidikan akan berlangsung juga proses pelestarian warisan
budaya dan moral yang bersifat Islami dan mampu membawanya mencapai
puncak tertinggi dalam tingkatan kebudayaan. Melatih tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan dalam pendidikan agama Islam untuk memahami
masyarakat dan latar belakang social dari peserta didik, sehingga tenaga pendidik
mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal dalam proses pembelajaran
ataupun dalam menjawab pertanyaan yang ada sesuai dengan tujuan pedidikan
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam ?
2. Apa Tujuan Dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Islam ?
3. Apa Saja Lembaga Pendidikan Islam Dalam Konteks Sosiologi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Tujuan dan Ruang LingkupSosiologi Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Lembaga Pendidikan Islam Dalam Konteks Sosiologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sosiologi Pendidikan Islam

Kosa kata sosiologi secara etimologis berasal dari kata socio dan logy
yang berarti ilmu tentang social. Sedangkan secara terminologs, sebagaimana
dikemukan Astrid S. Susanto, Sosiologi adalah Ilmu yang hendak mengerti dan
menjelaskan tindakan-tindakan social dari manusia yang mempunyai pengaruh
terhadap masyarakat. Menurut Astrid Susanto mengatakan, bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang sebagian materi penelitianya meliputi segala kejadian
yang terdapat dalam kehidupan manusia.

Dengan demikian, sosiologi adalah ilmu yang objeknya segala suatu yang
nampak, menggejala dan menjadi realita dalam kehidupan social, seperti struktur
dan srtifikasi social, corak dan sifat masyarakat, yakni masyarakat ang terbuka
dan tertutup atau berada diantara keduanya, pola komunikasi dan intraksi yang
tejadi didalamnya,nilai-nilai budaya dan tradisi yang berkembang didalamnya,
keadaan tingkat sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan
peradaban yang terdapat didalamnya, serta tingkat ketertiban dan keamanan yang
terdapat di dalamnya. sosiologi berbeda dengan hal-hal yang bersifat idealis,
normatif, dan pemikiran. Jika yang bersifat idealis, normatif dan pemikiran
merupakan sesuatu yang ideal, diatas, dan sesuatu yang harus diwujudkan dalam
kenyataan sedangkan sosiologi adalah sesuatu yang tampak dan menggejala.
Menurut Omar Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, dalam bukunya Falsafah al-
Tarbiyah al-Islamiyah (Filsafat Pendidikan Islam), berpendapat bahwa
pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi dan masyarakat serta alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai
suatu aktivitas dan sebagai profesi dalam masyarakat.
Jika pengertian sosiologi, pendidikan dan Islam dihubungkan antara satu
dan lainnya, maka dapat dikemukakan catatan sebagai berikut. Pertama, bahwa
baikpada kosakata sosiologi, maupun pada kosakata pendidikan Islam, masing-
masing manusia, baik sebagai makhluk individual dan sosial. Pada kosakata
sosial lagi yang harus dipelajari adalah gejala-gejala sosial sedangkan pada
kosakata pendidikan yang menjadi sasaran adalah manusia sebagai makhluk
individual dan sosial agar dididik sesuai perkembangan masyarakat sedangkan
pada kosakata Islam terdapat cakupan yang terkait dengan kehidupan manusia
agar hidupnya lurus baik di dunia maupun di akhirat. Kedua, kosakata sosiologi
pendidikan dan Islam selalu terkait dengan aktivitas kemasyarakatan dengan
demikian baik sosiologi maupun pendidikan dan Islam selalu ditujukan untuk
menertibkan dan memajukan masyarakat.1

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Islam


Tujuan sosiologi pendidikan Islam adalah untuk memecahkan berbagai
masalah pendidikan dengan menggunakan pendekatan sosiologi atau sebaliknya
memaksimalkan peransosiologi pendidikan dalam memecahkan masalah yang
terdapat didalam kehidupan masyarakat. Abu Ahmadi menjelaskan tujuan
sosiologi pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Berusaha memahami peranan sosiologi dalam menjelaskan kegiatan sekolah
serta pengaruhnya terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari
segi kegiatan intelektual.
2. Untuk memahami seberapa jauh guru dapat membina kegiatan social anak
didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3. Untuk menyelidiki factor kekuatan masyarakatyang dapat mendorong
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.

1
Abuddin Nata. Sosiologi Pendidikan IslamI. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2014), hlm 15-20
4. Memberi pagangan terhadap penggunaan prinsip sosiologi untuk mengadakan
sosialisasi sikap dan kepribadian anak
Berdasarkan tujuan tersebut maka sosiologi pandidikan Islam itu
memiliki tujuan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan yang terdapat
dalam masyarakat.2
Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya kepribadian
muslim. Tujuan ini identik dengan tujuan hidup setiap muslim yakni menjadi
hamba Allah yang dinyatakan dalam QS. Q.S Al-Baqarah ayat 201:

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami
dari siksa neraka.
Sedangkan yang dimaksud dengan kepribadian muslim ialah kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah luarnya, kegiatan kegiatan
lainnya, maupun filsafat hidupnya dan kepercayaannya mewujudkan pengabdian
kepada Tuhan, penyerahan diri kepadanya.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
menimbulkan dan meningkatkan keamanan, melalui pemberian dan pemupukan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.3
Secara umum ruang lingkup pendidikan Islam ada tiga yaitu :

1. Ruang lingkup yang terdapat dalam ilmu social

2
Ibid, hlm 25-26
3
Cholil Umam, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Duta Aksara, 1998), hlm.15
Yaitu struktur dan stratifikasi social, tujuan dan cita-cita serta harapan
dari anggota masyarakat, nilai-nilai, tradisi, dan budaya yang terdapat dalam
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan
beradaban yang ada di masyarakat, sifat dan corak masyarakat, dinamika
masyarakat, erta maju mundurnya masyarakat.

2. Ruang lingkup yang terdapat dalam pendidikan

Yaitu berbagai aspek dan komponen yang terdapat dalam pendidikan


meliputi visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, mutu lulusan, proses belajar
mengajar, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, lingkungan kerja sama, budaya, dan valuasi pendidikan.

3. Hubungan antara ruang lingkup yang terdapat dalam masyarakat dengan


ruang lingkup yang terdapat dalam sosiologi.
Hubungan ini didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber
pada ajaran al Qur’an dan al hadist.4

C. Lembaga Pendidikan Islam dalam Konteks Sosiologis


1. Keluarga
a. Pengertian Keluarga

Keluarga dalam islam dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb.
Dalam pandangan antropologi, keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil
yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan
ditandai dengan kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi,
merawat dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan anak.5

4
Abuddin Nata, Op.Cit, hlm 29
5
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana pernada Mulia,2006). Hal.23-24
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan
utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapat didikan dan bimbingan serta
sebagian besar kehidupan anak itu ada dalam keluarga sehingga pendidikan itu
banyak diterima oleh anak, yang pada akhirnya dapat mencetak seorang anak
yang mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam
lembaga-lembaga berikutnya.

b. Tugas keluarga dalam pendidikan


Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlaq dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain.
Sedangkan menurut Al-Nahlawi kewajiban orang tua dalam pendidikan
anaknya adalah:
a. Menegakkan hukum-hukum Allah SWT kepada anaknya
b. Merealisasikan ketentraman dan kesejahteraan jiwa keluarga
c. Melaksanakan perintah agama dan perintah Rosullah SAW
d. Mewujudkan rasa cinta kepada anak-anak melalui pendidikan
c. Perbedaan corak pendidikan
Hasil pendidikan yang diberikan ayah dan ibu memiliki perbedaan.
Seperti yang kita lihat:
a. Ayah
Ayah merupakan sumber kekuasaan yang memberikan pendidikan
anaknya tentang manajemen dan kepemimpinan yaitu sebagai penghubung
keluarga dan masyarakat dengan memberikan pendidikan komunikasi terhadap
sesamanya, memberiakan perasaan aman dan perlindungan sehingga ayah
memberikan pendidikan sikap tanggung jawab dan waspada. Di samping itu
ayah sebagai hakim dan pengadilan dalam perselisihan yang memberikan
pendidikan anaknya berupa sikap tegas, menjunjung keadilan tanpa memihak
yang salah dan berlaku rasional dalam mendidik anaknya dan menjadi dasa-dasar
pengembangan daya nalar dan intelek, sehingga menghasilkan kecerdasaan
intelektual.
b. Ibu
Ibu sebagai sumber kasih sayang yang memberikan sifat ramah tamah,
ash, asih dan asuh kepada anaknya. Disamping itu ibu sebagai pengatur
kehidupan rumah tangga yang memberiakan pendidikan berupa keterampilan-
keterampilan khusus dan sebagai penghubung antara individu yang dapat
mendidik anaknya berupa hidup rukun, gotong royong, ukuwah, toleransi dan
menciptakan suasana dinamis, harmonis, dan kreatif, serta sebagai pendidik
bidang emosi anak yang dapat mendidik anaknya bberupa kepekaan daya rasa
dalam memandang sesuatu yang melahirkan kecerdasan emosional.
Oleh karena itu ibu mempunyai peran utama dalam pembinaan
pendidikan anaknya dalam keluarga. Jangan sampai kedudukan ibu
menggantikan ayah, karena hal itu melanggar kodrat wanita dan merupakan
pelanggaran terhadap hukum-hukum dasar pemberian Allah SWT serta
merupakan penyimpangan dari tugas hidup manusia yang mengakibatkan
emansipasi wanita yang tidak sehat

2. Masjid
a. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata Sajada yang artinya tempat sujud. Adapun
masjid (Masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam
arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid,
oleh karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan
masjid dalam pengertian khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat
berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi masjid yang digunakan
untuk shalat jumat disebut Masjid Jami. Karena shalat jumat diikuti oleh orang
banyak, maka masjid Jami biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya
digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor
atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai
dengan keperluan disebut Musholla, artinya tempat shalat. Di beberapa daerah,
musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.

b. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Secara garis besar Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam


adalah:

a. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.


b. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan
solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sebagai insane pribadi, sosial dan warga Negara.
c. Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-
potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan,
optimism, dan mengadakan penelitian.
3. Pesantren
a. Pengertian Pesantren
Menurut para ahli pesantren baru dikatakan pesantren bila memenuhi
lima syarat yaitu :
Ada kiai,Ada pondok,Ada masjid, Ada santri,Ada pengajaran baca kitab
kuning.
b. Kemampuan Pesantren Dalam Mengontrol Perubahan Nilai
Abdul Rahman Wahid, orang yang dianggap cukup mengetahui hal
ikhwal pesantern, melaporkan Teori Geertz yang menurutnya kiai berperan
sebagai penyaring arus informasi yang masuk ke lingkungan kaum santri,
menularkan apa yang dianggap berguna dan membangun apa yang dianggap
merusak, teori ini menetapkan kiai sebagai filter nilai. Selanjutnya dikatakan
bahwa peranan penyaring itu akan macet manakala arus imformasi yang masuk
terlalu deras. Dalam keadaan demikian kiai akan peranannya dalam merekayasa
budaya. Kiai juga ditemukan mempunyai peranan aktif selain meredam akibat
perubahan yang dibawa arus informasi juga mempelopori terjadinya perubahan
masyarakat menurut caranya sendiri.
Menurut Mastuhu, ada 10 prinsip yang berlaku pada pendidikan di
pesantren. Kesepuluh prinsip itu menggambarkan kira-kira 10 dari utama tujuan
pendidikan pesantren antara lain :6
1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran islam.
Anak didik dibantu agar mampu memahami makna hidup, keberadaan,
peranan, serta tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.
2. Memiliki kebebasan yang terpimpin
Setiap manusia memiliki kebebasan, tetapi kebebasan itu harus dibatasi
karena kebebasan memiliki potensi anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan)
mengandung kecenderungan mematikan kreativitas, karena itu pembatasan itu
harus dibatasi. Inilah yang berarti kebebasan yang terpimpin.
3. Berkemampuan mengatur diri sendiri
Di pesantren, santri mengatur sendiri kehidupannya menurut batasan
yang diajarkan agama.
4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
Dalam pesantren berlaku prinsip dalam hal kewajiban, individu harus
menunaikan kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hal hak, individu harus
mendahulukan kepentingan orang lain sebelum kepentingan diri sendiri.
5. Menghormati orang tua dan guru
Tujuan ini dikenal antara lain melalui penegakan berbagai pranata di
pesantren seperti mencium tangan guru, tidak membantah guru.
6. Cinta kepada ilmu

6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung PT Remaja, Rosdakarya ,2012), hlm. 289
Menurut al-Qur’an, ilmu (pengetahuan) datang dari Allah. Karena itu
orang-orang pesantren cenderung memandang ilmu sebagai sesuatu yang suci
dan tinggi.
7. Mandiri
Sejak awal santri telah dilatih untuk mandiri. Metode sorogan yang
individual juga memberikan pendidikan kemandirian.
8. Kesederhanaan
Dilihat secara lahiriah sederhana memang mirip dengan miskin. Padahal
yang dimaksud sederhana di pesantren adalah sikap hidup, yaitu memandang
sesuatu terutama materi secara wajar, proporsional,dan fungsional.
4. Madrasah
a. Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk
mengenyam proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut
dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi
pengajaran.
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau
tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang
berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah
madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.
b. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Di Madrasah
Sistem pengajaran yang digunakan di madrasah adalah perpaduan antara
sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah
modern. Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan
terhadap sejumlah bidang pengajaran.tertentu. Pada perkembangan selanjutnya
sistem pondok mulai ditinggal, dan berdirilah madrasah-madrasah yang
mengikuti sistem yang sama dengan sekolah-sekolah modern. Namun demikian
pada tahap awal madrasah tersebut masih bersifat diniyah, di mana mata
pelajaran hanya agama dengan penggunaan kitab-kitab bahasa arab.
Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia
Islam dan kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum
masuk ke dalam kurikulum madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun
khusus sesuai dengan tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku
pengetahuan umum yang belaku di sekolah-sekolah umum. Bahkan kemudian
timbulah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan dalam bentuk
sekolah-sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk tingkat dasar,
Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah
Muallimin (pendidikan guru) yang disebut normal Islam. Pada tahap selanjutnya
penyesuaian tersebut semakin meningkat dan terpadu dengan baik sehingga
sukar untuk dipisahkan dan dibedakan antara keduanya, kecuali madrasah yang
langsung ditulis predikat Islamiyah. Kurikulum madrasah atau sekolah-sekolah
agama, mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan
persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintahan RI dalam hal ini oleh
Kementerian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap
sistem pendidikan madrasah. Melalui Kementerian Agama, madrasah perlu
menentukan kriteria madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama
untuk madrasah-madrasah yang berada di dalam wewenangnya adalah harus
memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam
jam seminggu.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sistem
pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan perpaduan antara sistem
yang berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah
modern.7

7
Abdul Mujib, Op,Cit. Hal,30
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu yang objeknya segala suatu yang nampak,
menggejala dan menjadi realita dalam kehidupan social, seperti struktur dan
srtifikasi social, corak dan sifat masyarakat, yakni masyarakat ang terbuka dan
tertutup atau berada diantara keduanya,pola komunikasi dan intraksi yang tejadi
didalamnya,nilai-nilai budaya dan tradisi yang berkembang didalamnya, keadaan
tingkat sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan peradaban
yang terdapat didalamnya, serta tingkat ketertiban dan keamanan yang terdapat
di dalamnya. sosiologi berbeda dengan hal-hal yang bersifat idealis, normatif,
dan pemikiran. Jika yang bersifat idealis, normatif dan pemikiran merupakan
sesuatu yang ideal, diatas, dan sesuatu yang harus diwujudkan dalam kenyataan
sedangkan sosiologi adalah sesuatu yang tampak dan menggejala.
Adapun tujuan sosiologi pendidikan Islam :
1. Berusaha memahami peranan sosiologi dalam menjelaskan kegiatan
sekolah serta pengaruhnya terhadap masyarakat.
2. Untuk memahami seberapa jauh guru dapat membina kegiatan social anak
didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3. Untuk menyelidiki factor kekuatan masyarakat yang dapat mendorong
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.
4. Memberi pagangan terhadap penggunaan prinsip sosiologi untuk
mengadakan sosialisasi sikap dan kepribadian anak
Berdasarkan tujuan tersebut maka sosiologi pandidikan Islam itu
memiliki tujuan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan yang terdapat
dalam masyarakat dan tujuan akhirnya yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
DAFTAR PUSTAKA

Nata Abuddin. Sosiologi Pendidikan IslamI. (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2014)
Umam Cholil, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Duta Aksara,
1998)
Mujib Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana pernada Mulia, 2006)
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung PT Remaja, Rosdakarya
2012)

Anda mungkin juga menyukai