0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan8 halaman
Baiat merupakan janji setia kepada pemimpin dan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Baiat juga dilakukan dalam konteks politik Islam Indonesia saat sumpah jabatan. Isi baiat meliputi taat kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.
Baiat merupakan janji setia kepada pemimpin dan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Baiat juga dilakukan dalam konteks politik Islam Indonesia saat sumpah jabatan. Isi baiat meliputi taat kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.
Baiat merupakan janji setia kepada pemimpin dan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Baiat juga dilakukan dalam konteks politik Islam Indonesia saat sumpah jabatan. Isi baiat meliputi taat kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.
PENGERTIAN BAIAT Baiat merupakan istilah untuk upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin. Baiat bisa berupa pengangkatan seorang imam atau kepala agama. Selain itu bisa juga digunakan untuk pelantikan kepala negara. Upacara ini ditandai dengan pengucapan janji atau sumpah. Ibnu Khaldun mengatakan dalam kitabnya, Al-Muqaddimah, ”Baiat ialah janji untuk taat. Seakan-akan orang yang berbaiat itu berjanji kepada pemimpinnya untuk menyerahkan kepadanya segala kebijaksanaan tentang urusan dirinya dan urusan kaum Muslimin, sedikit pun tanpa menentangnya; serta taat kepada perintah pimpinan yang dibebankan kepadanya, suka maupun tidak.” PEMAKNAAN BAIAT Istilah baiat dalam Al-Quran disebutkan secara langsung oleh Allah Swt. Terminologi ini kemudian menimbulkan banyak pemaknaan. Pada Al-Quran surat Al-Fath [48]: 10, baiat diterjemahkan sebagai janji setia. Begitu pula pada ayat 18 dalam surat yang sama. istilah baiat memang sudah dipakai sejak zaman Muhammad Saw. dan generasi sesudahnya. Kini istilah tersebut digunakan juga pada konteks kepemimpinan, baik kepemimpinan agama maupun kepemimpinan negara. Sebagaimana pula yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang mana baiat dimaknai sebagai pengucapan janji setia kepada imam (pemimpin). Ibrahim Jindan menyebut bahwa baiat tidak hanya melibatkan dua belah pihak, pemimpin dengan yang dipimpin. Lebih dari itu, terdapat pihak lain seperti ulama yang berfungsi sebagai konsultan dalam proses baiat, serta semua pihak yang bersangkutan,berbakat, berpengaruh dan mempunyai kekuasaan juga turut terlibat dalam proses itu. Oleh karenanya, meskipun baiatmerupakan sebuah kata yang singkat, namun pemaknaan dan implementasinya melibatkan berbagai unsur. SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN BAIAT Sejarah telah mencatat, setelah Muhammad Saw. wafat, tradisi baiat kemudian dilanjutkan oleh para sahabat. Mereka adalah al khulafa ar rasyidun. Tradisi ini bahkan dilanjutkan sebelum pemakaman beliau. M. Ayoub menceritakan betapa baiat untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak itu terjadi sepeninggal Muhammad Saw. Seorang sahabat bernama Al-Abbas pergi menemui Abu Bakr dan Umar. Ia menanyakan apakah sepeninggal Muhammad Saw. terdapat perintah tertentu berkaitan dengan suksesi kepemimpinan, yakni masalah khilafah. Keduanya sepakat bahwa Nabi tidak menyatakan sesuatu tentang itu. Pertanyaan yang sama juga ditanyakan kepada ‘Ali bin Abi Thalib, bahkan Al-Abbas oleh M. Ayoub disebut telah mengawali baiat terhadap Ali: “Bentangkan tanganmu agar saya dapat memberikan baiat kepadamu sehingga masyarakat akan berkata, “Paman rasulullah telah membaiat sepupu rasulullah.” Lalu, keluargamu sendiri akan memberikan baiat dan seluruh masyarakat akan mengikuti ajakan itu.‘Ali bertanya, “akankah seseorang bertengkar akan masalah ini?” BAIAT DALAM POLITIK ISLAM INDONESIA Baiat dalam konteks politik Islam Indonesia lebih terlihat pada saat sumpah jabatan. Baik lembaga eksekutif, legislatif, dan yudhikatif saat mereka dilantik, maka akan disumpah dan janji sesuai dengan agamanya masing- masing sebelum menjalankan jabatannya. Mereka didampingi oleh rohaniawan. Sumpah dan janji inilah yang kemudian dikenal dengan sumpah jabatan. Sumpah jabatan adalah suatu upacara seremonial yang sangat sakral dalam pengangkatan seseorang untuk memangku jabatan yang baru. Ini juga dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudhikatif sebelum memangku jabatan secara resmi. ISI BAIAT Isi baiat aqabah I : • Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. • Melaksanakan apa yang Allah perintahkan. • Meninggalkan apa yang Allah larang. Isi Baiat Aqabah II : • Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci. • Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang. • Untuk beramar ma’ruf nahi munkar. Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah. Agar mereka melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri. MAKNA MATI JAHILIYAH mati dalam jahiliyah menunjukkan kehidupan jahiliyah, dengan alasan bahwa kematian adalah sari kehidupan. Orang yang hidupnya baik maka matinya dalam kebaikan, dan orang yang hidupnya buruk maka matinya dalam keburukan. Kematian hanyalah proses merasakan sari kehidupan. Hidup bak minuman yang diteguk manusia saat ajalnya dekat. Jika minuman ini madu, itulah hasil amal perbuatan baiknya, dan jika empedu atau racun, itulah hasil amal perbuatan buruknya di masa hidupnya. Mengenai hal ini difirmankan oleh Allah swt: ;ك ُُّل نَفْ ٍس ذاِئقَ ُة ال َْم ْو ِت “Setiap jiwa akan merasakan kematian.” (QS: Al Imran 185) HUBUNGAN ANTARA BAIAT DAN MATI JAHILIYAH DALAM HADIST Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari merujuk kepada syarat yang paling diakui oleh seluruh ulama sepanjang zaman, yaitu kitab Fathul Bari karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani. Dalam kitab legendaris itu Ibnu Hajar memberikan komentar tentang pengertian “Miitatan Jahiliyyatan” Yang dimaksud dengan 'mati Jahilyyah' dengan bacaan mim kasrah adalah keadaan matinya seperti kematian di zaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka. Dan kemungkinan itu adalah perumpamaan atas zahirnya, dimana maksudnya mati seperti orang-orang yang mati di masa jahiliyah meski dia bukan termasuk orang jahil.