Anda di halaman 1dari 3

F.

Pelaksanaan Pidana Mati

Di Indonesia pelaksanaan pidana mati, dalam KUHP diatur dalam 1 (satu) pasal saja yaitu pasal 11 KUHP
dan oleh R. Soesilo yang mendefinisikan : Pelaksanaan pidana mati dirumuskan oleh pengadilan di
lingkungan peradilan umum atau peradilan militer, dilakukan dengan ditembak sampai mati, menurut
ketetapan dalam Undang-Undang yang telah disusun dan dirancang pada undang-undang No. 2 tahun
1964 yaitu pada Penetapan presiden No. 2 Tahun 1964. 1 Di Indonesia pelaksanaan pidana mati
dilaksanakan berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1964 yang diterangkan sebagai salah satu
Penetapan Presiden yang sesuai dengan penyampaian rakyat dari sanubarinya, dan oleh sebab itu
dinyatakan tetap berlaku dan menjadi undang-undang, dengan nama Undang-Undang No. 2/PNPS/1964.

Pidana mati, dilaksanakan pada tempat yang dimana daerah itu merupakan daerah hukum pengadilan
yang menjatuhkan putusan dalam tingkat pertama, terkecuali ditentukan oleh Menteri Kehakiman. Dan
apabila terdapat lebih dari seorang yang dijatuhi pidana mati dalam satu keputusan, maka
pelaksanaannya dilaksanakan secara serentak pada waktu dan tempat yang sama, kecuali dapat hal-hal
yang tidak memungkinkan. Pelaksanaan pidana mati dikunjungi oleh Kepala Polisi Komisariat Daerah
bersama dengan Jaksa Tinggi/Jaksa yang bertanggung jawab. Dalam menunggu adanya pelaksanaan
eksekusi ini , terpidana ditahan terlebih dahulu yang khusus ditunjuk oleh Jaksa Tinggi/Jaksa yang
bertanggung jawab. Jaksa Tinggi/Jaksa yang bertanggung jawab memberitahukan kepada terpidana
tentang akan dilaksanakannya pidana mati dalam waktu tiga kali dua puluh empat jam. Bila terpidana
ingin menyuarakan sesuatu, maka pesannya akan diterima oleh Jaksa tersebut. Dalam pelaksanaan
Pidana mati ini harus dilakukan pada tempat tertutup, tidak disaksikan oleh orang-orang dan tidak perlu
dipublikasi .

Untuk pelaksanaan eksekusi ini adanya regu tembak yang terdiri dari seorang bintara 12 orang tamtama,
di bawah pimpinan seorang perwira dari BRIMOB. Regu tembak ini tidak memakai senjata organik dan
Regu embak ini berada di bawah perintah Jaksa tersebut sampai selesai pelaksanaan dilakukan.
Terpidana dibawa ke tempat yang dimana eksekusi akan dilaksanakan dan dengan pengawalan ketat .
apabila diminta, dapat disertai perawat dan ustadz apabila terpidana beragama muslim. terpidana
memakai pakaian yang sederhana dan sopan. apabila terpidana telah siap untuk di eksekusi Komandan
pengawal menutup mata terpidana dengan sehelai kain putih kecuali terpidana ingin ada pesan tidak
ditutupi matanya. Terpidana saat eksekusi keadaannya dapat berdiri, duduk atau berlutut dengan mata
tertutup . Jika perlu Jaksa mengintruksikan terpidana dengan tangan /kaku keadaan diikat pada
sandaran sandaran yang dikhusus untuk eksekusi . Setelah terpidana siap di tempat yang akan
dijalankan pidana mati, regu penembak siap dengan senjata yang sudah terisi peluru menuju ke tempat
yang ditentukan oleh Jaksa. Jarak antara terpidana dan regu tembak ini antara 5-10 meter. apabila
sudah semuanya siap, jaksa mengintruksikan mulai pelaksanaanya pidana mati. Melalui pedang sebagai
aba-aba, pemimpin regu penembak memberikan perintah siap. Kemudian ia menggerakkan pedangnya
ke atas dan mengintruksikan untuk menodongkan pada jantung terpidana dan ia memberikan aba-aba
untuk menembak. Apabila selepas terpidana masih memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia belum mati,
maka pemimpin regu segera mengintruksikan kepada Bintara Regu Penembak untuk melepaskan
tembakan terakhir dengan meletakkan senjatanya pada kepala terpidana persis di atas telinga. Untuk
1
1. R. Sughandi, KUHP Dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, hal. 14.
mendapatkan kejelasan tentang mati terhadap terpidana, dapat bantuan dokter. Untuk masalah
penguburan untuk terpidana diberikan kepada keluarga yang berhak untuk memutuskannya terpidana.
setelah semua sudah selesai Jaksa Tinggi harus membuat berita acara pelaksanaan pidana mati. Isinya
dibuat dan disalin ke dalam surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

G. Pidana Mati dalam konsep KUHP 2004

Indonesia yang merupakan penganut pancasila, menurut Barda Nawawi berdasarkan pemahamannya
tentang pidana mati pancasila ini tercantum dalam nilai keseimbangan antara sila yang lain-nya. Akan
tetapi , sekiranya Pancasila dilihat secara keseluruhan maka akan menekankan pada salah satu. Jadi,
pendapat yang menolak dan menerima pidana mati, sama-sama mendasarkan pancasila. Pidana mati
merupakan acuan terakhir tanpa pengecualian. Hal ini serupa dengan operasi dalam bidang kedokteran,
yang dasarnya juga bukan sarana/obat utama, merupakan upaya pengecualian sebagai obat terakhir.
Oleh karena itu, dipertegas dalam Konsep RKUHP (Pasal 80 Tahun 2000 jo Pasal 84 Tahun 2004). 2

Di dalam Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia tahun 2004, di dalam Bagian Kedua Pidana Paragraf I Jenis Pidana Pasal 62 ayat (1) Pidana
Pokok terdiri pada : pidana penjara, pidana tutupan, pidana pengawasan, pidana denda, pidana kerja
sosial.

Daripada isi Pasal 62 ayat (1) ini tidak diketahui pidana mati seumpamanya pidana pokok dan utama .
Hal ini melainkan tentunya sebagai sesuatu yang sangat berbeda, apabila dibandingkan dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang di dalam Bab II Hukuman-Hukuman Pasal 10: Hukuman-
hukuman ialah hukuman-hukuman pokoknya yaitu : hukuman mati, penjara, kurungan dan denda.

Pidana mati dalam pembaharuan Indonesia masih diperlukan sebagaimana Pasal 63 RKUHP Nasional
Tahun 2004 menyatakan : Pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu
diancamkan secara alternatif.3Dengan adanya pidana mati di dalam Pasal 63 RKUHP Nasional Tahun
2004, pidana mati masih dibutuhkan sebagai bagian dari sanksi yang dapat dijatuhkan oleh hakim.
Dengan adanya pengaturan pidana mati di dalam Pasal 63, maka para penyusun RKUHP Nasional (istilah
yang digunakan Prof. Mardjono Reksodiputro, S.H., M.A.) masih berasaskan prinsip bahwa hingga
sekarang , pidana mati masih diperlukan sebagai bagian dari sanksi pidana yang dapat dijatuhkan oleh
hakim.

Resume PPT

2
Barda Nawawi Arief, op.cit., hlm. 290-293.

3
Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Tahun 2004.
F. pelaksanaan pidana mati

Di Indonesia pelaksanaan pidana mati, dalam KUHP diatur dalam 1 (satu) pasal saja yaitu pasal 11 KUHP
dan oleh R. Soesilo yang mendefinisikan : Pelaksanaan pidana mati dirumuskan oleh pengadilan di
lingkungan peradilan umum atau peradilan militer, dilakukan dengan ditembak sampai mati, menurut
ketetapan dalam Undang-Undang yang telah disusun dan dirancang pada undang-undang No. 2 tahun
1964 yaitu pada Penetapan presiden No. 2 Tahun 1964. Pidana mati, dilaksanakan pada tempat yang
dimana daerah itu merupakan daerah hukum pengadilan yang menjatuhkan putusan dalam tingkat
pertama, terkecuali ditentukan oleh Menteri Kehakiman. Dan apabila terdapat lebih dari seorang yang
dijatuhi pidana mati dalam satu keputusan, maka pelaksanaannya dilaksanakan secara serentak pada
waktu dan tempat yang sama, kecuali dapat hal-hal yang tidak memungkinkan.

G. pidana Mati dalam konsep KUHP 2004

Di dalam Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia tahun 2004, di dalam Bagian Kedua Pidana Paragraf I Jenis Pidana Pasal 62 ayat (1) Pidana
Pokok terdiri pada : pidana penjara, pidana tutupan, pidana pengawasan, pidana denda, pidana kerja
sosial.

Daripada isi Pasal 62 ayat (1) ini tidak diketahui pidana mati seumpamanya pidana pokok dan utama .
Hal ini melainkan tentunya sebagai sesuatu yang sangat berbeda, apabila dibandingkan dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang di dalam Bab II Hukuman-Hukuman Pasal 10: Hukuman-
hukuman ialah hukuman-hukuman pokoknya yaitu : hukuman mati, penjara, kurungan dan denda.

Anda mungkin juga menyukai