Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN QUIZ

1. Hukum Panintesier adalah hukum yang memplajari pidana dan pemidanaan


Atau bisa dikatakan bahwa hukum yang mengatur atau memberi aturan
tentang sanksi dalam hukum pidana yang meliputi pidana dan tindakan.

2. Merujuk pada pengertian dari ap aitu hukum panitensier makan ruang


lingkupnya tidak akan pernah terlepas dengan istilah pidan dan pemidanaan.
Pidana merupakan sanksi yang diberikan kepada seseorang yang telah
melanggar hukum pidana. Sedangkan pemidanaan adalah penjatuhan pidana
sebagai upaya yang sah dilandasi oleh hukum untuk mengenakan sanksi
pada seseorang melalui proses peradilan pidana dan terbukti secara sah
bersalah melakukan suatu tindak pidana. Jadi pidana berbicara mengenai
hukumannya dan pemidanaan berbicara mengenai proses penjatuhan
hukuman itu sendiri.

3. Pada mulanya, hukuman mati di Indonesia dilaksanakan menurut ketentuan


dalam pasal 11 Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau KUHP yang
menyatakan bahwa "Pidana mati dijalankan oleh algojo atas penggantungan
dengan mengikat leher di terhukum dengan sebuah jerat pada tiang
penggantungan dan menjatuhkan papan dari bawah kakinya".

Pasal tersebut kemudian diubah dan dijelaskan dalam Undang-undang atau


UU Nomor 2/PNPS/1964. Hukuman mati dijatuhkan pada orang-orang sipil
dan dilakukan dengan cara menembak mati. Dalam pasal 10 KUHP,
hukuman mati tergolong ke dalam salah satu pidana pokok. Kejahatan yang
diancam dengan hukuman mati di dalam KUHP antara lain:
A. Pasal 104 KUHP: Makar membunuh kepala negara.
B. Pasal 111 ayat 2 KUHP: Mengajak negara asing untuk menyerang
Indonesia
C. Pasal 124 ayat 3 KUHP: Memberikan pertolongan kepada musuh pada
saat Indonesia dalam keadaan perang.
D. Pasal 140 ayat 4 KUHP: Membunuh kepala negara sahabat.
E. Pasal 340 KUHP: Pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu.
F. Pasal 365 ayat 4 KUHP: Pencurian dan kekerasan oleh dua orang atau
lebih dan mengakibatkan seseorang mengalami luka berat atau mati.

Selain itu, beberapa pasal dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
juga mengatur pidana mati. Pasal 118 dan Pasal 121 ayat 2 menyebutkan
bahwa ancaman hukuman maksimal bagi pelanggar adalah pidana mati.
Hukuman mati juga berlaku bagi pelaku tindak pidana korupsi. Sebagaimana
diatur dalam pasal 2 ayat 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang tindak pidana
korupsi.
4. Tata cara pelaksanaan hukuman mati berdasarkan UU Nomor 2/PNPS/1964

A. Tiga kali 24 jam sebelum eksekusi, jaksa memberitahukan terpidana


tentang rencana hukuman mati.
B. Apabila terpidana hamil, maka pelaksanaan pidana mati dapat
dilaksanakan 40 hari setelah anaknya dilahirkan.
C. Kepala Polisi Daerah atau Kapolda membentuk regu tembak yang terdiri
dari seorang bintara, 12 orang tamtama, di bawah pimpinan seorang
perwira.
D. Setibanya di tempat pelaksanaan pidana mati, komandan pengawal
menutup mata terpidana dengan sehelai kain.
E. Terpidana dapat menjalani pidana dengan berdiri, duduk, atau berlutut.
F. Jarak antara titik terpidana berada dengan regu penembak tidak lebih dari
10 meter dan tidak kurang dari lima meter.
G. Komandan regu penembak dengan menggunakan pedang memberikan
isyarat dan memerintahkan anggotanya membidik jantung terpidana.
H. Apabila terpidana masih memperlihatkan tanda kehidupan, maka regu
penembak melepaskan tembakan terakhir dengan menekankan ujung
laras senjata pada kepala terpidana tepat di atas telinga.

5. Norma perundang - undangan diluar KUHP yang mengatur pidana mati ialah
Norma Agama, Norma Hukum, Norma Sosial, Norma Adat dan Norma HAM.

6. Kovensi Internasional Tentang Hak Sipil dan Politik, dalam Pasal 4 ayat (1)
ICCPR menyatakan, dalam keadaan darurat umum yang mengancam
kehidupan bangsa dan terdapatnya keadaan darurat tersebut telah
diumumkan secara resmi, negara-negara pihak pada kovenan ini dapat
mengambil upaya-upaya yang menyimpang (derogate) dari kewajiban mereka
berdasarkan kovenan ini, sejauh hal itu dutuntut oleh situasi darurat tersebut,
dengan ketentuan bahwa upaya-upaya tersebut tidak bertentangan dengan
kewajiban negara-negara pihak itu menurut hukum internasional, dan tidak
menyangkut diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, dan asal-usul sosial, sehingga vonis mati yang dijatuhkan terhadap
Saddam tidak bertentangan dengan Pasal 3 DUHAM, karena kejahatan yang
dilakukan adalah kejahatan HAM berat dan memenuhi ketentuan Pasal 4
ICCPR. Hukuman mati atau yang sering disebut dengan pidana mati
bertentangan dengan ketentuan internasional HAM terutama Pasal 3 DUHAM
yaitu hak untuk hidup. Namun terdapat pengecualian dari Pasal tersebut yaitu
Pasal 4 ayat (1) ICCPRderogable right yang pada intinya hukuman mati dapat
dilaksanakan dengan kualifikasi kejahatan tersebut membehayakan publik.
7. Pidana mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap sebagai bentuk hukuman terberat yang
dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya.

Anda mungkin juga menyukai