TINJAUAN PUSTAKA
Pidana berasal dari kata bahasa sanskerta (Sanskrit) dengan kosa kata yang
sama yaitu pidana yang berarti hukuman. Namun ada juga beberapa pendapat
yang mengatakan pidana berasal dari bahasa Belanda straf (Belanda) yang
memiliki arti sama yaitu hukuman, pendapat tersebut diperkuat karena dahulu
Indonesia di jajah oleh Belanda. Para ahli hukum di Indonesia mengartikan
hukuman sebagai sanksi terhadap sebuah pelanggaran atau kejahatan sebagai
bentuk pertanggung jawaban atas delik (Perbuatan yang melanggar aturan atau
ketentuan-ketentuan hukum).
Hukum pidana materiil adalah aturan hukum yang memuat tindak pidana,
hukum materiil di bentuk atas dasar faktor kemasyarakatan dan faktor. Strafbaar
feit terdiri atas tiga kata yaitu straf, baar dan feit yang masing-masing memiliki
arti:
Vos memberikan definisi bahwa strafbaar feit ialah: Suatu kelakuan manusia
yang diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan.
Menurut pompe perkataan strafbaar feit itu secara teoritis dapat dirumuskan
sebagai: De normovertreding (verstroring der rechtsorde), waaraan de overtreder
schuld heft en waarvan de bestraffing dienstig is voor de handhaving der rechts
orde en de behartiging van het algemeen wezijn.
Unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku. Dan termasuk ke dalam nya, yaitu segala
sesuatu yang tergantung di dalam hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah undur
yang hubungan nya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari
sipelaku itu harus di lakukan.
Menurut adami Chazawa unsur-unsur tindak pidana terdiri dari 11 unsur tindak
pidana, yaitu:
a. Perbuatan;
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum);
c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).
a. pidana mati;
b. pidana penjara;
c. pidana kurungan;
d. pidana denda;
1946)
Jenis pidana tambahan hanya dijatuhkan apabila pidana pokok juga dijatuhkan.
Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis dari pidana tersebut
1. Pidana Pokok
a. Pidana mati
2. mengajak negara asing guna menyerang Indonesia, Pasal 111 ayat (2);
5. pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu, pasal 140 ayat (3) dan
Pasal 340;
6. pencurian dengan kekerasan oleh dua orang atau lebih berkawan, pada
Menjadikan ada orang berluka berat atau mati, Pasal 365 ayat (4);
b. Pidana Penjara
1. Sebagai pidana alternatif dari pidana mati, seperti Pasal 104, Pasal 365
ayat (4), Pasal 368 ayat (3);
2. Berdiri sendiri dalam arti tidak sebagai alternatif pidana mati, tetapi
sebagai alternatifnya adalah pidana penjara sementara setingginya dua puluh
tahun, seperti Pasal 106 dan Pasal 108 ayat (2).
Pidana penjara sementara waktu, paling rendah satu hari dan paling tinggi
(maksimum umum) 15 tahun (12 ayat 2). Pidana penjara sementara dapat
dijatuhkan melebihi dari 15 tahun secara berturut-turut, yakni dalam hal yang
ditentukan dalam pasal 12 ayat (3), yakni sebagai berikut :
1). Apakah akan menjatuhkan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara sementara maksimum 20 tahun (misalnya Pasal 104,
Pasal 365 ayat (4) dan Pasal 368 ayat (2);
1) perbarengan;
2) pengulangan;
3) kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan pasal 52 (pda kejahatan-
Maksimum 15 tahun, seperti pasal 338, pasal 365 ayat (3), pasal 140
c. Pidana kurungan
(2) Hukuman tersebut dapat dijatuhkan untuk paling lama satu tahun empat
(3) Hkuman kurungan itu sekali-kali tidak boleh melebihi waktu satu tahun
Empat bulan.
d. Pidana denda
(2) Jika dijatuhkan hukuman dendsa dan denda itu tidak dibayar maka diganti
(4) Dalam pututsan hakim, lamanya itu di tetapkan begitu rupa, bahwa harga
setengah rupiah atau kurang, diganti dengan satu hari, buat harga lebih tinggi bagi
tiap-tiap setengah rupiah gantinya tidak lebih dari satu hari, akhirnya sisanya tidak
cukup, gantinya setengah rupiah juga;
(6) Hukuman kurungan tidsk boleh sekali-kali lebih dari delapan bulan.
Pidana tutupan merupakan suatu pidana pokok baru, yang telah dimasukan
ke dalam kitab undang-undang hukum Pidana.Pidana tutupam ditambahkan dalam
pasal 10 KUHP undang-undang Nomor 20 Tahun 1946.
Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang diancam dengan pidana
penjara karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh
menjatuhkan pidana tutupan.
2. Pidana Tambahan
3. Hak memilih dan pilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-
aturan umum;
4. Hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak
menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang
bukan anak sendiri;
1). Barang-barang yang berasal atau diperoleh dari suatu kejahatan (bukan dari
pelanggaran), yang disebut dengan corpora delicate, misalnya uang palsu dari
kejahatan pemalsuan uang, surat cek palsu dari kejahatan pemalsuan surat; dan
Jika yang mendasari tujuan hukum pidana terdiri dari aliran klasik, modern dan
aliran neo-klasik, maka tujuan pidana secara garis besar terbagi menjadi tiga yakni
teori absolut, teori relatif dan teori gabungan. Berikut ini penjelasan mengenai tiga
teori pemidanaan.
Teori absolut lahir pada aliran klasik dalam hukum pidana. Teori ini
dikenal pada akhir abad 18, teori ini dianut oleh Imannuel Kant, Hagel, Herbart
dan Julius Stahl. Teori ini menganggap dasar dari hukum pidana adalah untuk
pembalasan (Vergelding atau Vergeltung). Menurut teori ini, setiap kejahatan harus
diikuti dengan pidana tidak boleh tidak tanpa tawar-menawar.
Pidana dijatuhkan kepada pelaku karena just deserts, bahwa mereka
dihukum karena meraka layak untuk dihukum atas perilaku tercela mereka, teori
absolut atau teori pembalasan terdiri atas pembalasan subjektif dan pembalasan
objektif, Vos menyatakan : ”Subjective vergelding is vergelding van de schuld va
de dader, vergelding naar mate van het verwijt, objectieve vargelding is
vargelding naar mate van dat, wat de dader door zjin tedoen”
Menurut kant, dasar pembenaran suatu pidana terdapat dalam apa yang
disebut kategorischen Imperativ, yakni menghendaki agar setiap perbuatan
melawan hukum harus dibalas. Keharusan menurut keadilan dan hukum,
merupakan suatu keharusan yang sifatnya mutlak, hingga setiap pengecualian atau
setiap pembatasan yang semata-mata didasarkan pada sesuatu tujuan harus
dikesampingkan.
Dari teori tersebut, jelas bahwa pidana merupakan suautu tuntutan etika
bagi seseorang yang melakukan kejahatan akan dihukum dan hukuman itu
merupakan suatu keharusan yang sifatnya untuk membentuk sifat dan merubah
etika yang jahat menjadi baik.
Teori ini memiliki dasar pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi
hukuman, artinya penjatuhan pidana mempunyai tujuan tertentu misalnya
memperbaiki sikap mental dari pelaku agar tidak berbahaya lagi. Teori relatif atau
teori tujuan berpokok pangkal dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan
tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Tujuan pidana adalah tata tertib masyarakat
dan untuk menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana.
Teori gabungan adalah teori kombinasi dari teori absolut dan teori ralatif.
Teori ini mensyaratkan bahwa pemidanaan itu selain memberikan penderitaan
jasmani juga psikologi dan terpenting adalah memberikan pemidanaan dan
pendidikan. Dalam teori gabungan ini, terdapat perbedaan pendapat dikalangan
para ahli (hukum pidana), ada yang menitik beratkan pada pembalasan dan ada
pula yang menginginkan unsur pembalasan dan prevensi seimbang.
Teori gabungan yang pertama yang menitik beratkan pada unsur
pembalasan dianut oleh Pompe yang mensyaratkan: orang tidak menutup mata
pada pembalasan, memang pidana dapat dibedakan dengan sanksi-sanksi lain,
tetapi tetap ada ciri-cirinya dan tidak dapat dikecilkan artinya bahwa pidana
adalah suatu sanksi dan dengan demikian terkait dengan tujuan sanksi- sanksi itu.
Karena hanya akan diterapkan jika menguntungkan pemenuhan kaidah-kaidah dan
berguna bagi kepentingan umum.
Teori ini berasal dari ketiga teori di atas dengan beberapa modifikasi
yakni:
Teori ini menyatakan bahwa pelaku kejahatan harus diperbaiki kea rah
yang lebih baik, agar Ketika Kembali ke masyarakat ia dapat diterima oleh
komunitasnya dan tidak lagi mengulangi perbuatan kejahatan.
d). Teori Pengadilan Sosial
1. Pengertian Delik
Unsur Subjektif adalah unsur yang berasal dari diri pelaku. Artinya, suatu
perbuatan pidana tidak mungkin ada tanpa adanya kesalahan.
Unsur Objektif adalah unsur yang berasal dari luar diri pelaku seperti
perbuatan atau act,akibat atau result, keadaan-keadaan sifat yang dapat
dihukum dan sifat melawan hukum.
1. Pengertian Penganiayaan
b. Rasa sakit
Misalnya menyubit, mendupak, memukul, menempeleng, dan sebagainya;
c. Luka
Luka misalnya mengiris, memotong, menusuk dengan pisau, dan lain –
lain;
d. Sengaja merusak Kesehatan orang
Merusak Kesehatan orang misalnya orang sedang tidur dan berkeringat
dibuka jendela kamarnya, sehingga orang itu masuk angin.
a. Penganiayaan Biasa
b. Penganiayaan Ringan
1. Selain dari apa yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menjadikan sakit atau halangan untuk melakukan jabatan atau
pekerjaan sebagai penganiayaan ringan, dihukum penjara selama-lamanya tiga
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500, hukuman ini boleh ditambah
dengan sepertiganya, bila kejahatan itu dilakukan terhadap orang yang bekerja
padanya atau yang ada di bawah perintahnya.
Dari ketentuan pidana yang diatur di dalam pasal 352 ayat (1) KUHP,
bahwa untuk dapat disebut sebagai suatu tindak pidana penganiayaan ringan
tindak pidana tersebut harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Bukan merupakan tindak pidana penganiayaan dengan direncanakan terlebih
dulu.
3. Tindak menyebabkan orang yang dianiaya menjadi sakit atau terhalang dalam
melaksanakan tugas-tugas jabatanya atau dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
pekerjaannya.
c. penganiayaan berencana
2. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, maka tersangka dihukum penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
Selain itu unsur lain yang sangat penting ialah unsur luka berat ( zwaar
lichamelijk lestsel) pada pasal 90 KUHP:
Dikatakan luka berat pada tubuh yaitu : penyakit atau luka yang tidak boleh
diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan
bahaya maut terus-menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan;
tidak lagi memakai salah satu pancaindra; kudung (rompong), lumpuh, berubah
pikiran (akal) lebih dari empat minggu lamanya; menggugurkan atau membunuh
anak dari kandungan ibu.
Luka berat atau luka parah ialah antara lain:
a. Penyakit atau luka yang tidak boleh diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau dapat mendatangkan bahaya maut.
d. penganiayaan berat
Dalam Pasal 354 ayat (1) dan ayat (2) KUHP telah mensyaratkan bahwa
pelaku memang telah menghendaki (willens) untuk melakukan suatu perbuatan
menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain, dan ia harus mengetahui (willens)
bahwa dengan melakukan perbuatannhya tersebut:
lain,
b. ia menyadari bahwa orang lain pasti (zeker) akan mendapat luka berat
pada tubuhnya,dan
Hukuman yang ditentukan dalam pasal 351, pasal 353,pasal 354, dan pasal 355
dapat ditambah sepertiganya:
(1) jika sitersalah melakukankejahatan itu kepada ibunya, bapanya yang sah,
(2) jika kejahatan itu dilakukan kepada seorang pegawai negri pada waktu sebab
(3) jika kejahatan itu dilakukan dengan memakai bahan yang merusak jiwa atau
Kesehatan orang.
Bagi bentuk khusus penganiayaan ini, sifat yang memberatkan pidana pada
penganiayaan biasa (pasal 351), penganiayaan berencana (pasal 353),
penganiayaan berat (pasal 354), dan penganiayaan berat berencana (pasal 355)
terletak pada dua hal:
a. ibunya;
c. istrinya;
d. anaknya;
e. pegawai negri (a) Ketika atau (b) karena menjalankan tugasnya yang sah.
Barang siapa dengan sengaja turut campur dalam penyerangan atau perkelahian
yang dilakukan oleh beberapa orang, maka selain dari pada tanggungannya
masing-masing bai perbuatan yang khusus dihukum:
(1). Penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan , jika penyerangan atau
Perkelahian itu hanya menjadikan ada orang mendapat luka berat saja.
(2). Penjara selama-lamanya empat tahun, jika penyerangan atau perkelahian itu
3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
(3) Pasal 89 tidak berlaku.