A. Pengertian Pidana
Pidana berasal dari kata straf (belanda) artinya hukuman. Pidana didefinisikan sebagai suatu
penderitaan yang sengaja diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai sanksi
atas perbuatan pelanggaran larangan hukum pidana.
Stelsel Pidana (Sistem pidana) merupakan tentang jenis pidana, batas-batas penjatuhan pidana, cara
penjatuhan pidana, cara bagaimana menjalankannya, begitu juga mengenai pengurangan ,
penambahan, dan pengecualian penjatuhan pidana.
B. Jenis-jenis Pidana
Stelsel pidana indonesia pada dasarnya diatur dalam Buku 1 KUHP dalam bab ke 2 dari pasal
10 sampai pasal 4 kemudian juga diatur lebih jauh mengenai hal-hal tertentu dalam :
1. Reglemen Penjara (Stb 1917 No. 708) yang telah diubah dengan LN 1948 No. 770)
2. Ordonasi Pelepasan Bersyarat (Stb 1917 No. 749)
3. Reglemen Pendidikan Paksaan (Stb 1917 No. 741)
4. UU No. 20 Tahun 1946 Tentang Pidana Tutupan.
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan
Pidana mati yang diancamkan juga diancamkan pidana alternatifnya, yaitu pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara waktu setinggi tingginya 20
tahun
b. Pidana penjara
Artinya menempatkan terpidana dalam suatu tempat (lembaga kemasyarakatan)
sehingga tidakbebas untuk keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tumbuh,
menaati dan menjalankan semua peraturan yang berlaku.
Stelselpidana penjara, menurut pasal 12(1) dibedakan menjadi 2 :
a. Pidana penjara seumur hidup
b. Pidana penjara sementara waktu
a. Pidana penjara seumur hidup dancamkan pada kejahaan-kejahatan yang
sangat berat misalnya:
1. Sebagai pidana alternatif daripidana mati seperti pasal 104 yaitu: makar
yang dilakukan dengan maksud menghilangkan nyawa atau kemerdekaan
presiden atau wakil presiden dengan tujuan menjadikan mereka
tidakcakap pemerintah diancam dengan pidana mati ataupidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertetu paling lama 20
tahun.
2. Penjara pidana sementara setinggi-tingginya 20 tahun sebagai alternatif
dari pidana penjara seumur hidup misalnyapasal 106 yaitu : Makar
dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke
tangan musuh atau memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
waktu tertentu paling lama 20 tahun.
Menurut pasal 13 KUHP, narapidana penjara dibagi dala beberapa kelas
yaitu:
1. Kelas I, yaitu bagi nara pidana penjara seumur hidup dan nara pidana
penjara sementara yang mebahayakan orang lainatau masyarakat.
2. Kelas II, yaitu
a. Nara pidana yang dipenjara lebih dari 3 bulan tetapi bukan
kategori kelas I
b. Nara pidana kelas I kemudian ternyata berkelakuan baik
c. Pidana yang turun kelas karena melakukan pelanggaran-
pelanggaran tertentu
3. Nara pidana kelas III, yaitu bagi nara pidana yang dipidana sementara
yang telah dinaikkan ke kelas I
c. Pidana kurungan
pidana kurungan banyak diancamkan pada jenis pelanggaran sementara itu,
pidana penjara banyak diancamkan pada jenis kejahatan.
Perbedaan pidana penjara dengan pidana kurungan,
1. pidana kurungan untuk jenis pelanggaran, pidana penjara untuk jenis
kejahatan.
2. Ancaman maksimum umum pidana penjara yakni 15 tahun dan maksimum
umum pidana kurungan 1 tahun 3 bulan.
3. Pidana penjara lebih berat dari pidana kurungan
4. Pidana penjara tidak dapat menggantikan pelaksanaan pidana denda tetapi
pidana kurungan dapat menggantikan pidana denda
5. Pelaksanaan pidana penjara dapat dipindah-pindahkan tetapi pidana kurungan
tidak dapat di pindah
6. Pekerjaan yang diwajibkan bagi nara pidana penjara lebih berat dari nara
pidana kurungan
d. Pidana Denda
Biasanya diancamkan pada jenis pelanggaran, baik sebagai pidana alternatif
maupun bukan. Juga diancamkan pada kejahatan-kejahatan ringan maupun
kejahatan culpa. Pidana denda sering diancamkan sebagai alternatif dari pidana
kurungan. Keistimewaan dari pidana denda:
1. Tidak menutup kemungkinan denda dapat dibayarkan oleh orang lain
2. Pelaksanaan pida denda dapat diganti dengan pidana kurungan
3. Tidak memiliki maksimum umum, melainkan hanya minimum umumnya
yaitu dalam pasal 30 ayat 1 sejumlah dua puluh lima sen.
Jika denda tidak dibayar maka diganti dengan menjalani pidana kurungan sebagai pengganti denda.
Ditetapkan yang lamanya minimal satu hari dan maksimal enam bulan, dan dalam keadaan yang lebih
berat yaitu delapan bulan seperti yang tercantum dalam pasal 30 ayat 5 dan 6.
Dalam pidana denda harus ada jaminan penggantinya, karena dalampidana denda tidak bisa dilakukan
dengan paksaan secara langsung seperti dalam perkara perdata yang bisa dilakukan tindakan penyitaan
dan pelelangan. Dalam KUHAP pasal 27 ayat 1 jangka waktu pembayaran denda adalah satu bulan.
Kecuali dalam putusan pemeriksaan cepat yang harus sketika dilunasi. Sementara dalam KUHAP
pasal 27 ayat 2 dapat diperpanjang paling lama satu bulan. Uang denda yang dibayar terpidana
menjadi milik negara.
e. Pidana Tutupan
Pidana tutupan ini ditambahkan kedalam pasal 10 KUHP melalui UU No.20 Tahun 1946, yang
maksudnya sebagaimana tertuang dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa dala mengadili orang
yang melakukan kejahatan, yang diancam dengan pidana penjara karena terdorong oleh maksud yang
patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan pidana tutupan.
Dalam peraturan Nomor 8 tahun 1948 ini, terrlihat bahwa rumah tutupan lebih baik daripada
rumah penjara. Narapidana tutupan mendapat fasilitas lebih baik daripada narapidana penjara.
Sayangnya dalam UU itu maupun PP pelaksanaanya tidak dijelaskan tentang unsur maksut yang patut
dihormati. Karena itu penilainnya diserahkan sepenuhnya kepada hakim.
Menurut hukum, pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseorang sehingga dapat
mengakibatkan kematian perdata (Burgerlijke daad) tidak diperkenankan. UU hanya memberikan
wewenang kepada negara untuk mencabut hak-hak tertentu saja, seperti yang tertera dalam pasal 35
ayat 1 KUHP yaitu:
Pasal 38 menentukan lamanya waktu pencabutan hak-hak tertentu yang dicabut oleh hakim adalah
sebagai berikut:
a. Apabila merupakan pidana seumur hidup, maka lamanya adalah seumur hidup
b. Apabila merupakan pidana penjara atau kurungan, maka lamanya maksimum lima tahun dan
minimumnya dua tahun lebih lama dari pidana pokoknya.
c. Apabila merupakan pidana denda maka lamanya paling sedikit dua tahun dan paling lama
lima tahun.
Hakim baru boleh menjatuhkan pidana pencabutan hak-hak tertentu apabila diberi wewenang
oleh UU.
4 dan 5. Menjadi penasehat hukum (raadsman) atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi
wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang bukan anak sendiri dan hak
menjalankan kekuasaan bapak, dan hak menjalankan perwalian atau pengampuan bukan anak sendiri.
Seorang penasihat hukum (raadsman) yakni orang yang diberi wewenang oleh hakim melalui
suatu penetapan untuk melakukan suatu pengurusan. Tetapi karena sudah dicabut, maka demi
kepentingan hukum, pencabutan hak menjadi raadsman tidak berlaku lagi. Pemecatan sebagai wali,
wali pengawas, pengampu dan pengampu pengawas atas orang lain daripada anak sendiri, demikian
juga kekuasaan bapak, perwalian dan pengampuan anak sendiri, sejak tahun 1927 telah diatur dalam
BW. Oleh karena itu, dengan Stb 1927 no 31 tersebut ditambahkan ayat ke-2 pasal 37 KUHP, dimana
dijelaskan bahwa pencabutan hak untuk menjadi wali dan sebagainya seperti yang dimaksutkan dalam
pasal 37 (1) tersebut, sepanjang mengenai golongan penduduk yang tunduk pada hukum perdata
dilakukan oleh hakim perdata. Dengan demikian, makayang dimuat dalam pasal 37 (1) jo 35 ayat 2
sub 4 dan 5 itu hanya dilakukan oleh hakim pidana terhadap golongan penduduk yang tidak tunduk
pada hukum perdata (dengan kata lain bagi penduduk yang taat pada hukum adat).
Hanya diperkenankan untuk brang tertentu saja, tidak diperkenankan untuk semua barang. Ada
dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan hakim pidana, 9(pasal 39) yaitu:
1. Barang yang diperoleh dari tindak kejahatan ( corpora delictie) misalnya uang palsu dari
kejahatan pemalsuan uang
2. Barang yang digunakan untuk melakukan kejahatan (instrumenta delictie). Misalnya senjata
tajam yang digunakan dalam kejahatan perampokan.
Ada tiga prinsip dasar dari pidana perampasan barang tertentu:
1. Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan terhadapdua jenis barang diatas ( pasal 39)
2. Hanya diancamkan pada tindak kejahatan
3. Hanya diancamkan dan dijatuhkan oleh hakim atas barang-barang milik terpidana saja.
Kecuali ada beberapa ketentuan secara tegas disita (250 bis) dan tidak secara tegas disita
(205)
Mengenai persoalan ini, ada dua pendapat yang saling bertentangan yaitu:
Barang yang dirampas oleh putusan hakim, dapat ditetapkan untuk negara misalnya emas perak
yang diseludupkan (kejahatan penyeludupan) ke indonesia, atau dapat juga ditetapkan untuk
dimusnahkan, misalnya pisau yang digunakan untuk membunuh, atau narkoba (dari kejahatan
narkotika) yang diperjualbelikan.
Sebagaimana prinsip umum pidana tambahan, pidana perampasan barang tertentu bersifat
fakultatif, tidak merupakan kharusan (imperatif) untuk dijatuhkan. Tetapi, ada beberapa jenis
kejahatan yang menjadi bersifat imperatif misalnya pada pasal 250 bis, 261, 275. Ratio pidana
perampasan barang yang bersifat imperatif ini adahubungannya yang sangat erat dengan tindakan
kepolisian, yang lebih bersifat preventif dalam kejahatan-kejahatan tersebut, yakni agar barang
tersebut tidak digunakan lagi untuk meneruskan kejahatan atau melakukan kejahatan.
Bagaimana mengenai pelaksanaan pidana perampasan barang tertentu ini? (1) barang tersebut
telah terlebih dulu diletakkan dibawah penyitaan, ataukah(2) atas barang tersebuttidak dilakukan
sita.
Mengenai kemungkinan yang pertama, eksekusinya terhadap barang itu dilakukan dengan
pelelangan dimuka umum menurut peraturan yang berlaku, yang hasilnya disetor pada kas negara
(pasal 42).
Terpidana boleh memilih apakah akan tetap menyerahkan barang yang disita ataukah
menyerahkan uang seharga penafsiranhakim dalam putusan. Apabila terpidana tidak menyerahkan
satu diantara keduanya itu, maka harus dijalankan pidana kurungan pengganti perampasan barang.
Pidana kurungan pengganti perampasan barang ini berbeda dengan pidana kurungan pengganti
denda (pasal 30 ayat 2). Perbedaan itu adalah sebagai berikut:
1) Ada dua hal yang dapat membebaskan dari pelaksanaan pidana kurungan pengganti
perampasan barang, yaitu : (1) pembayaran sesuai uang yang ditetapkan yang besarnya sama
dengan nilai barang yang dinyatakan dirampas, atau (2) menyerahkan barangyang dinyatakan
dalam putusan dirampas.
2) Pidana pengganti perampasan barang tidak dapat diperpanjang diatas maksimum enam bulan.
Kapankah barang yang dirampas atau pembayaran sejumlah uang harus diserahkan?
Jaksa menguasakan benda tersebut kepada kantor lelang negara dan dalam waktu tiga bulan
untuk dijual lelang, dapat diperpanjanguntuk paling lama satu bulan.
Setiap putusan hakim memang harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Bila
tidak putusan itu batal untuk umum. pidana pengumuman putusan hakim ini merupakan suatu
publikasi ekstra dari suatu putusan pemindahan seseorang dari pengadilan pidana.
Hakim bebas menentukan perihal cara melaksanakan pengumuman itu. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui surat kabar, plakat yang ditempelkan pada papan pengumuman, melalui media radio maupun
televisi, yang pembiayaannya dibebankan pada terpidana.
Maksud dari pengumuman putusan hakim yang demikian ini, mencegah bagi orang-orangtertentu agar
tidak melakukan tindak pidana yang sering dilakukan.
Manfaat menjatuhkan pidana dengan bersyarat ini adalah memperbaiki penjahat tanpa harus
memasukkannya kedalam penjara, artinya tanpa membuat derita bagi dirinya dan kelarganya,
mengingat pergaulan dalam penjara terbukti sering membawa pengaruh buruk bagi seseorang
terpidana, terutama bagi orang-orang yang melakukan tindak pidana karena dorongan faktor tertentu
yang ia tidak mempunyai kemampuan untuk menguasai dirinya, dalam arti bukan penjahat yang
sesungguhnya.
Dilihat dari namanya, yaitu pidana bersyarat, ada syarat-syarat yang ditetapkan dalam putusan hakim,
(1) syarat umum, dan (2) syarat khusus.
Syarat umum bersifat imperatif. Dalam syarat umum harus ditetapkan oleh hakim bahwa dalam
tenggang waktu tertentu (masa percobaan) terpidana tidak boleh menghukum tindak pidana (14c ayat
1).
Sementara itu, dalam syarat khusus, hakim boleh menentukan, hal-hal berikut ini:
1. Penggantian kerugian akibat yang ditimbulkan oleh dilakukannya tindak pidana baik
seluruhnya maupun sebagian, yang harus dibayar dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh
hakim yang lebih pendek dari masa percobaan (14 ayat 1)
2. Dalam hal hakim menjatuhkan pidana penjara lebi dari tiga bulan atau pidana kurungan atas
pelanggaran ketentuan pasal 492 (mabuk ditempat umum), 504 (pengemisan), 505
(pergelandangan), 506 (muncikari), 536 (mabuk dijalan umum), hakim dapat menetapkan
syarat-syarat khusus yang berhubungan dengan kelakuan terpidana (14a ayat 2).
Sementara itu mengenai lamanya masa percobaan itu, ditentukan (14b) sebagai berikut :
1. Bagi kejahatan dan pelanggaran pasal : 492, 504, 505, 506 dan 536 paling lama 3 tahun.
2. Bagi jenis pelanggaran lainya adalah paling lama 2 tahun.
Hakim dapat memerintahkan jaksa untuk melaksanakan putusan pemidanaan dalam hal:
1. Jika dalam masa percobaan terpidana telah terbukti melakukan tindak pidana (melanggar
syarat umum).
2. Jika dalam masa percobaan terpidana telah terbukti melanggar syarat khusus
3. Jika sebelum lewatnya masa percobaan terbukti terpidana telah dipidana dengan putusan yang
menjadi tetap karena Tindak pidana yang lain yang dilakukan sebelum masa percobaan
berjalan.
4. Setelah lewat masa percobaan, jika terpidana telah melakukan tindak pidana dalam masa
percobaan itu, asal saja penuntutan terhadap tindak pidana yang kemudian itu berakhir dengan
suatu putusan pemidanaan yang mempunyai hukm tetap (14f ayat 2)
Pejabat yang memberi perintah agar pidana dijalankan adalah hakim yangtelah menjatuhkan
pidana pada tingkat pertama ( hakim pada pengadilan negeri yang bersangkutan.
Syarat umum berisi keharusan bagi narapidana selama masa percobaan itu tidak boleh melakukan
tindak pidana dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya (15 ayat 1).
Sementara itu, syarat khusus adalah segala macam ketentuan perihal kelakuannya, asal itu tidak
membatasi hak-hak berpolitik dan menjalankan ibadah agamanya (15 ayat 2).
Narapidana yang diberikan pelepasan bersyarat diberikan suatu surat lepas dimana didalamnya
dimuat syarat-syarat yang harus ditaatinya selama masa percobaan tersebut. Bila ternyata
kemudian dalam masa percobaan nara pidana melanggar syarat tersebut pelepasan bersyarat itu
dapat dicabut.
Selama pelepasan bersyarat masih bisa dicabut, maka atas perintah jaksa nara pidana berada,
orang yang dilepas bersyarat itu dapat ditahan guna ketertiban umum. Penahanan itu paling lama
enam puluh hari.