Anda di halaman 1dari 8

STELSEL PIDANA

A. Pengertian Pidana

Pidana berasal dari kata straf (belanda) artinya hukuman. Pidana didefinisikan sebagai suatu
penderitaan yang sengaja diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai sanksi
atas perbuatan pelanggaran larangan hukum pidana.

Stelsel Pidana (Sistem pidana) merupakan tentang jenis pidana, batas-batas penjatuhan pidana, cara
penjatuhan pidana, cara bagaimana menjalankannya, begitu juga mengenai pengurangan ,
penambahan, dan pengecualian penjatuhan pidana.

Tujuan utama hukum pidana adalah ketertiban.

B. Jenis-jenis Pidana
Stelsel pidana indonesia pada dasarnya diatur dalam Buku 1 KUHP dalam bab ke 2 dari pasal
10 sampai pasal 4 kemudian juga diatur lebih jauh mengenai hal-hal tertentu dalam :
1. Reglemen Penjara (Stb 1917 No. 708) yang telah diubah dengan LN 1948 No. 770)
2. Ordonasi Pelepasan Bersyarat (Stb 1917 No. 749)
3. Reglemen Pendidikan Paksaan (Stb 1917 No. 741)
4. UU No. 20 Tahun 1946 Tentang Pidana Tutupan.

Menurut stelsel KUHP pidana dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

Pidana pokok dan pidana tambahan

Pidana Pokok terdiri dari:

1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
5. Pidana tutupan

Pidana Tambahan terdiri dari:

1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu


2. Pidana perampasan barang-barang tertentu
3. Pidana pengumuman keputusan hakim

1. Jenis-jenis pidana pokok


a. Pidana mati
Berdasarkan pasal 69 maupun berdasarkan hak tertinggi bagi manusia pidana ini
adalah pidana yang terberat. Dalam KUHP kejahatan-kejahatan yang diancam dengan
pidana mati adalah yang dipandang sangat berat saja, seperti:
1. Kejahatan-kejahatan yang mengancam kejahatan negara (104,111 ayat 2)
2. Kejahatan-kejahatan pembunuhan terhadap orang tertentu dan atau du lakukan
dengan faktor-faktor pemberat misalnya 140(3), 340
3. Kejahatan terhadap harta benda yang disertai faktor yang sangat berat (365 ayat 4
dan 368 ayat 2)
4. Kejahatan-kejahatan pembajakan laut, sungai dan pantai (444)

Pidana mati yang diancamkan juga diancamkan pidana alternatifnya, yaitu pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara waktu setinggi tingginya 20
tahun
b. Pidana penjara
Artinya menempatkan terpidana dalam suatu tempat (lembaga kemasyarakatan)
sehingga tidakbebas untuk keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tumbuh,
menaati dan menjalankan semua peraturan yang berlaku.
Stelselpidana penjara, menurut pasal 12(1) dibedakan menjadi 2 :
a. Pidana penjara seumur hidup
b. Pidana penjara sementara waktu
a. Pidana penjara seumur hidup dancamkan pada kejahaan-kejahatan yang
sangat berat misalnya:
1. Sebagai pidana alternatif daripidana mati seperti pasal 104 yaitu: makar
yang dilakukan dengan maksud menghilangkan nyawa atau kemerdekaan
presiden atau wakil presiden dengan tujuan menjadikan mereka
tidakcakap pemerintah diancam dengan pidana mati ataupidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertetu paling lama 20
tahun.
2. Penjara pidana sementara setinggi-tingginya 20 tahun sebagai alternatif
dari pidana penjara seumur hidup misalnyapasal 106 yaitu : Makar
dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke
tangan musuh atau memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
waktu tertentu paling lama 20 tahun.
Menurut pasal 13 KUHP, narapidana penjara dibagi dala beberapa kelas
yaitu:
1. Kelas I, yaitu bagi nara pidana penjara seumur hidup dan nara pidana
penjara sementara yang mebahayakan orang lainatau masyarakat.
2. Kelas II, yaitu
a. Nara pidana yang dipenjara lebih dari 3 bulan tetapi bukan
kategori kelas I
b. Nara pidana kelas I kemudian ternyata berkelakuan baik
c. Pidana yang turun kelas karena melakukan pelanggaran-
pelanggaran tertentu
3. Nara pidana kelas III, yaitu bagi nara pidana yang dipidana sementara
yang telah dinaikkan ke kelas I
c. Pidana kurungan
pidana kurungan banyak diancamkan pada jenis pelanggaran sementara itu,
pidana penjara banyak diancamkan pada jenis kejahatan.
Perbedaan pidana penjara dengan pidana kurungan,
1. pidana kurungan untuk jenis pelanggaran, pidana penjara untuk jenis
kejahatan.
2. Ancaman maksimum umum pidana penjara yakni 15 tahun dan maksimum
umum pidana kurungan 1 tahun 3 bulan.
3. Pidana penjara lebih berat dari pidana kurungan
4. Pidana penjara tidak dapat menggantikan pelaksanaan pidana denda tetapi
pidana kurungan dapat menggantikan pidana denda
5. Pelaksanaan pidana penjara dapat dipindah-pindahkan tetapi pidana kurungan
tidak dapat di pindah
6. Pekerjaan yang diwajibkan bagi nara pidana penjara lebih berat dari nara
pidana kurungan

Persamaan pidan penjara dan pidana kurungan

1. Sama-sama hilang kemerdekaan bergerak


2. Mengenal maksimum umum, maksimum khusus, dan minimum umum dan
tidak mengenal minimum khusus.
3. Sama-sama wajib menjalankan pekerjaan tertentu
4. Tempat menjalani pidana sama tetapi dipisah
5. Mulai berlaku apabila pejabat kejaksaan mengeksekusi dengan cara
melakukan memasukkan kedalam lembaga kemasyarakatan

d. Pidana Denda
Biasanya diancamkan pada jenis pelanggaran, baik sebagai pidana alternatif
maupun bukan. Juga diancamkan pada kejahatan-kejahatan ringan maupun
kejahatan culpa. Pidana denda sering diancamkan sebagai alternatif dari pidana
kurungan. Keistimewaan dari pidana denda:
1. Tidak menutup kemungkinan denda dapat dibayarkan oleh orang lain
2. Pelaksanaan pida denda dapat diganti dengan pidana kurungan
3. Tidak memiliki maksimum umum, melainkan hanya minimum umumnya
yaitu dalam pasal 30 ayat 1 sejumlah dua puluh lima sen.

Dalam praktiknya pidana enda jarang dijatuhkan, hakim selalu menjatuhkan


pidana penjara atau pidana kurungan. Kecuali bagi tindak pidana yang tidak
memiliki ancaman lain selain pidana denda.

Jika denda tidak dibayar maka diganti dengan menjalani pidana kurungan sebagai pengganti denda.
Ditetapkan yang lamanya minimal satu hari dan maksimal enam bulan, dan dalam keadaan yang lebih
berat yaitu delapan bulan seperti yang tercantum dalam pasal 30 ayat 5 dan 6.

Dalam pidana denda harus ada jaminan penggantinya, karena dalampidana denda tidak bisa dilakukan
dengan paksaan secara langsung seperti dalam perkara perdata yang bisa dilakukan tindakan penyitaan
dan pelelangan. Dalam KUHAP pasal 27 ayat 1 jangka waktu pembayaran denda adalah satu bulan.
Kecuali dalam putusan pemeriksaan cepat yang harus sketika dilunasi. Sementara dalam KUHAP
pasal 27 ayat 2 dapat diperpanjang paling lama satu bulan. Uang denda yang dibayar terpidana
menjadi milik negara.

e. Pidana Tutupan
Pidana tutupan ini ditambahkan kedalam pasal 10 KUHP melalui UU No.20 Tahun 1946, yang
maksudnya sebagaimana tertuang dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa dala mengadili orang
yang melakukan kejahatan, yang diancam dengan pidana penjara karena terdorong oleh maksud yang
patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan pidana tutupan.
Dalam peraturan Nomor 8 tahun 1948 ini, terrlihat bahwa rumah tutupan lebih baik daripada
rumah penjara. Narapidana tutupan mendapat fasilitas lebih baik daripada narapidana penjara.
Sayangnya dalam UU itu maupun PP pelaksanaanya tidak dijelaskan tentang unsur maksut yang patut
dihormati. Karena itu penilainnya diserahkan sepenuhnya kepada hakim.

3. Jenis-Jenis Pidana Tambahan


1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu
2. Pidana perampasan barang-barang tertentu
3. Pidana pengumuman keputusan hakim
1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu

Menurut hukum, pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseorang sehingga dapat
mengakibatkan kematian perdata (Burgerlijke daad) tidak diperkenankan. UU hanya memberikan
wewenang kepada negara untuk mencabut hak-hak tertentu saja, seperti yang tertera dalam pasal 35
ayat 1 KUHP yaitu:

1. Hak memegang jabatan pada umumnya dan jabatan tertentu


2. Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata
3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan
umum.
4. Hak menjadi penasihat hukum atas penerapan pengailan, hak menjadi wali, wali
pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang bukan anak sendiri
5. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian pengampuan atas anak
sendiri.
6. Hak menjalankan mata pencaharian

Pasal 38 menentukan lamanya waktu pencabutan hak-hak tertentu yang dicabut oleh hakim adalah
sebagai berikut:

a. Apabila merupakan pidana seumur hidup, maka lamanya adalah seumur hidup
b. Apabila merupakan pidana penjara atau kurungan, maka lamanya maksimum lima tahun dan
minimumnya dua tahun lebih lama dari pidana pokoknya.
c. Apabila merupakan pidana denda maka lamanya paling sedikit dua tahun dan paling lama
lima tahun.

Hakim baru boleh menjatuhkan pidana pencabutan hak-hak tertentu apabila diberi wewenang
oleh UU.

1. Hak menjalankan jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu


Pencabutan pada jabatan bukan berarti pemecatan yang dilakukan oleh hakim, karena
yang berhak melakukan pemecatan adalah pejabat administratif yang ditentukan menurut
undang-undang tata usaha negara misalnya pejabat atasannya. Keputusan pemidanaan oleh
hakim hanya merupakan dasar bagi pemecatan yang bisa dilakukan oleh pejabat atasannya.
Ha menjalankan jabatan pada umumnya adalah dalam banyak jabatan bukan dalam jabatan
tertentu saja. Sementara, yang dimaksud dengan jabatan (ambten) tidak dijelaskan oleh UU.
Oleh karena itu, untuk memahaminya maka dapat melihat doktrin hukum dan praktik
hukum.
Menurut Van Mel adalah jabatan dalam lapangan hukum yang telah menetapkan suatu
keajiban tertentu , dan yang harus dilaksanakan untuk kepentingan negara atau kepentingan
bagiannya.
Bagi Pompe menyatakan bahwa pejabat atau pegawai negeri adalah mereka yang oleh
kekuasaan umum atau yang berwenang telah diangkat untuk melakukan sebagian tugas
negara atau tugas bagian-bagian negara.
2. Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata/TNI
Seperti halnya pencabutan hak menjalankan jabatan,pidana pencabutan hak menjalankan
jabatan dalam angkatan bersenjata/TNI ini, hakim tidak memiliki kuasa untuk memecat
tetapi hanya mencabut hak dalam menjalankan suatu jabatan dalam angkatan
bersenjata/TNI. Pemecatan dari anggota angkatan bersenjata adalah wewenang dari
pejabat atasannya. Putusan hakim yang berisi pencabutan hak menjalankan jabatan adalah
alasan yang dapat digunakan oleh atasan untuk menerbitkan surat pemecatan.
3. Pidana pencabutan hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan
aturan-aturan umum.
Hak pilih aktif (hak untuk memilih) dan hak pilih pasif (hak untuk dipilih) menurut
KUHP kita mempunyai arti yang lebih luas yaitu bukan saja dalam pemilihan umum,
melainkan juga dalam pemilihan kepala desa misalnya (karena menurut aturan umum)

4 dan 5. Menjadi penasehat hukum (raadsman) atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi
wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang bukan anak sendiri dan hak
menjalankan kekuasaan bapak, dan hak menjalankan perwalian atau pengampuan bukan anak sendiri.

Seorang penasihat hukum (raadsman) yakni orang yang diberi wewenang oleh hakim melalui
suatu penetapan untuk melakukan suatu pengurusan. Tetapi karena sudah dicabut, maka demi
kepentingan hukum, pencabutan hak menjadi raadsman tidak berlaku lagi. Pemecatan sebagai wali,
wali pengawas, pengampu dan pengampu pengawas atas orang lain daripada anak sendiri, demikian
juga kekuasaan bapak, perwalian dan pengampuan anak sendiri, sejak tahun 1927 telah diatur dalam
BW. Oleh karena itu, dengan Stb 1927 no 31 tersebut ditambahkan ayat ke-2 pasal 37 KUHP, dimana
dijelaskan bahwa pencabutan hak untuk menjadi wali dan sebagainya seperti yang dimaksutkan dalam
pasal 37 (1) tersebut, sepanjang mengenai golongan penduduk yang tunduk pada hukum perdata
dilakukan oleh hakim perdata. Dengan demikian, makayang dimuat dalam pasal 37 (1) jo 35 ayat 2
sub 4 dan 5 itu hanya dilakukan oleh hakim pidana terhadap golongan penduduk yang tidak tunduk
pada hukum perdata (dengan kata lain bagi penduduk yang taat pada hukum adat).

7. Hak menjalankan mata pencaharian


Mata pencaharian atau pekerjaan adalah tiap usaha swasta untuk memperoleh penghasilan.
Pekerjaan atau mata pencaharian tidak meliputi jabatan sebagai mana yang disebutkan
dalam pasal 35 ayat 1. Tetapi pekerjaan yang bukan pekerjaan negara . tetapi seperti
swasta, misalnya dagang, tukang sopir dan sebagainya.

b. Pidana perampasan barang tertentu

Hanya diperkenankan untuk brang tertentu saja, tidak diperkenankan untuk semua barang. Ada
dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan hakim pidana, 9(pasal 39) yaitu:
1. Barang yang diperoleh dari tindak kejahatan ( corpora delictie) misalnya uang palsu dari
kejahatan pemalsuan uang
2. Barang yang digunakan untuk melakukan kejahatan (instrumenta delictie). Misalnya senjata
tajam yang digunakan dalam kejahatan perampokan.
Ada tiga prinsip dasar dari pidana perampasan barang tertentu:
1. Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan terhadapdua jenis barang diatas ( pasal 39)
2. Hanya diancamkan pada tindak kejahatan
3. Hanya diancamkan dan dijatuhkan oleh hakim atas barang-barang milik terpidana saja.
Kecuali ada beberapa ketentuan secara tegas disita (250 bis) dan tidak secara tegas disita
(205)

Mengenai persoalan ini, ada dua pendapat yang saling bertentangan yaitu:

1. Barang tersebut tetap dapat dirampas


2. Bahwa barang tersebut tidak boleh dirampas (1) membawa akibat kerugian bagi orang yang
tidak bersalah (2) bahwa perampasan barang itu hanya terhadap barangnyadan tidak trdapat
hak atas barang itu,sedangkan milik bersama itu adalah hak.
Bagi utrecht, beliau brpendapat ahwa barang tersebut harus menjadi milik terpidana pada saat dia
melakukan kejahatan.

Barang yang dirampas oleh putusan hakim, dapat ditetapkan untuk negara misalnya emas perak
yang diseludupkan (kejahatan penyeludupan) ke indonesia, atau dapat juga ditetapkan untuk
dimusnahkan, misalnya pisau yang digunakan untuk membunuh, atau narkoba (dari kejahatan
narkotika) yang diperjualbelikan.

Sebagaimana prinsip umum pidana tambahan, pidana perampasan barang tertentu bersifat
fakultatif, tidak merupakan kharusan (imperatif) untuk dijatuhkan. Tetapi, ada beberapa jenis
kejahatan yang menjadi bersifat imperatif misalnya pada pasal 250 bis, 261, 275. Ratio pidana
perampasan barang yang bersifat imperatif ini adahubungannya yang sangat erat dengan tindakan
kepolisian, yang lebih bersifat preventif dalam kejahatan-kejahatan tersebut, yakni agar barang
tersebut tidak digunakan lagi untuk meneruskan kejahatan atau melakukan kejahatan.

Bagaimana mengenai pelaksanaan pidana perampasan barang tertentu ini? (1) barang tersebut
telah terlebih dulu diletakkan dibawah penyitaan, ataukah(2) atas barang tersebuttidak dilakukan
sita.

Mengenai kemungkinan yang pertama, eksekusinya terhadap barang itu dilakukan dengan
pelelangan dimuka umum menurut peraturan yang berlaku, yang hasilnya disetor pada kas negara
(pasal 42).

Terpidana boleh memilih apakah akan tetap menyerahkan barang yang disita ataukah
menyerahkan uang seharga penafsiranhakim dalam putusan. Apabila terpidana tidak menyerahkan
satu diantara keduanya itu, maka harus dijalankan pidana kurungan pengganti perampasan barang.

Pidana kurungan pengganti perampasan barang ini berbeda dengan pidana kurungan pengganti
denda (pasal 30 ayat 2). Perbedaan itu adalah sebagai berikut:

1) Ada dua hal yang dapat membebaskan dari pelaksanaan pidana kurungan pengganti
perampasan barang, yaitu : (1) pembayaran sesuai uang yang ditetapkan yang besarnya sama
dengan nilai barang yang dinyatakan dirampas, atau (2) menyerahkan barangyang dinyatakan
dalam putusan dirampas.
2) Pidana pengganti perampasan barang tidak dapat diperpanjang diatas maksimum enam bulan.
Kapankah barang yang dirampas atau pembayaran sejumlah uang harus diserahkan?
Jaksa menguasakan benda tersebut kepada kantor lelang negara dan dalam waktu tiga bulan
untuk dijual lelang, dapat diperpanjanguntuk paling lama satu bulan.

c. Pidana pengumuman putusan hakim


Pidana pengumuman putusan hakim ini hanya dapat dijatuhkan dalam hal-hal yang telah ditentukan
oleh UU misalnya terdapat dalam pasal : 128, 206, 361, 377, 395, 405.

Setiap putusan hakim memang harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Bila
tidak putusan itu batal untuk umum. pidana pengumuman putusan hakim ini merupakan suatu
publikasi ekstra dari suatu putusan pemindahan seseorang dari pengadilan pidana.

Hakim bebas menentukan perihal cara melaksanakan pengumuman itu. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui surat kabar, plakat yang ditempelkan pada papan pengumuman, melalui media radio maupun
televisi, yang pembiayaannya dibebankan pada terpidana.

Maksud dari pengumuman putusan hakim yang demikian ini, mencegah bagi orang-orangtertentu agar
tidak melakukan tindak pidana yang sering dilakukan.

1. Penjatuhan pidana dengan bersyarat


2. Sistem penjatuhan pidana tertentu.

Manfaat menjatuhkan pidana dengan bersyarat ini adalah memperbaiki penjahat tanpa harus
memasukkannya kedalam penjara, artinya tanpa membuat derita bagi dirinya dan kelarganya,
mengingat pergaulan dalam penjara terbukti sering membawa pengaruh buruk bagi seseorang
terpidana, terutama bagi orang-orang yang melakukan tindak pidana karena dorongan faktor tertentu
yang ia tidak mempunyai kemampuan untuk menguasai dirinya, dalam arti bukan penjahat yang
sesungguhnya.

Dilihat dari namanya, yaitu pidana bersyarat, ada syarat-syarat yang ditetapkan dalam putusan hakim,
(1) syarat umum, dan (2) syarat khusus.

Syarat umum bersifat imperatif. Dalam syarat umum harus ditetapkan oleh hakim bahwa dalam
tenggang waktu tertentu (masa percobaan) terpidana tidak boleh menghukum tindak pidana (14c ayat
1).

Sementara itu, dalam syarat khusus, hakim boleh menentukan, hal-hal berikut ini:

1. Penggantian kerugian akibat yang ditimbulkan oleh dilakukannya tindak pidana baik
seluruhnya maupun sebagian, yang harus dibayar dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh
hakim yang lebih pendek dari masa percobaan (14 ayat 1)
2. Dalam hal hakim menjatuhkan pidana penjara lebi dari tiga bulan atau pidana kurungan atas
pelanggaran ketentuan pasal 492 (mabuk ditempat umum), 504 (pengemisan), 505
(pergelandangan), 506 (muncikari), 536 (mabuk dijalan umum), hakim dapat menetapkan
syarat-syarat khusus yang berhubungan dengan kelakuan terpidana (14a ayat 2).
Sementara itu mengenai lamanya masa percobaan itu, ditentukan (14b) sebagai berikut :

1. Bagi kejahatan dan pelanggaran pasal : 492, 504, 505, 506 dan 536 paling lama 3 tahun.
2. Bagi jenis pelanggaran lainya adalah paling lama 2 tahun.
Hakim dapat memerintahkan jaksa untuk melaksanakan putusan pemidanaan dalam hal:

1. Jika dalam masa percobaan terpidana telah terbukti melakukan tindak pidana (melanggar
syarat umum).
2. Jika dalam masa percobaan terpidana telah terbukti melanggar syarat khusus
3. Jika sebelum lewatnya masa percobaan terbukti terpidana telah dipidana dengan putusan yang
menjadi tetap karena Tindak pidana yang lain yang dilakukan sebelum masa percobaan
berjalan.
4. Setelah lewat masa percobaan, jika terpidana telah melakukan tindak pidana dalam masa
percobaan itu, asal saja penuntutan terhadap tindak pidana yang kemudian itu berakhir dengan
suatu putusan pemidanaan yang mempunyai hukm tetap (14f ayat 2)

Pejabat yang memberi perintah agar pidana dijalankan adalah hakim yangtelah menjatuhkan
pidana pada tingkat pertama ( hakim pada pengadilan negeri yang bersangkutan.

Pelepasan dengan bersyarat


Latar belakangnya ialah karena pengawasan terhadap narapidana yang dilepas dengan bersyarat
relatif lebih mudah karena ia telah dibina dan menjalani pidana penjara selama dua pertiga dari
lama pidana yang telah dijatuhkan atau paling tidak sembilan bulan.
Penetapan pelepasan bersyarat dapat diberikan (oleh menkeh, 15 ayat 1) apabila terpidana telah
menjalani pidana sepertiganya atau sekurang-kurangnya sembilan bulan(15 ayat 1).
Untuk mendapatkan keputusan pemberian pembebasan bersyarat juga didasarkan atas beberapa
pertimbangan, antara lain:
1. Sifat tindak pidana yang dilakukan
2. Pribadi dan riwayat hidup (latar belakang kehidupan) narapidana.
3. Kelakuan narapidana selama pembinaan
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan setelah ia dibebaskan
5. Penerimaan masyarakat dimana ia akan bertempat tinggal.
Syarat ini ada dua macam yaitu syarat umum dan syarat khusus

Syarat umum berisi keharusan bagi narapidana selama masa percobaan itu tidak boleh melakukan
tindak pidana dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya (15 ayat 1).

Sementara itu, syarat khusus adalah segala macam ketentuan perihal kelakuannya, asal itu tidak
membatasi hak-hak berpolitik dan menjalankan ibadah agamanya (15 ayat 2).

Narapidana yang diberikan pelepasan bersyarat diberikan suatu surat lepas dimana didalamnya
dimuat syarat-syarat yang harus ditaatinya selama masa percobaan tersebut. Bila ternyata
kemudian dalam masa percobaan nara pidana melanggar syarat tersebut pelepasan bersyarat itu
dapat dicabut.

Selama pelepasan bersyarat masih bisa dicabut, maka atas perintah jaksa nara pidana berada,
orang yang dilepas bersyarat itu dapat ditahan guna ketertiban umum. Penahanan itu paling lama
enam puluh hari.

Anda mungkin juga menyukai