Anda di halaman 1dari 4

BAHAN PENITENSIER

a. Menghitung pelepasan bersyarat


Bebas Bersyarat = 2/3 x (masa pidana - remisi)
b. Pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana kerja sosial
- Pengakuan terdakwa terhadap Tindak Pidana yang dilakukan
- Kemampuan kerja terdakwa
- Persetujuan terdakwa sesudah dijelaskan mengenai tujuan dan segala hal yang
berhubungan dengan pidana kerja sosial
- Riwayat sosial terdakwa
- Pelindungan keselamatan kerja terdakwa
- Keyakinan agama dan politik terdakwa
- Kemampuan terdakwa membayar pidana denda.

c. Urgensi pedoman pemidanaan (pentingnya)


- Memperbaiki pribadi pelaku tindak pidana
- Membuat orang menjadi jera untuk melakukan tindakan kejahatan
- Membuat para pelaku tindak pidana tidak mampu untuk melakukan tindakan pidana yang
lain, khususnya mereka yang dengan pembinaan sekalipun sudah tidak dapat dibina untuk
dikembalikan ke dalam masyarakat lagi.

d. perbedaan pidana bersyrat dan pelepasan bersyarat


Pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) terdapat pada pasal 14 KUHP. Pidana
bersyarat adalah : Suatu pemidanaan yang pelaksanaannya oleh hakim digantungkan
pada syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan dalam putusan hakim. Pidana
bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) terdapat pada pasal 14 KUHP. Pidana
bersyarat adalah : Suatu pemidanaan yang pelaksanaannya oleh hakim digantungkan
pada syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan dalam putusan hakim.

Pelepasan bersyarat dapat diberikan kepada mereka yang telah menjalani pidana yang
diberikan sekurang kurangnya 2/3 dari seluruh pidana yang dijatuhkan kepadanya atau
sekurang-kurangnya 9 bulan (pasal 15 ayat 1 KUHP). Ketika memberikan pelepasan
bersyarat, harus ditentukan pula masa percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang
harus dipenuhi selama masa percobaan itu (pasal 15 ayat 2 KUHP). Masa percobaan
itu sendiri lamanya adalah sama dengan sisa waktu pidana penjara yang belum dijalani,
ditambah satu tahun dan untuk menentukan masa percobaan tidak ikut diperhitungkan
waktu selama terpidana berada dalam tahanan yang sah (pasal 15 ayat 3 KUHP).

Perbedaannya ialah pada pidana bersyarat terpidana tidak pernah menjalani pidananya
kecuali jika ia melanggar syarat umum atau syarat khusus yang ditentukan oleh hakim,
sedangkan pada pelepasan bersyarat terpidana harus telah menjalani pidananya paling
lama dua per tiganya. Pelepasan bersyarat ini tidak imperative dan otomatis dikatakan
“dapat” diberikan pelepasan bersyarat

e. syarat2 umum dan khusus pidana bersayarat dan tujuan pidana bersyarat
a. Syarat umum, Terpidana bersyarat tidak akan melakukan delik apa pun dalam waktu
yang ditentukan.
b. Syarat khusus, Ditentukan oleh hakim.
Disamping itu juga dapat ditentukan syarat khusus lainnya mengenai tingkah laku
terpidana yang harus dipenuhi dimana masa percobaan/selama sebagian masa
percobaan.

f. kaitan pidana pokok dan pidana tambahan

1. Pidana tambahan dapat ditambahkan pada pidana pokok dengan pengecualian,


perampasan barang-barang tertentu dapat dilakukan terhadap anak yang diserahkan
kepada pemerintah tetapi hanya mengenai barang-barang yang disita, sehingga
pidana tambahan dapat ditambahkan dengan tindakan, bukan pada pidana pokok.
2. Pidana tambahan bersifat fakultatif, artinya jika hakim yakin mengenai tindak
pidana dan kesalahan terdakwa hakim tersebut tidak harus menjatuhkan pidana
tambahan, kecuali untuk pasal 250, 250 BIS, 261 dan 275 KUHP. Yang bersifat
imperatif, sebagaimana hakim harus menjatuhkan pidana pokok jika tindak pidana
dan kesalahan terdakwa terbukti. Dalam penerapannya tiap-tiap pasal dalam KUHP
digunakan sistem alternatif, artinya bila suatu tindak pidana hakim hanya boleh
memilih salah satu saja. Hal ini berbeda dengan sistem kumulatif, dimana hakim
dapat memilih lebih dari satu jenis pidana, bahkan diantara pasal-pasal KUHP
terdapat pasal-pasal yang hanya mengancam secara tunggal dalam arti terhadap
pelaku tindak pidana hakim harus menjatuhkan jenis yang diancam
g. hafalkan pasal 10 kuhp
Pidana terdiri atas:
a. pidana pokok
- pidana mati;
- pidana penjara;
- pidana kurungan;
- pidana denda;
- pidana tutupan.
b. pidana tambahan
- pencabutan hak-hak tertentu;
- perampasan barang-barang tertentu;
- pengumuman putusan hakim.
- tujuan teori pemidanaan

h. sistem diversi
Pasal 1 ayat (7) UU a quo
Diversi adalah Pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana
Tujuan Diversi adalah
• Mencapai perdamaian antara korban dan anak;
• Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan;
• Menghindarkan anak dari dari perampasan kemerdekaan;
• Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi ;
• Dan menanamkan rasa tanggung jawab pada anak

Klasifikasi atau syarat seperti apay g perlu dilakukan diversi


Mengacu pada Pasal 7 ayat (2) a quo
•Diancam pidana penjara dibawah 7 tahun
•Dan bukan pengulangan tindak pidana

Alasan harus dilakukannya diversi


Ya, harus karena sudah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU 11 tahun 2012, apabila tidak
dilaksanakan, maka akan memenuhi unsur Pasal 96
• Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim yang dengan sengaja tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). Pasal 7 ayat (1)
• Pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara pada anak di Pengadian
negeri wajib diupayakan Diversi.

i. alasan knp pidana mati tidak ada di kuhp baru, dipindahkan kemana pidana mati
Pidana mati yang semula pidana pokok dalam KUHP kolonial Belanda, tapi dalam
KUHP baru menjadi pidana khusus yang diancamkan secara alternatif. Menariknya,
pidana mati dijatuhkan pengadilan terhadap terdakwa yang diancam sanksi hukuman
mati secara alternatif dengan masa percobaan selama 10 tahun. Masa percobaan satu
dasawarsa itu menjadi pertimbangan dengan harapan adanya perubahan perilaku serta
kehidupannya dan penyesalan dari terpidana. Dengan begitu, pidana mati tidak perlu
dilaksanakan dan dapat diganti atau dikonversi dengan pidana penjara seumur hidup

Aturan mengenai pidana mati yang disorot itu tertuang dalam Pasal 100 KUHP baru.
Dalam KUHP yang disahkan pada 6 Desember 2022 itu, pidana mati diancamkan
secara alternatif sebagai upaya terakhir untuk mencegah dilakukannya tindak pidana
dan mengayomi masyarakat.

Selain itu, KUHP memberikan masa percobaan 10 tahun bagi terpidana untuk berbuat
baik di penjara. Bila selama 10 tahun ia berbuat baik, hukumannya dapat diubah
menjadi penjara seumur hidup.

j. menjelaskan tentang hk penitensier

Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-


ketentuan atau peraturan-peraturan yang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan
putusan hakim terhadap seseorang yang memiliki status sebagai terhukum. Hukum
penintensier adalah hukum yang berkenaan dengan tujuan daya kerja dan organisasi
dari lembaga-lembaga pemidanaan. Secara harfiah hukum penintensier itu dapat
diartikan sebagai suatu keseluruhan dari norma-norma yang mengatur masalah pidana
dan pemidanaan.
Tujuan dari hukum penitensier adalah agar yang berhubungan dengan hukuman
seseorang dapat dilaksanakan dengan baik. Hukuman penintensier baru dapat
dilaksanakan apabila sudah ada putusan dari hakim.
ruang lingkup hukum penitensier meliputi pidana atau pemidanaan yang dikaitkan
dengan lembaga-lembaga pemidanaan dengan tujuan yang ingin dicapai orang dengan
pemidanaan itu sendiri karena menurutnya hukum pidana penitensier merupakan
hukum yang berkaitan dengan tujuan, daya kerja, dan organisasi lembaga-lembaga
pemidanaan

k. teori tujuan pemidanaan


a. Teori absolut (teori retributif / pembalasan), memandang bahwa pemidanaan
merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi pada
perbuatan dan terletak pada kejahatan itu sendiri.
b. Teori relatif (doeltheorien), teori ini memandang pemidanaan bukan sebagai
pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan
bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan.
c. Teori gabungan (integratif) mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas
tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi
dasar dari penjatuhan pidana. Pada dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori
absolut dan teori relatif. Gabungan kedua teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan
hukuman adalah untuk mempertahankan tata tertib hukum dalam masyarakat dan
memperbaiki pribadi si penjahat.
d. Teori treatment, mengemukakan bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan
kepada pelaku kejahatan, bukan kepada perbuatannya. Teori ini memiliki
keistimewaan dari segi proses re-sosialisasi pelaku sehingga diharapkan mampu
memulihkan kualitas sosial dan moral pelaku agar dapat berintegrasi lagi ke dalam
masyarakat. Menurut Albert Camus, pelaku kejahatan tetap human offender, namun
demikian sebagai manusia, seorang pelaku kejahatan tetap bebas pula mempelajari
nilai-nilai baru dan adaptasi baru
e. Teori perlindungan sosial (social defence) merupakan perkembangan lebih lanjut
dari aliran modern dengan tokoh terkenalnya Filippo Gramatica, tujuan utama dari
teori ini adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan bukan
pemidanaan terhadap perbuatannya. Hukum perlindungan sosial mensyaratkan
penghapusan pertanggung jawaban pidana (kesalahan) digantikan tempatnya oleh
pandangan tentang perbuatan sosial, yaitu adanya seperangkat peraturan-peraturan
yang tidak hanya sesuai dengan kebutuhan untuk kehidupan bersama tapi sesuai
dengan aspirasi-aspirasi masyarakat pada umumnya

Anda mungkin juga menyukai