Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Hukum penitensier

1. Menurut ahli hukum

Menurut Van Bemmelen Hukum Penitensier artinya hukum yang berkenaan dengan tujuan, daya kerja,
dan organisasi dari lembaga-lembaga pemidanaan. Sedangkan menurut Sudarto Hukum Penitensier
adalah bagian dari hukum yang mengatur atau yang memberi stelsel sanksi. Dari dua pendapat ahli ini
maka dapat diuraikan bahwa Hukum Penitensier adalah sebagai suatu keseluruhan norma-norma yang
mengatur lembaga-lembaga pidana atau pemidanaan, lembaga-lembaga penindakan dan lembaga-
lembaga kebijaksanaan yang telah diatur oleh pembentuk Undang-Undang didalam hukum pidana
material.

2. Secara umum

Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan ang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan putusan hakim terhadap
seseorang yang memiliki status sebagai terhukum.

Sumber hukum penitensier( pasal 10 KUHP ) yang berbunyi pidana terdiri atas :

- Pidana pokok (pidana mati, penjara, kurungan, denda, tutupan)

- Pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman


putusan hakim

Kriminalisasi adalah salah satu proses yang terjadi didalam masyarakat dimana suatu perbuatan
yang asalnya bukan merupakan perbuatan pidana dikarenakan pengaruh kondisi social yang
berkembang yang berkaitan dengan rasa keadilan dalam masyarakat maka perbuatan itu akhirnya
dijadikan merupakan perbuatan pidana. Contoh lahirnya UU penyalahgunaan narkotika ( UU No. 9 /
1976), dimana berdasarkan UU ini penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang dapat
dipidana.

De kriminalisasi adalah suatu perbuatan yang secara konkrit diancam pidana dalam hukum positif
dikaernakan pengaruh perubahan perkembangan masyarakat berubah menjadi perbuatan yang tidak
dapat dipidana. Contoh pasal 534 KUHP, dalam pasal ini disebutkan barang siapa yang memperagakan
alat kontrasepsi pencegah kehamilan di muka umum diancam dengan hukuman penjara, dikarenakan
khususnya di Indonesia dalam kerangka pelaksanaan program KB dimana alat kontrasepsi itu dianjurkan
untuk digunakan oleh BKKBN, dengan kondisi demikian maka pasal 534 KUHP itu sampai saat ini tidak
memilik daya paksa.

Masalah pokok didalam Hukum Penitensier

1. Pemidanaan ( fungsi Hakim Besar )


2. Proses pemidanaan (tugas atau fungsi LP)

3. Terpidana ( siapa yang diproses )

Alasan perubahan KUHP

- Pertimbangan politis

Bahwa RI sudah merdeka 60 tahun dan sudah sepantasnya dan sewajarnya memilik KUHP Nasional hasil
karya bangsa sendiri karena KUHP yang ada sekarang ini adalah hasil karya pemerintahan kolonial
Belanda dan dibuat diBelanda, bila bangsa Indonesia memiliki KUHP Nasional dapat menumbuhkan
kebanggaan nasional yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang sejajar
dengan bangsa lain di dunia.

- Pertimbangan sosiologis

Karena KUHP yang kita miliki sekarang dibuat oleh pemerintahan Belanda sudah barang tentu hanya
menjamin kepentingan-kepentingan sosial masyarakat Belanda khususnya masyarakat Belanda yang ada
di Indonesia, maka dari itu bila KUHP Nasional lahir, sudah barang tentu dirujuk dan mengacu pada nilai-
nilai social dan kepentingan masyarakat Indonesia yang sangat prularistik (beragam).

- Pertimbangan praktis

KUHP yang ada sekarang di Republik Indonesia adalah merupakan hasil terjemahan tidak resmi,
keberadaanya itu hanyalah merupakan hasil terjemahan dari para ahli hukum kita yang kebetulan
menguasai bahasa Belanda, dengan demikian dengan adanya hasil terjemahan beberapa para ahli
menurut Prof. Muladi tidak mustahil adanya hasil terjemahan yang tidak konsisten satu sama lainnya
sehingga dapat menimbulkan kerancuan bagi para penegak hukum.

Tujuan pemidanaan

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakan norma hokum demi pengayoman
masyarakat.

2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang baik dan
berguna dalam masyarakayt.

3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana dengan memulihkan keseimbangan dan
medatangkan rasa damai dalam masyarakat.

4. Membebaskan rasa bersalah pada diri terpidana.


Kewajiban Hakim sebelum menjatuhkan pidana

a. Kesalahan sipelaku

b. Motif dan tujuan dilakukannya tindak pidana

c. Cara melakukan tindak pidana

d. Sikap batin sipelaku

e. Riwayat hidup dan keadaan sosial sipelaku

f. Sikap sipelaku sesudah melakukan tindak pidana

g. Pengaruh pidana terhadap masa depan sipelaku

h. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan

i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban & keluarga

j. Tindak pidana yang dilakukan terencana atau tidak

Hak Narapidana

- Hak mendapat pemeliharaan kesehatan

- Hak mendapat kunjungan keluarga, saudara, atau kerabat

- Hak mendapat kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya

- Hak remisi

- Hak asimilasi

- Hak mendapat cuti

- Hak pembebasan bersyarat

- Hak cuti sebelum bebas

Kewajiban Narapidana

Mantaati semua peraturan tata tertib yang diterapkan dilingkungan LP tersebut,meliputi :

- Kewajiban bekerja
- Kewajiban berperilaku baik

Proses pelaksanaan pembinaan terhukum atau narapidana di Indonesia dihadapkan pada kendala yang
pokok yaitu :

- SDM pembinaan belum memiliki profesionalisme

- Dari segi struktur bangujnan LP seratus persen masih menggunakan struktur kepenjaraan, padahal
pedoman-pedoman kepenjaraan sudah dihapus sejak program pemasyarakatan dicanangkan pada
tahun 1970.

Objek hukum penitensier adalah putusan Hakim yang berkaitan dengan perkara pidana, putusan Hakim
dalm kasus pidana, dalam kitab undang-undang Hukum Acara Pidana Indonesia,ada 3 (tiga) jenis yaitu

¤ Putusan bebas

Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan atau didakwakan oleh jaksa penuntut umum
sama sekali tidak terbukti dipersidangan.

¤ Dilepaskan semua dari tuntutan hukum

Putusan ini dijatuhkan oleh Hakim apabila Hakim berkesimpulan bahwa yang dituduhkan oleh jaksa
penuntut umum itu terbukti tetapi perbuatan itu bukan merupak perbuatan yang dapat dipidana.

Contohnya kasus utang piutang yang oleh jaksa penuntut umum di dakwakan sebagai perbuatan
pidana.

¤ Penghukuman

Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan oleh jaksa penuntut umum seluruhnya atau
sebagian terbukti.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa hukum penitensier ini hanyalah berkaitan dengan putusan
hakim yang berisi “pemidanaan” atau “penghukuman” saja.

Sering kali putusan hakim yang mengadili tindak pidana ringan putusannya itu adalah pidana bersyarat
atau disebut juga pidana percobaan.

Pidana bersyarat adalah suatu pidana dimana si terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut
melainkan tetap berada ditengah-tengah masyarakat terkecuali bilamana si terpidana dalam waktu
masa percobaan tersebut melakukan pelanggaran tindak pidana apapun maka hukuman penjara harus
segera dilaksanakan.

Ex : Terpidana dijatuhi hukuman pidana bersyarat 1 Tahun, “artinya” bahwa si terpidana tersebut tidak
perlu menjalani pidananya didalam Lembaga Pemasyarakatan ( LP ) melainkan tetap berada didalam
masyarakatnya , tetapi dalam kurun waktu 1 tahun itu si terpidana tidak boleh melakukan pelanggaran
tindak pidana apapun dan apabila sebelum masa 1 tahun itu habis si terpidana melakukan pelanggaran
tindak pidana lagi maka putusan I yang berisi hukuman 1 tahun penjara harus segera dilaksanakan.

Fungsi dari penegakan hukum adalah menempatkan hukum pada posisi yang tepat sebagai bagian usaha
manusia untuk menjadikan dunia ini lebih nyaman untuk di tinggal.

( The function of law enforcement is to put in law prover prespective as a part man effort to make this
world better place in which to life )

Hak perogatif Presiden berkaitan dengan masalah pemidanaan

1. Pemberian Grasi

Masalah grasi telah diatur tersendiri oleh undang-undang

pengajuan grasi hanya dapat diajukan oleh terhukum atau ahli warisnya, putusan grasi yang dikeluarkan
oleh presiden dapat berupa :

a. Penolakan atau ditolak grasinya

b. Diterima grasinya dalam bentuk :

Pemidanaannya dirubah, contoh : Dari pidana mati dirubah menjadi pidana seumur hidup

Lama pemidanaannya, contoh : Dari pidana 20 tahun penjara dirubah menjadi pidana 10 tahun penjara

2. Pemberian Amnesti

Amnesti adalah putusan presiden yang berisi pembebasan terhadap semua terhukum khususnya
terhadap terhukum yang berkaitan dengan kejahatan politik dan maker. Masalah amnesti ini diatur
berdasrkan kepres yang bersifat situasional.Contoh : Presiden mengeluarkan Kepres No 22 Tahun 2005
tentang membebaskan semua terhukum GAM.

3. Pemberian abolisi

Abolisi adalah putusan presiden yang berisi pembebasan penuntutan hukum terhadap kejahatan politik
dan maker. Masalah abolisi ini diatur berdasarkan kepres yang bersifat situasionalContoh : Semua
anggota GAM yang menyerah setelah 15 september 2005 dibebaskan dari penuntutan hukum.

Perjanjian ekstradisi adalah suatu perjanjian antara 2 negara yang berisi pengembalian seorang
tersangka atau terdakwa yang melarikan diri kenegara yang bersangkutan maka negara yang
kedatangan pelarian tersebut wajib menangkap dan mengembalikan ke Negara asal sebaagaimana
dalam perjanjian.

Masalah pemidnaan anak diatur oleh UU No.3 Tahun 1997


Tentang anak ini bila melihat pasal 44 KUHP disebutkan apa yang disebut anak itu adalah manusia yang
belum berumur 16 tahun, dan pasal ini dapat disimpulkan bahwa anak yang baru lahir pun mengandung
arti dapat di pidana sekalipun hal yang demikian mustahil.

Di dalam UU No.3 tahun 1997 telah digunakan model batasan usia tentang usia yang disebut seorang
anak yaitu 10 tahun sampai 18 tahun. Lahirnya UU No. 3 tahun 1997 langsung mencbut pasal 44 tentang
batasan usia.

Tentang hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap anak apabila seorang anak melakukan tindakan
pidana tidak diancam pidana mati, maka :

- Hakim harus menjatuhkan pidananya dikurung 1/3 apabila tindakan pidan tersebut dilakukan oleh
orang dewasa.

- Hakim dapat memutuskan apabila anak yang melakukan tindak pidana dikembalikan kepada orang
tuanya.

- Dipidana sebagai anak negara untuk di didik di Lembaga Pemasyarakatan anak.

Proses pemidanaan bagi seorang anak yang melakukan tindak pidan berdasarkan UU No.3 Tahun 1997
antara lain dikatakan sejak tingkat penyidikan sampai proses sidang di pengadilan harus bersifat
tertutup untuk umum dan aparat penegak hukumnya tidak menggunakan pakaian uniform (seragam
dinas).

Pelaksanaan pemidanaannya berdasarkan UU peradilan anak bahwa di LP anak, anak pidana ini harus
mendapatkan pendidikan lanjutannya. Di dalam UU peradilan anak telah ditentukan bahwa anak hanya
boleh dipidana maximal 10 tahun, dengan kata lain terhadap seorang anak tidak boleh dijatuhi hukuman
seumur hidup dan pidana mati.

Masalah pidana mati diatur dalam UU No. 2 Tahun 1964.

Ketentuan-ketentuan pokok tentang pidana mati itu disebutkan

1. pidana mati hanya dapat dilaksanakan setelah segala upaya hukum termasuk grasi telah ditolak oleh
Presiden, dan kasasi ditolakn oleh MA

2. Apabila grasi telah ditolak oleh Presiden, penolakan itu ahrus disampaikan kepada pengadilan dimana
keputusan pidana mati dijatuhkan.

3. Oleh pengadilan penolakan upaya hukum pidana mati disampaikan kepada Kejaksaan Tinggi sesuai
dengan wilayah hukum pengadilan yang bersangkutan.

4. 3 X 24 jam setelah Kejaksaan Tinggi menerima perihal penolakan dari pengadilan, Kejaksaan Tinggi
memberitahukan kepada terpidana bahwa upaya hukum telah ditolak.
5. Kejaksaan Tinggi memohon kepada Kapolda untuk menyiapkan regu tembak eksekusi (12 orang) yang
dipimpin oleh seorang perwira polisi.

6. Si terpidana mati berhak tuntunan rohaniawan sesuai dengan agama dan kepercayaanya.

7. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan apabila si terpidan dalam keadaan sakit atau hamil.

8. Permohonan terakhir siterpidana mati harus dicatat oleh petugas LP

9. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan dimuka umum dalam arti harus jauh dari keramaian dan
tempatnya sesuai dengan wilayah hukum dimanapidana mati dijatuhkan

10. Yang menghadiri eksekusi pidana mati :Jaksa atau Hakim yang menjatuhkan pidan mati,Dokter yang
ditunjuk oleh pihak kejaksaan, rohaniawan

11. Jenazah terpidana mati harus dikembalikan kepada pihak keluarganya dan jika pihak keluarga tidak
mau menenrima jenazah tersebut segala urusn jenazah ditanggung negara

Tentang pidana penjara

- Pidana penjara lamanya berdasarkan KUHP minimal 1 (satu) hari dan maximal 15 tahun atau
diperberat menjadi 20 tauhn.

- Pidana penjara pelaksaannya belum tentu sesuai sepenuhnya dengan putusan Hakim, karena setiap
narapidana memiliki hak-hak remisi dan hak-hak asimilasi atau apabila narapidana mengajukan grasi dan
diterima grasinya oleh presiden bias berubah baik jenis pidananya maupun lama pidananya.

- Pidana penjara ini dalam masa reformasi sekarang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan
dalam system pemasyarakatan, sebagaimana yang diatur dalam UU No.12 Tahun 1995.

*)http://isnaldiutih.blogspot.com/2012/05/sedikit-mengenai-hukum-penitensier.html?m=1

*)https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-penitensier/

Anda mungkin juga menyukai