Sumber hukum penitensier( pasal 10 KUHP ) yang berbunyi pidana terdiri atas :
1. Pidana pokok (pidana mati, penjara, kurungan, denda, tutupan)
2. Pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang
tertentu, pengumuman putusan hakim
Kriminalisasi adalah salah satu proses yang terjadi didalam masyarakat dimana suatu
perbuatan yang asalnya bukan merupakan perbuatan pidana dikarenakan pengaruh kondisi
social yang berkembang yang berkaitan dengan rasa keadilan dalam masyarakat maka
perbuatan itu akhirnya dijadikan merupakan perbuatan pidana. Contoh lahirnya UU
penyalahgunaan narkotika ( UU No. 9 / 1976), dimana berdasarkan UU ini penyalahgunaan
narkotika merupakan perbuatan yang dapat dipidana.
Pertimbangan politis
Bahwa RI sudah merdeka 60 tahun dan sudah sepantasnya dan sewajarnya memilik
KUHP Nasional hasil karya bangsa sendiri karena KUHP yang ada sekarang ini adalah
hasil karya pemerintahan kolonial Belanda dan dibuat diBelanda, bila bangsa Indonesia
memiliki KUHP Nasional dapat menumbuhkan kebanggaan nasional yang dapat
mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang sejajar dengan bangsa lain di
dunia.
Pertimbangan sosiologis
Karena KUHP yang kita miliki sekarang dibuat oleh pemerintahan Belanda sudah barang
tentu hanya menjamin kepentingan-kepentingan sosial masyarakat Belanda khususnya
masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, maka dari itu bila KUHP Nasional lahir, sudah
barang tentu dirujuk dan mengacu pada nilai-nilai social dan kepentingan masyarakat
Indonesia yang sangat prularistik (beragam).
Pertimbangan praktis
KUHP yang ada sekarang di Republik Indonesia adalah merupakan hasil terjemahan tidak
resmi, keberadaanya itu hanyalah merupakan hasil terjemahan dari para ahli hukum kita
yang kebetulan menguasai bahasa Belanda, dengan demikian dengan adanya hasil
terjemahan beberapa para ahli menurut Prof. Muladi tidak mustahil adanya hasil
terjemahan yang tidak konsisten satu sama lainnya sehingga dapat menimbulkan
kerancuan bagi para penegak hukum.
Tujuan pemidanaan
a. Kesalahan sipelaku
b. Motif dan tujuan dilakukannya tindak pidana
c. Cara melakukan tindak pidana
d. Sikap batin sipelaku
e. Riwayat hidup dan keadaan sosial sipelaku
f. Sikap sipelaku sesudah melakukan tindak pidana
g. Pengaruh pidana terhadap masa depan sipelaku
h. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan
i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban & keluarga
j. Tindak pidana yang dilakukan terencana atau tidak
Hak Narapidana
Kewajiban Narapidana
Kewajiban bekerja
Kewajiban berperilaku baik
Objek hukum penitensier adalah putusan Hakim yang berkaitan dengan perkara pidana,
putusan Hakim dalm kasus pidana, dalam kitab undang-undang Hukum Acara Pidana
Indonesia,ada 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Putusan bebas
Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan atau didakwakan oleh jaksa
penuntut umum sama sekali tidak terbukti dipersidangan.
Pidana bersyarat adalah suatu pidana dimana si terpidana tidak usah menjalani
pidana tersebut melainkan tetap berada ditengah-tengah masyarakat terkecuali bilamana si
terpidana dalam waktu masa percobaan tersebut melakukan pelanggaran tindak pidana
apapun maka hukuman penjara harus segera dilaksanakan.
Fungsi dari penegakan hukum adalah menempatkan hukum pada posisi yang tepat
sebagai bagian usaha manusia untuk menjadikan dunia ini lebih nyaman untuk di tinggal.
( The function of law enforcement is to put in law prover prespective as a part man effort to
make this world better place in which to life ).
1. Pemberian Grasi
Masalah grasi telah diatur tersendiri oleh undang-undang pengajuan grasi hanya
dapat diajukan oleh terhukum atau ahli warisnya, putusan grasi yang dikeluarkan oleh
presiden dapat berupa :
2. Pemberian Amnesti
3. Pemberian abolisi
Tentang anak ini bila melihat pasal 44 KUHP disebutkan apa yang disebut anak itu
adalah manusia yang belum berumur 16 tahun, dan pasal ini dapat disimpulkan bahwa anak
yang baru lahir pun mengandung arti dapat di pidana sekalipun hal yang demikian mustahil.
Di dalam UU No.3 tahun 1997 telah digunakan model batasan usia tentang usia yang
disebut seorang anak yaitu 10 tahun sampai 18 tahun. Lahirnya UU No. 3 tahun 1997
langsung mencbut pasal 44 tentang batasan usia.
Tentang hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap anak apabila seorang anak
melakukan tindakan pidana tidak diancam pidana mati, maka :
Hakim harus menjatuhkan pidananya dikurung 1/3 apabila tindakan pidan tersebut
dilakukan oleh orang dewasa.
Hakim dapat memutuskan apabila anak yang melakukan tindak pidana dikembalikan
kepada orang tuanya.
Dipidana sebagai anak negara untuk di didik di Lembaga Pemasyarakatan anak.
Proses pemidanaan bagi seorang anak yang melakukan tindak pidan berdasarkan UU
No.3 Tahun 1997 antara lain dikatakan sejak tingkat penyidikan sampai proses sidang di
pengadilan harus bersifat tertutup untuk umum dan aparat penegak hukumnya tidak
menggunakan pakaian uniform (seragam dinas).