Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

NAMA : SYIFA PUTRI AULIA


KELAS : A3
NIM : 010002000232

“RESUME BAB 11”


HUKUM PENETENSIER

Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-


ketentuan atau peraturan-peraturan ang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan
putusan hakim terhadap seseorang yang memiliki status sebagai terhukum.

Sumber hukum penitensier( pasal 10 KUHP ) yang berbunyi pidana terdiri atas :
1. Pidana pokok (pidana mati, penjara, kurungan, denda, tutupan)
2. Pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang
tertentu, pengumuman putusan hakim

Kriminalisasi adalah salah satu proses yang terjadi didalam masyarakat dimana suatu
perbuatan yang asalnya bukan merupakan perbuatan pidana dikarenakan pengaruh kondisi
social yang berkembang yang berkaitan dengan rasa keadilan dalam masyarakat maka
perbuatan itu akhirnya dijadikan merupakan perbuatan pidana. Contoh lahirnya UU
penyalahgunaan narkotika ( UU No. 9 / 1976), dimana berdasarkan UU ini penyalahgunaan
narkotika merupakan perbuatan yang dapat dipidana.

De kriminalisasi adalah suatu perbuatan yang secara konkrit diancam pidana dalam


hukum positif dikaernakan pengaruh perubahan perkembangan masyarakat berubah
menjadi perbuatan yang tidak dapat dipidana. Contoh pasal 534 KUHP, dalam pasal ini
disebutkan barang siapa yang memperagakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan di muka
umum diancam dengan hukuman penjara, dikarenakan khususnya di Indonesia dalam
kerangka pelaksanaan program KB dimana alat kontrasepsi itu dianjurkan untuk digunakan
oleh BKKBN, dengan kondisi demikian maka pasal 534 KUHP itu sampai saat ini tidak
memilik daya paksa.

Masalah pokok didalam Hukum Penitensier:


1. Pemidanaan ( fungsi Hakim Besar )
2. Proses pemidanaan (tugas atau fungsi LP)
3. Terpidana ( siapa yang diproses )

Alasan perubahan KUHP

 Pertimbangan politis
Bahwa RI sudah merdeka 60 tahun dan sudah sepantasnya dan sewajarnya memilik
KUHP Nasional hasil karya bangsa sendiri karena KUHP yang ada sekarang ini adalah
hasil karya pemerintahan kolonial Belanda dan dibuat diBelanda, bila bangsa Indonesia
memiliki KUHP Nasional dapat menumbuhkan kebanggaan nasional yang dapat
mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang sejajar dengan bangsa lain di
dunia.

 Pertimbangan sosiologis
Karena KUHP yang kita miliki sekarang dibuat oleh pemerintahan Belanda sudah barang
tentu hanya menjamin kepentingan-kepentingan sosial masyarakat Belanda khususnya
masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, maka dari itu bila KUHP Nasional lahir, sudah
barang tentu dirujuk dan mengacu pada nilai-nilai social dan kepentingan masyarakat
Indonesia yang sangat prularistik (beragam).

 Pertimbangan praktis
KUHP yang ada sekarang di Republik Indonesia adalah merupakan hasil terjemahan tidak
resmi, keberadaanya itu hanyalah merupakan hasil terjemahan dari para ahli hukum kita
yang kebetulan menguasai bahasa Belanda, dengan demikian dengan adanya hasil
terjemahan beberapa para ahli menurut Prof. Muladi tidak mustahil adanya hasil
terjemahan yang tidak konsisten satu sama lainnya sehingga dapat menimbulkan
kerancuan bagi para penegak hukum.

Tujuan pemidanaan

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakan norma hokum demi


pengayoman masyarakat.
2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi
orang baik dan berguna dalam masyarakayt.
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana dengan memulihkan
keseimbangan dan medatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Membebaskan rasa bersalah pada diri terpidana.

Kewajiban Hakim sebelum menjatuhkan pidana

a. Kesalahan sipelaku
b. Motif dan tujuan dilakukannya tindak pidana
c. Cara melakukan tindak pidana
d. Sikap batin sipelaku
e. Riwayat hidup dan keadaan sosial sipelaku
f. Sikap sipelaku sesudah melakukan tindak pidana
g. Pengaruh pidana terhadap masa depan sipelaku
h. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan
i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban & keluarga
j. Tindak pidana yang dilakukan terencana atau tidak

Hak Narapidana

1. Hak mendapat pemeliharaan kesehatan


2. Hak mendapat kunjungan keluarga, saudara, atau kerabat
3. Hak mendapat kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
4. Hak remisi
5. Hak asimilasi
6. Hak mendapat cuti
7. Hak pembebasan bersyarat
8. Hak cuti sebelum bebas

Kewajiban Narapidana

Mantaati semua peraturan tata tertib yang diterapkan dilingkungan LP tersebut,meliputi :

 Kewajiban bekerja
 Kewajiban berperilaku baik

Proses pelaksanaan pembinaan terhukum atau narapidana di Indonesia dihadapkan pada


kendala yang pokok yaitu :

 SDM pembinaan belum memiliki profesionalisme


 Dari segi struktur bangujnan LP seratus persen masih menggunakan struktur
kepenjaraan, padahal pedoman-pedoman kepenjaraan sudah dihapus sejak program
pemasyarakatan dicanangkan pada tahun 1970.

Objek hukum penitensier adalah putusan Hakim yang berkaitan dengan perkara pidana,
putusan Hakim dalm kasus pidana, dalam kitab undang-undang Hukum Acara Pidana
Indonesia,ada 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Putusan bebas
Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan atau didakwakan oleh jaksa
penuntut umum sama sekali tidak terbukti dipersidangan.

2. Dilepaskan semua dari tuntutan hukum


Putusan ini dijatuhkan oleh Hakim apabila Hakim berkesimpulan bahwa yang dituduhkan
oleh jaksa penuntut umum itu terbukti tetapi perbuatan itu bukan merupak perbuatan
yang dapat dipidana.
Contohnya kasus utang piutang yang oleh jaksa penuntut umum di dakwakan sebagai
perbuatan pidana.
3. Penghukuman
Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan oleh jaksa penuntut umum
seluruhnya atau sebagian terbukti.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa hukum penitensier ini hanyalah berkaitan


dengan putusan hakim yang berisi “pemidanaan”  atau  “penghukuman” saja. Sering kali
putusan hakim yang mengadili tindak pidana ringan putusannya itu adalah pidana
bersyarat atau disebut juga pidana percobaan.

Pidana bersyarat adalah suatu pidana dimana si terpidana tidak usah menjalani
pidana tersebut melainkan tetap berada ditengah-tengah masyarakat terkecuali bilamana si
terpidana dalam waktu masa percobaan tersebut melakukan pelanggaran tindak pidana
apapun maka hukuman penjara harus segera dilaksanakan.

Ex : Terpidana dijatuhi hukuman pidana bersyarat 1 Tahun, “artinya” bahwa si


terpidana tersebut tidak perlu menjalani pidananya didalam Lembaga Pemasyarakatan ( LP )
melainkan tetap berada didalam masyarakatnya , tetapi dalam kurun waktu 1 tahun itu si
terpidana tidak boleh melakukan pelanggaran tindak pidana apapun dan apabila sebelum
masa 1 tahun itu habis si terpidana melakukan pelanggaran tindak pidana lagi maka putusan
I yang berisi hukuman 1 tahun penjara harus segera dilaksanakan.

Fungsi dari penegakan hukum adalah menempatkan hukum pada posisi yang tepat
sebagai bagian usaha manusia untuk menjadikan dunia ini lebih nyaman untuk di tinggal.
( The function of law enforcement is to put in law prover prespective as a part man effort to
make this world better place in which to life ).

Hak perogatif  Presiden berkaitan dengan masalah pemidanaan

1. Pemberian Grasi
Masalah grasi telah diatur tersendiri oleh undang-undang pengajuan grasi hanya
dapat diajukan oleh terhukum atau ahli warisnya, putusan grasi yang dikeluarkan oleh
presiden dapat berupa :

a. Penolakan atau ditolak grasinya


b. Diterima grasinya dalam bentuk :
 Pemidanaannya dirubah, contoh : Dari pidana mati dirubah menjadi pidana
seumur hidup
 Lama pemidanaannya, contoh : Dari pidana 20 tahun penjara dirubah menjadi
pidana 10 tahun penjara

2. Pemberian Amnesti

Amnesti adalah putusan presiden yang berisi pembebasan  terhadap semua


terhukum khususnya terhadap terhukum yang berkaitan dengan kejahatan politik dan
maker. Masalah amnesti ini diatur berdasrkan kepres yang bersifat situasional. Contoh:
Presiden mengeluarkan Kepres No 22 Tahun 2005 tentang membebaskan semua terhukum
GAM.

3. Pemberian abolisi

Abolisi adalah putusan presiden yang berisi pembebasan penuntutan hukum


terhadap kejahatan politik dan maker. Masalah abolisi ini diatur berdasarkan kepres yang
bersifat situasional. Contoh : Semua anggota GAM yang menyerah setelah 15 september
2005 dibebaskan dari penuntutan hukum.

Perjanjian ekstradisi adalah suatu perjanjian antara 2 negara yang berisi


pengembalian  seorang tersangka atau terdakwa yang melarikan diri kenegara yang
bersangkutan maka negara yang kedatangan  pelarian tersebut wajib menangkap dan
mengembalikan ke Negara asal sebaagaimana dalam perjanjian.
Masalah pemidanaan anak diatur oleh UU No.3 Tahun 1997

Tentang anak ini bila melihat pasal 44 KUHP disebutkan apa yang disebut anak itu
adalah manusia yang belum berumur 16 tahun, dan pasal ini dapat disimpulkan bahwa anak
yang baru lahir pun mengandung arti dapat di pidana sekalipun hal yang demikian mustahil.

Di dalam UU No.3 tahun 1997 telah digunakan model batasan usia tentang usia yang
disebut seorang anak yaitu 10 tahun sampai 18 tahun. Lahirnya UU No. 3 tahun 1997
langsung mencbut pasal 44 tentang batasan usia.

Tentang hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap anak apabila seorang anak
melakukan tindakan pidana tidak diancam pidana mati, maka :

 Hakim harus menjatuhkan pidananya dikurung  1/3 apabila tindakan pidan tersebut
dilakukan oleh orang dewasa.
 Hakim dapat memutuskan apabila anak yang melakukan tindak pidana dikembalikan
kepada orang tuanya.
 Dipidana sebagai anak negara untuk di didik di Lembaga Pemasyarakatan anak.

Proses pemidanaan bagi seorang anak yang melakukan tindak pidan berdasarkan UU
No.3 Tahun 1997 antara lain dikatakan sejak tingkat penyidikan sampai proses sidang di
pengadilan harus bersifat tertutup untuk umum dan aparat penegak hukumnya tidak
menggunakan pakaian uniform (seragam dinas).

Pelaksanaan pemidanaannya berdasarkan UU peradilan anak bahwa di LP anak, anak


pidana ini harus mendapatkan pendidikan lanjutannya. Di dalam UU peradilan anak telah
ditentukan bahwa anak hanya boleh dipidana maximal 10 tahun, dengan kata lain terhadap
seorang anak tidak boleh dijatuhi hukuman seumur hidup dan pidana mati.
Masalah pidana mati diatur dalam UU No. 2 Tahun 1964.

Ketentuan-ketentuan pokok tentang pidana mati itu disebutkan

1. pidana mati hanya dapat dilaksanakan setelah segala upaya hukum


termasuk grasi telah ditolak oleh Presiden, dan kasasi ditolakn oleh MA
2. Apabila grasi telah ditolak oleh Presiden, penolakan itu ahrus disampaikan
kepada pengadilan dimana keputusan pidana mati dijatuhkan.
3. Oleh pengadilan penolakan upaya hukum pidana mati disampaikan
kepada  Kejaksaan Tinggi sesuai dengan wilayah hukum pengadilan yang
bersangkutan.
4. 3 X 24 jam setelah Kejaksaan Tinggi menerima perihal penolakan dari
pengadilan, Kejaksaan Tinggi memberitahukan kepada terpidana bahwa
upaya hukum telah ditolak.
5. Kejaksaan Tinggi memohon kepada Kapolda untuk menyiapkan regu
tembak eksekusi (12 orang) yang dipimpin oleh seorang perwira polisi.
6. Si terpidana mati berhak tuntunan rohaniawan sesuai dengan agama dan
kepercayaanya.
7. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan apabila si terpidan dalam keadaan
sakit atau hamil.
8. Permohonan terakhir siterpidana mati harus dicatat oleh petugas LP
9. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan dimuka umum dalam arti harus jauh
dari keramaian dan tempatnya sesuai dengan wilayah hukum
dimanapidana mati dijatuhkan
10. Yang menghadiri eksekusi pidana mati :Jaksa atau Hakim yang
menjatuhkan pidan mati,Dokter yang ditunjuk oleh pihak kejaksaan,
rohaniawan
11. Jenazah terpidana mati harus dikembalikan kepada pihak keluarganya dan
jika pihak keluarga tidak mau menenrima jenazah tersebut segala urusn
jenazah ditanggung negara

Tentang pidana penjara


 Pidana penjara lamanya berdasarkan KUHP minimal 1 (satu) hari dan maximal
15 tahun atau diperberat menjadi 20 tauhn.
 Pidana penjara pelaksaannya belum tentu sesuai sepenuhnya dengan putusan
Hakim, karena setiap narapidana memiliki hak-hak remisi dan hak-hak asimilasi
atau apabila narapidana mengajukan grasi dan diterima grasinya oleh presiden
bias berubah baik jenis pidananya maupun lama pidananya.
 Pidana penjara ini dalam masa reformasi sekarang masih belum sesuai dengan
apa yang diharapkan dalam system pemasyarakatan, sebagaimana yang diatur
dalam UU No.12 Tahun 1995.

Anda mungkin juga menyukai