Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PIDANA

MAKALAH

Tugas Terstuktur Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia

Dosen Pengampun: Mabarroh Azizah S.H.I,M.H

Disusun Oleh

Ikbal Rodikin NIM.224110302066

Kelas 1 HKI B

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN PROF.K.H.SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

TAHUN 2022/2023

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Pidana merupakan bagian dari ranah hukum publik. Hukum Pidana di
Indonesia diatur secara umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. KUHP merupakan lex generalis
bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia, dimana asas-asas umum termuat dan
menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP.
Segala aktivitas manusia dalam segala aspek kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi dapat menjadi sebab terjadinya kejahatan. Kejahatan akan selalu hadir dalam
kehidupan ataupun lingkungan sekitar, sehingga diperlukan upaya untuk menanganinya.
Dengan upaya penanggulangan kejahatan, diharapkan dapat menekan baik dari kualitas
maupun kuantitasnya hingga pada titik yang paling rendah sesuai dengan keadaannya.
Upaya untuk menekan kejahatan secara garis besar dapat dilalui dengan 2 (dua) cara
yaitu, upaya penal (hukum pidana) dan non penal (di luar hukum pidana).
Penanggulangan kejahatan melalui jalur penal, lebih menitik beratkan pada sifat represif
(merupakan tindakan yang diambil setelah kejahatan terjadi). Pada upaya non penal
menitik beratkan pada sifat preventif (menciptakan kebijaksanaan sebelum terjadinya
tindak pidana).1 Setiap tindak pidana menitikberatkan pada pelaku kejahatan atau
pelaku tindak pidana, sedangkan korban kejahatan seolah terlupakan dalam sistem
peradilan pidana. Jika dilihat dari aspek kerugian, korban tindak pidana biasanya
mengalami penderitaan fisik (mental), ekonomi, sosial dan yang lainnya. Kerugian yang
diderita oleh korban tindak pidana ini dapat berlangsung sangat lama di antaranya
mengalami sebuah trauma, hal tersebut juga dirasakan oleh pihak keluarga korban.
B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana Hukum Pidana itu di berlaku di Indonesia?

1
Barda Nawawi, 1991, Upaya Non Penal dalam Penanggulangan Kejahatan, Semarang: Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, hal. 1-2.

2
PEMBAHASAN

C. Pengertian Hukum
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian dari Hukum Publik merupakan
salah satu hukum yang sangat popular sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik
sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari
ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan
“lembaga moral” yang berperan merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini
terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang ada di setiap
masanya.
1. Definisi Hukum Pidana
Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi
siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan dalam Undang-Undang Pidana. Seperti perbuatan yang
dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang
Korupsi, Undang-Undang HAM dan lain sebagainya. Hukum pidana
adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan hukuman bagi yang melanggarnya. Perbuatan yang dilarang
dalam hukum pidana adalah:
• Pembunuhan
• Pencurian
• Penipuan
• Perampokan
• Penganiayaan
• Pemerkosaan
• Korupsi
Kumpulan kaidah-kaidah Hukum yang menentukan perbuatan-perbuatan
pidana yang dilarang oleh Undang-Undang, hukuman-hukuman bagi yang

3
melakukannya, prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan pengadilannya,
serta hukuman yang ditetapkan atas terdakwa2
Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di
suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
• Menetukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan.
• Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Menurut Sudarto, pengertian Pidana sendiri ialah nestapa yang diberikan oleh
Negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-
ketentuan Undang-undang (hukum pidana), sengaja agar dirasakan sebagai
nestapa.
Pada Pasal 99 Ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) dijelaskan apabila pihak yang dirugikan minta
penggabungan perkara gugatannya pada perkara pidana, maka pengadilan negeri
menimbang tentang kewenangannya untuk mengadili gugatan tersebut, tentang
kebenaran dasar gugatan dan tentang hukuman penggantian biaya yang telah
dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan tersebut.3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana pada Pasal
98 Ayat (1) menjelaskan; “Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam
suatu pemeriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan kerugian bagi
orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan untuk
menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu”. Ayat (2)
menjelaskan; “Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diajukan
selambat-lambatnya sebelum penuntut umum mengajukan tuntutan pidana. Dalam hal

2
 Dr. Abdullah Mabruk an-Najar. Pengantar Ilmu Hukum
3
Pasal 99 KUHAP

4
penuntut umum tidak hadir, permintaan diajukan selambat-lambatnya sebelum hakim
menjatuhkan putusan”. Hukum pidana pun sangat bersinggungan dengn HAM yang di
mana Hak asasi manusia pun tetap berlaku bagi pidan mati RKUHP. Perdebatan tentang
hukuman mati telah menjadi diskursus klasik yang berangkat dari dua kutub aliran besar
yaitu Abolisionis dan Retensionist. Kondisi tersebut berimplikasi pada perkembangan dan
dinamika hukuman mati di Indonesia baik dalam kepastianya sebagai hokum yang telah
berlaku (ius constitutum) maupun terhadap Rencana Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (RKUHP) sebagai suatu ius constitutum.4
Perlu di ketahui dalam RKUHP 2015 hukum mati merupakan dari kontruksi
yuridis pidana pokok yang bersifat khusus. Prubahan pradigma ini merupakan jalan
tengah atau jalan Indonesia (Indonesian ways) yang dapat menjembatani perdebatan baik
yang pro maupun kontra terhadap pidana mati.5
D. Tujuan Hukum Pidana
Secara terdata tujuan hokum pidana ini ada dua yaitu:
1. Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang
tidak baik.
2. Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkunganya

Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan


terhadap gejala-gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang
sudah terlanjur tidak berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan
yang mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam meniadakan
pelanggaran kepentingan umum. 

4
Hariyanto. Journal manager, Volksgeist Vol. Issue I.(2022) No 9.
5
Hariyanto. Journal manager, Volksgeist Vol. Issue I.(2022) No 9.

5
E. Kelasifikasi Hukum Pidana.
Secara substansial atau Ius Poenalle ini merupakan hukum pidana
Dalam arti obyektif yaitu “sejumlah peraturan yang mengandung larangan-larangan atau
keharusan-keharusan dimana terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman”.6 Hukum
Pidana terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu:
1.  Hukum Materil ialah cabang Hukum Pidana yang menentukan perbuatan-
perbuatan kriminal yang dilarang oleh Undang-Undang, dan hukuman-
hukuman yang ditetapkan bagi yang melakukannya.
2. Hukum Formil (Hukum Acara Pidana) Untuk tegaknya hukum materiil
diperlukan hukum acara. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur
bagaimana cara agar hukum (materil) itu terwujud atau dapat
diterapkan/dilaksanakan kepada subyek yang memenuhi perbuatannya.

Tanpa hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk
hukum perdata maka ada hukum acara perdata. Hukum acara ini harus
dikuasai para praktisi hukum, polisi, jaksa, pengacara, hakim. kumpulan
kaidah-kaidah yang mengatur dakwa pidana—mulai dari prosedur
pelaksanaannya sejak waktu terjadinya pidana sampai penetapan hukum
atasnya, hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan hukum
yang tumbuh dari prosedur tersebut—baik yang berkaitan dengan dugaan
pidana maupun dugaan perdata yang merupakan dakwa turunan dari dakwa
pidana, dan juga pelaksanaan peradilannnya.7 Dari sini, jelas bahwa substansi
Hukum Acara Pidana meliputi:

 Dakwa Pidana, sejak waktu terjadinya tindak pidana sampai


berakhirnya hukum atasnya dengan beragam tingkatannya.
 Dakwa Perdata, yang sering terjadi akibat dari tindak pidana dan
yang diangkat sebagai dakwa turunan dari dakwa pidana.

6
Jimly Asshidiqe, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. 2007.
Hal 631
7
Dr. Mansur Sa’id Isma’il. Hukum Acara Pidana. Angkasa Raya: Padang.1992.hal50

6
 Pelaksanaan Peradilan, yang meniscayakan campur-tangan
pengadilan.

Dan atas dasar ini, Hukum Acara Pidana, sesuai dengan


kepentingan-kepentingan yang merupakan tujuan pelaksanaannya,
dikategorikan sebagai cabang dari Hukum Publik, karena sifat global
sebagian besar dakwa pidana yang diaturnya dan karena terkait dengan
kepentingan Negara dalam menjamin efisiensi Hukum Kriminal. Oleh
sebab itu, Undang-Undang Hukum Acara ditujukan untuk
permasalahan-permasalahan yang relatif rumit dan kompleks, karena
harus menjamin keselarasan antara hak masyarakat dalam menghukum
pelaku pidana, dan hak pelaku pidana tersebut atas jaminan
kebebasannya dan nama baiknya, dan jika memungkinkan juga,
berikut pembelaan atasnya. Untuk mewujudkan tujuan ini, para ahli
telah bersepakat bahwa Hukum Acara Pidana harus benar-benar
menjamin kedua belah pihak—pelaku pidana dan korban.

Anda mungkin juga menyukai