Anda di halaman 1dari 3

HUKUM PIDANA

Nama : Alvin Alfandi


NIM : 041516929
Email : alvinalfandi20@gmail.com

TUGAS 1
a. Berikan pendapat mengenai Definisi dan pembagian hukum pidana!

b. Berikan pendapat mengenai Definisi, Objek dan tujuan ilmu hukum pidana!

c. Berikan pendapat mengenai Tugas, Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana!

d. Apakah Tujuan Pidana berhubungan dengan pemidanaan, jelaskan!


JAWABAN

(A)
Definisi Hukum Pidana
Sebelum membahas mengenai defenisi dan pembagian hukum pidana ada baiknya kita
untuk mengetahui defenisi hukum dan pidana itu sendiri terlebih dahulu. Ilmu hukum adalah
ilmu yang membahas hukum sebagai kaidah, atau bagian dari sistem kaidah dengan dogmatik
hukum dan sistematik hukum. Sedangkan pidana dapat didefinisikan sebagai suatu penderitaan
yang sengaja diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat atas
perbuatan – perbuatan yang mana menurut aturan hukum pidana adalah perbuatan yang dilarang.
Menurut Moeljatno pengertian hukum pidana sebagai bagian dari keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar – dasar dan mengatur ketentuan tentang
perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang dengan disertai ancaman pidana bagi barang
siapa yang melakukan. Kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan
itu dapat dikenakan sanksi pidana dan dengan cara bagaiman pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan (Moeljatno, 2008: 1).
Hukum pidana juga didefinisikan sebagai bagian aturan hukum dari suatu negara yang
berdaulat, berisi perbuatan yang dilarang, disertai dengan sanksi pidana bagi yang melanggar,
kapan, dan dalam hal apa sanksi pidana itu dijatuhkan dan bagaimana pemberlakuan pelaksanaan
pidana tersebut dipaksakan oleh negara.

Pembagian Hukum Pidana

1. Hukum Pidana Materiil dan Hukum Pidana Formil


Hukum pidana materiil berisi perbuatan – perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau
perbuatan – perbuatan yang harus dilakukan dengan disertai ancaman pidana.
Singkatnya, hukum pidana materiil berisi mengenai perbuatan – perbuatan pidana.
Hukum pidana formil pada dasarnya berisi mengenai cara bagaimana menegakkan
hukum pidana materiil melalui suatu proses peradilan pidana. Dengan demikian
hukum pidana formil adalah untuk menegakkan hukum pidana materiil.

2. Hukum Pidana Dalam Arti Objektif dan Dalam Arti Subjektif


Menurut Suringa, Vos dan Simons dapat disimpulkan bahwa hukum pidana objektif
berkaitan dengan substansi hukum pidana yang berisi perbuatan – perbuatan yang
dilarang dan formil hukum pidana sepanjang menyangkut acara pengenaan pidana
tersebut. Sedangkan hukum pidana subjektif terkait hak negara untuk melaksanakan
kewenangan terhadap orang yang telah melakukan suatu tindak pidana.
3. Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus
Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang ditujukan dan berlaku untuk semua
warga negara sebagai subjek hukum tanpa membeda – bedakan kualitas pribadi
subjek hukum tertentu.
Dilihat dari subjek hukumnya, hukum pidana khusus adalah hukum pidana yang
dibentuk oleh negara hanya dikhususkan berlaku bagi subjek hukum tertentu saja,
misalnya hukum pidana militer. Dilihat dari pengaturannya, hukum pidana khusus
adalah ketentuan – ketentuan hukum pidana yang secara materiil menyimpang dari
KUHP atau secara formil meyimpang dari KUHAP.

4. Hukum Pidana Nasional, Hukum Pidana Lokal dan Hukum Pidana Internasional
Dasar keberlakuan hukum pidana nasional adalah atas teritoria 1 yang berarti bahwa
ketentuan pidana berlaku bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di seluruh
wilayah Indonesia. Hukum pidana nasional dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
bersama Presiden.
Sedangkan hukum pidana lokal adalah hukum pidana yang dibuat oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah bersama – sama dengan Gubernur, Bupati atau Walikota.
Bentuk hukum pidana lokal dimuat dalam peraturan daerah dan hanya berlaku bagi
daerah tersebut saja.
Roling mendefinisikan hukum pidana internasional sebagai hukum yang menentukan
hukum pidana nasional yang akan diterapkan terhadap kejahatan – kejahatan yang
nyata – nyata dilakukan jika terdapat unsur – unsur internasional di dalamnya
(Atmasasmita, 2003 : 20).

5. Hukum Pidana Tertulis dan Hukum Pidana Tidak Tertulis


Hukum pidana tertulis disebut juga dengan hukum pidana undang – undang yang
terdiri dari hukum pidana kodiikasi seperti KUHP dan KUHAP dan hukum pidana di
luar kodifikasi, yang tersebar di berbagai peraturan perundang – undangan.
Hukum pidana tidak tertulis disebut juga hukum pidana adat yang keberlakuan
dipertahankan dan dapat dipaksakan oleh masyarakat adat setempat.

(B)

Definisi Ilmu Hukum Pidana

Ilmu hukum pidana adalah ilmu pengetahuan mengenai suatu bagian khusus dari hukum, yakni
hukum pidana. Pengetahuan hukum pidana secara luas meliputi :

1. Asas – asas hukum pidana


2. Aliran – aliran dalam hukum pidana
3. Teori pemidanaan
4. Ajaran kausalitas
5. Sistem peradilan pidana
6. Kebijakan hukum pidana
7. Perbandingan hukum pidana

Objek Ilmu Hukum Pidana

Objek ilmu hukum pidana adalah aturan – aturan hukum pidana yang berlaku di suatu Negara.
Tegasnya, objek ilmu hukum pidana adalah aturan – aturan pidana positif yang berlaku di suatu
negara.

Tujuan Ilmu Hukum Pidana

Gustav Radbruch dalam Vorschule der Rechtsfilosofie, menyatakan ilmu pengetahuan hukum
bertujuan untuk mengetahui objektivitas hukum positif. Dengan demikian, tujuan ilmu hukum
pidana adalah untuk mengetahui objektivitas dari hukum pidana positif. Dalam konteks teori,
objektivitas hukum pidana positif dapat dilihat dari substansi hukum pidana positif yang
mengatur mengenai perbuatan – perbuatan yang dilarang.
(C)

Tugas Hukum Pidana

1. Untuk menakut – nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana
(fungsi preventif)
2. Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana
agar mereka menjadi orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat
(fungsi represif)

Tujuan Hukum Pidana

Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat. Menurut para ahli tujuan hukum
pidana adalah :

1. Memenuhi rasa keadilan (Wirjono Prodjodikoro)


2. Melindungi masyarakat / social defence (Tirtaadmidjaya)
3. Melindungi kepentingan individu (HAM) dan kepentingan masyarakat dengan negara
(Kanter Sianturi)
4. Menyelesaikan konflik (Barda Nawawi)

Tujuan Pidana (Menurut literatur Inggris R3D) :

1. Reformation, yaitu memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan
berguna bagi masyarakat.
2. Restraint yaitu mengasingkan pelanggar dari masyarakat sehingga timbul rasa aman
masyarakat.
3. Retribution, yaitu pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan.
4. Deterrence, yaitu menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai individual
maupun orang lain yang potensi menjadi penjahat akan jera atau takut untuk melakukan
kejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.

Fungsi Hukum Pidana

Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat agar dapat tercipta
dan terpeliharanya ketertiban umum. Menurut Sudarto fungsi hukum pidana itu dapat sibedakan
sebagai berikut (Sudarto, 1990 : 11-12):

1. Fungsi Umum
Menurut Sudarto, fungsi umum hukum pidana adalah untuk mengatur hidup
kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat.
2. Fungsi Khusus
Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum terhadap
perbuatan misalnya yang hendak memperkosanya dengan sanksinya berupa pidana dan
sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang hukum
lainnya.
(D)

Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan orang perseorangan


(individu) atau hak – hak asasi manusia dan masyarakat, serta negara. Di Indonesia setelah
merdeka, sudah seharusnya bila hukum pidana Indonesia disusun dan dirumuskan sedemikian
rupa agar semua kepentingan negara, masyarakat, dan individu sebagai warga negara dapat
diayomi dalam keseimbangan yang serasi berdasarkan Pancasila. Dengan demikian, tujuan
hukum pidana Indonesia adalah pengayoman semua kepentingan secara serasi. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan hukum pidana adalah memidana seseorang yang telah melakukan tindak
pidana. Maka dari itu tujuan pidana dan pemidanaan amat sangat memiliki korelasi karena tanpa
adanya tujuan tersebut maka proses pemidanaan tidak akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai