Mengenal lebih dalam Hukum Pidana (Strafrecht) dan Pidana Umum (Algemen Strafrecht)
Dalam KUHP
Oleh ;
(22103040211)
Pengetahuan mendasar perihal Hukum Pidana Umum ialah hukum yang berlaku untuk
semua orang secara umum dan mempelajari tentang materi yang tercantum dalam KUHP.
Hukum Pidana Umum disini merupakan hukum yang sengaja dibentuk untuk diberlakukan
bagi setiap orang menurut Van Hattum dalam P.A.F Lamintang. Sebelum mengenal lebih
lanjut lagi tentang Pidana Umum, hendaklah kita mengetahui terlebih dahulu dasar-dasarnya.
Hukum Pidana atau juga dikenal sebagai Hukum Kriminal adalah hukum yang mengatur
tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum,
perbuatan mana yang diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau
siksaan, dan memiliki tujuan untuk memberi sistem dalam bahan-bahan yang banyak dari
hukum tersebut1.
Dari sini kita mengetahui bahwasanya Hukum Pidana tidaklah mengatur suatu norma-
norma baru, melainkan mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
terhadap norma-norma hukum perihal kepentingan umum.
Hukum Pidana disini dapat dibegi dari beberapa segi antara lain sebagai berikut ; 1.
Hukum Pidana dalam arti objektif (jus poenale) dan Hukum Pidana dalam arti subjektif (jus
puniendi). 2. Hukum Pidana materiil dan Hukum Pidana formil. 3. Hukum Pidana yang
dikodifikasikan (gecodificeerd) dan Hukum Pidana yang tidak dikodifikasikan (niet
gecodificeerd) 4. Hukum Pidana bagian umum (algemene deel) dan Hukum Pidana bagian
khusus (bijzonder deel). 5. Hukum Pidana tertulis dan Hukum Pidana tidak tertulis. 6. Hukum
Pidana umum (algemeen strafrecht) dan Hukum Pidana lokal (plaatselijk strafrecht) 2.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang “Pidana Umum”.
Pembahasan
A. Pengertian
Keamanan dan ketertiban dalam suatu masyarakan akan terjadi apabila setiap masyarakat
menaati peraturan-peraturan (norma-norma) yang sudah ada pada masyarakat tersebut.
Peraturan-peraturan tersebut merupakan hasil yang dikeluarkan oleh suatu badan yang
berkuasa dalam masyarakat tersebut yang biasa dikenal sebagai pemerintah.
1
Drs. C.S.T. Kansil, S.H. (Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia) ; 257-265
2
Dr. Fitri Wahyuni., S.H., M.H. (Dasar-dasar Hukum Pidana di-Indonesia) ; 4
Namun walau demikian, masih amat banyak masyarakat yang melanggar peraturan-
peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Misalnya dalam hal pemerkosaan dan
pencurian yang kerap terjadi dalam lingkungan masyarakat kita sehingga banyak
menimbulkan kerugian bagi pihak korban yang bertentangan dengan hukum (KUHP pasal
285 dan 362). Terhadap orang tersebut yang telah melakukan tindak Pidana yang jelas-jelas
bertentangan dengan hukum, pastinya akan dikenakan hukuman yang sesuai dengan apa yang
telah mereka perbuat. Segala peraturan-peraturan tentang tindak Pidana dan sebagainya telah
diatur dalam Hukum Pidana (Strafrecht) dan dimuat dalam suatu kitab undang-undang yang
disebut “Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecth) yang disingkat
“KUHP”(WvS).
Hukum Pidana atau Hukum Kriminal adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana yang
diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan. Dari sini kita
mengetahui bahwasanya Hukum Pidana tidaklah mengatur suatu norma-norma baru,
melainkan mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap
norma-norma hukum perihal kepentingan umum.
Ada dua macam Kepentingan umum yang dimaksud pada kalimat diatas ; 1. Badan dan
Perlindungan negara, seperti Negara, Lembaga-lembaga Negara, Pejabat Negara, Pegawai
Negeri, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya. 2. Kepentingan hukum
setiap manusia, yaitu jiwa, raga/tubuh, kemerdekaan, kehormatan, dan hak milik/harta benda.
B. Pembagian
Hukum Pidana dapat dari beberapa segi antara lain sebagai berikut ;
1. Hukum Pidana dalam arti Objektif (jus poenale) dan Hukum Pidana dalam arti
Subjektif (jus puniendi).
Hukum Pidana objektif (jus poenale) ialah semua peraturan yang mengandung
keharusan atau larangan, terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman yang
bersifat siksaan. Hukum Pidana Objektif disini bisa dibagi lagi atas Hukum Pidana
material dan formal. Sedangkan Hukum Pidana Subjektif (jus puniendi) adalah hak
negara atau alat-alat untuk menghukum berdasarkan Hukum Pidana obyektif. Dan
Hukum Pidana subjektif ini baru ada, setelah ada peraturan-peraturan dari Hukum
Pidana objektif terlebih dahulu.
2. Hukum Pidana Materiil Dan Hukum Pidana Formil.
Hukum Pidana Materiil adalah perundang-undangan Pidana yang tertulis
dalam KUHP. Sedangkan Hukum Pidana Formil adalah hukum yang mengatur cara-
cara menghukum seseorang yang pekukan tindak Pidana (pelaksana/penegak Hukum
Pidana materiil).
3. Hukum Pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) dan Hukum Pidana yang tidak
dikodifikasikan (niet gecodificeerd).
Hukum Pidana yang dikodifikasikan misalnya adalah: Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer, dan Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Sedangkan Hukum Pidana yang tidak
dikodifikasikan misalnya berbagai ketentuan Pidana yang tersebar di luar KUHP,
seperti UU Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), UU (drt) No. 7 Tahun 1955 tentang Tindak
Pidana Ekonomi, UU (drt) No. 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan
Peledak, UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan peraturan
lainnya yang di dalamnya mengandung sanksi berupa Pidana.
4. Hukum Pidana umum (algemene deel) dan Hukum Pidana khusus (bijzonder deel).
Hukum Pidana umum (algemene deel) ialah Hukum Pidana yang berlaku bagi
seluruh penduduk suatu negara (Indonesia) kecuali tentara. Sedangkan Hukum Pidana
khusus (bijzonder deel) adalah hukum yang berlaku bagi orang-orang tertentu seperti:
Hukum Pidana Militer dan Pajak.
5. Hukum Pidana tertulis (KUHP) dan Hukum Pidana tidak tertulis (Hukum Adat
menurut pasal 1 KUHP).
6. Hukum Pidana umum (algemeen strafrecht) dan Hukum Pidana lokal (plaatselijk
strafrecht).
Hukum Pidana umum atau Hukum Pidana biasa ini juga disebut sebagai
Hukum Pidana nasional.14 Hukum Pidana umum adalah Hukum Pidana yang
dibentuk oleh Pemerintah Negara Pusat yang berlaku bagi subjek hukum yang berada
dan berbuat melanggar larangan Hukum Pidana di seluruh wilayah hukum negara.
Sedangkan Hukum Pidana lokal adalah Hukum Pidana yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah yang berlaku bagi subjek hukum yang melakukan perbuatan yang dilarang
oleh Hukum Pidana di dalam wilayah hukum pemerintahan daerah tersebut. Hukum
Pidana lokal dapat dijumpai di dalam Peraturan Daerah baik tingkat Propinsi,
Kabupaten maupun Pemerintahan Kota. Selain itu atas dasar wilayah berlakunya
hukum, Hukum Pidana masih juga dapat dibedakan antara Hukum Pidana nasional
dan Hukum Pidana internasional (Hukum Pidana supra nasional). Hukum Pidana
internasional adalah Hukum Pidana yang dibuat, diakui dan diberlakukan oleh banyak
atau semua negara di dunia yang didasarkan pada suatu konvensi internasional,
berlaku dan menjadi hukum bangsa-bangsa yang harus diakui dan diberlakukan oleh
bangsa-bangsa di dunia, seperti:
a. Hukum Pidana internasional yang bersumber pada Persetujuan London (8-8-
1945) yang menjadi dasar bagi Mahkamah Militer Internasional di Neurenberg
untuk mengadili penjahat-penjahat perang Jerman dalam perang dunia kedua;
b. Konvensi Palang Merah 1949 yang berisi antara lain mengenai korban perang
yang luka dan sakit di darat dan di laut, tawanan perang, penduduk sipil dalam
peperangan.
C. Asas-asas, Sumber dan Tujuan Hukum Pidana
1. Tertulis : KUHP
2. Tidak tertulis : tertulis (Hukum Adat menurut pasal 1 KUHP).
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki induk peraturan Hukum Pidana positif,
yakni KUHP. KUHP digunakan untuk mengadili perkara Pidana yang bertujuan
melindungi kepentingan umum. KUHP mengandung peraturan mengenai tindak Pidana
yang berdampak buruk terhadap keamanan, ketentraman, kesejahteraan, dan ketertiban
umum.
Hukum Pidana sendiri merupakan bentuk upaya hukum terakhir (ultimum remedium)
dalam penyelesaian sebuah perkara. Untuk itu, Hukum Pidana mengandung sanksi yang
bersifat memaksa. Masyarakat yang melanggar Hukum Pidana yang tertuang dalam
KUHP maka akan dijatuhi sanksi Pidana.
Sebelum mengenal lebih jauh perihal KUHP, hendaknya kita mengenal bagaimana
KUHP lahir di tanah kita. KUHP merupakan salah satu produk hukum peninggalan
kolonial Hindia Belanda. Awalnya, KUHP bernama Wetboek van Strafrechtvoor
Nederlandsch Indie (WvSNI). Peraturan WvSNI dibentuk tanggal 15 Oktober 1915,
namun baru diberlakukan pertama kali pada 1 Januari 1918.
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri bangsa mencoba
untuk merumuskan Hukum Pidana yang akan diberlakukan di Indonesia sebagai negara
yang berdaulat.
Dalam peninjauan dari dalam tentang Undang-undang Pidana ini ada beberapa uraian,
antara lain;
Hukum Pidana dapat dari beberapa segi antara lain sebagai berikut ;
1. Hukum Pidana dalam arti Objektif (jus poenale) dan Hukum Pidana dalam arti
Subjektif (jus puniendi).
2. Hukum Pidana Materiil Dan Hukum Pidana Formil.
3. Hukum Pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) dan Hukum Pidana yang
tidak dikodifikasikan (niet gecodificeerd).
4. Hukum Pidana umum (algemene deel) dan Hukum Pidana khusus (bijzonder
deel).
5. Hukum Pidana tertulis (KUHP) dan Hukum Pidana tidak tertulis (Hukum Adat
menurut pasal 1 KUHP).
6. Hukum Pidana umum (algemeen strafrecht) dan Hukum Pidana lokal (plaatselijk
strafrecht). Hukum Pidana masih juga dapat dibedakan antara Hukum Pidana
nasional dan Hukum Pidana internasional (Hukum Pidana supra nasional)
KUHP merupakan salah satu produk hukum peninggalan kolonial Hindia Belanda.
Awalnya, KUHP bernama Wetboek van Strafrechtvoor Nederlandsch Indie (WvSNI).
Peraturan WvSNI dibentuk tanggal 15 Oktober 1915, namun baru diberlakukan
pertama kali pada 1 Januari 1918.
Selama WvSNI diberlakukan, masih terdapat unsur-unsur kolonial di dalamnya.
Misalnya, terdapat aturan tentang kerja rodi dan denda yang digunakan masih dalam
mata uang gulden yang digunakan di Hindia Belanda (Indonesia) saat itu.
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri bangsa
mencoba untuk merumuskan Hukum Pidana yang akan diberlakukan di Indonesia
sebagai negara yang berdaulat.
KUHP dapat ditinjau dari luar (mengenai riwayat yang telah kita bahas diatas) dan
dapat pula dari dalam iyalah peninjauan bentuk dan isi Kitab Undang-undang Pidana
(KUHP), antara lain ;
1. Aturan Umum
2. Tindak Pidana (Delik)
3. Sifat Hukum dari kejahatan
4. Pembagian kejahatan dan pelanggaran (Delik)
5. Unsur-unsur tindak pidana (Delik)
Daftar Pustaka
1. Kansil, C.S.T., Drs. S.H. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta 1982.
2. Wahyuni, Fitri Dr., S.H., M.H. Dasar-dasar Hukum Pidana di-Indonesia. PT.
Nusantara Husada Utama. Jakarta 2017.
3. Chairul Rizal, Moch. Buku Ajar Hukum Pidana. LSHP. Kediri 2021.
4. Ketetapan/MPR No. 1/MPR/1983 dan Undang-undang No. 13 Tahun 1970