KRIMINOLOGI
DOSEN PENGAMPU:
Dr. drs. Tatok Sudjiarto, S.H., M.H., M.T.L
Dr. Antonius P.S. Wibowo, S.H., M.H.
Disusun Oleh :
1
A. LATAR BELAKANG
1 Barda Nawawi, 1991, Upaya Non Penal dalam Penanggulangan Kejahatan, Semarang: Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, hal. 1-2.
2
Kedudukan korban dalam Sistem Peradilan Pidana (SPP) saat
ini belum diberikan kedudukan yang adil sehingga keadaan ini
menimbulkan 2 (dua) hal yang fundamental, yaitu tiadanya
perlindungan hukum bagi korban dan putusan hakim yang tidak
memenuhi rasa keadilan bagi korban, pelaku maupun masyarakat
luas. Kedudukan korban yang demikian oleh para viktimolog
memiliki beberapa istilah di antaranya forgotten man (manusia
yang dilupakan), forgotten person, invisible (orang yang
dilupakan, tidak kelihatan), a second class citizen, a second
victimization (sebagai Warga Negara Kedua, jadi korban kedua
setelah yang pertama) dan double victimization.2
2 Anna Shapland, Jon Willmore, Peter Duff, 1985, Victim In The Criminal Justive System, Series Editor: A.E.
Bottons, Published by Gower Publishing Company Limited, Gower House, croft Road, Aldershot, Hant Gu 3 HR,
England, hal. 1 dan 496 .
3
B. PEMBAHASAN
3 Wirjono Prodjodikoro. 2003. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung:PT Refika Aditama, hal. 1.
4 P.A.F. Lamintang. 2014. Dasar-dasar Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 2.
4
perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas
nyawa, kebebasan dan harta kekayaannya, yaitu seandainya ia
telah tidak melakukan suatu tindak pidana.5 Van Hamel,
merumuskan hukum pidana sebagai berikut : Hukum pidana
merupakan keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh
negara dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum, yakni
dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan
mengenakan suatu nestapa (penderitaan) kepada yang melanggar
larangan tersebut.6
5
juga Hukum Acara Pidana yaitu hukum yang memuat
peraturan-peraturan tentang bagaimana memelihara
atau mempertahankan serta cara-cara untuk
menghukum seseorang yang melanggar peraturan
pidana.
6
a. Aliran Klasik (Classieke School) Menurut aliran
Klasik, tujuan susunan hukum pidana adalah
melindungi individu dari kekuasaan penguasa atau
negara yang sewenang-wenang.Pengikut aliran ini
menganggap bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk
menjamin kepentingan hukum individu (perseorangan).
b. Aliran Modern (Modern School) Menurut aliran Modern,
tujuan hukum pidana adalah untuk memberantas
kejahatan agar kepentingan hukum masyarakat
terlindungi.
a. Hak-hak (rechten)
b. Hubungan hukum (rechtersebutetrekking)
b) Keadaan hukum (rechtstoestand)
c) Bangunan masyarakat (sociale instellingen)
7
Kepentingan hukum yang wajib dilindungi itu ada tiga macam
yaitu :
8
pemeriksaan, vonis, dll. Semua tindakan negara diatas tentu
berakibat tidak menyenangkan bagi siapa saja.Namun atas dasar
kepentingan hukum dan negara tindakan negara tersebut
dibenarkan, melalui prosedur KUHAP diatas.
9
5. Sumber Hukum Pidana
7 Tutik, Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Prestasi Pustaka, Hlm. 61.
8 Erdianto Effendi.2011. Suatu Pengantar Hukum Pidana Indonesia. Bandung:Refika Aditama, hlm. 55.
10
dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti
UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, UU No. 9 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU
No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan sebagainya.9 Hal
tersebut dimungkinkan karena adanya Pasal jembatan yakni Pasal
103 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
9 Ibid
11
6. Pengertian Kriminologi
10 Alam AS dan Ilyas, A. Pengantar Kriminologi. Makassar. Pustaka Refleksi. 2010. Hlm. 4.
11 Labeling theory 2018. Britannica Academic. Retrieved 4 May 2018, from
https://academic.eb.com/levels/collegiate/article/labeling-theory/607739. Santoso, Topo dan Zulfa, Eva
Achjani. 2001. “Kriminologi”. Rajagrafindo Perkasa, Jakarta. Hlm 1
12
tidak pula kelaliman, juga tidak ada rasa iri hati dan benci. 12
Aristoteles menyatakan bahwa kemiskinan menimbulkan kejahatan
dan pemberontakan. Kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk
memperoleh apa yang perlu untuk hidup, tetapi untuk kemewahan.13
Secara etimologis, Kriminologi berasal dari rangkaian kata
Crime dan Logos. Crime artinya kejahatan, sedangkan Logos
artinya ilmu pengetahuan. Dari dua arti ini dapat diartikan
bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang kejahatan.
12 W.A. Bonger, Prof.,Mr., Pengantar Tentang Kriminologi, A. Koesnoen (Penerjemah), Ghalia Indonesia, 1977.
13 Santoso, Topo dan Zulfa, Eva Achjani. 2001. “Kriminologi”. Rajagrafindo Perkasa, Jakarta. Hlm 1
14 Susanto IS.”Diklat Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang”, Semarang, 1991, hlm. 1.
13
(peradilan mulai dari proses penyidikan, penuntutan dan
peradilan) dan penetapan sanksi atau hukuman (pemidanaan).
14
sebab-sebab terjadinya kejahatan (etiologi kriminal) yang pada
akhirnya menciptakan upaya-upaya pencegahan terjadinya
kejahatan (kriminal prevention). Tidak dapat disangkal
kriminologi telah membawa manfaat yang tak terhingga dalam
mengurangi penderitaan umat manusia, dan inilah yang merupakan
tujuan utama mempelajari kriminologi
15
C. KESIMPULAN
16
Daftar Pustaka
17
18