Anda di halaman 1dari 7

Nama : HADI FIRMANSYAH

NIM : 232401074

Kelas : A2301

Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan salah satu bentuk dari perilaku yang melanggar selalu ada dan melekat pada
masyarakat, perilaku melanggar itu merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman
terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan social dapat
menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial yang merupakan
ancaman riil atau potensial bagi berlangsungya ketertiban sosial.

Pengertian Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di dalamnya terdapat norma-
norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku manusia, menjaga
ketertiban dan keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.1
Ada juga yang mengatakan bahwa definisi hukum adalah suatu peraturan atau ketentuan yang
dibuat, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, dimana isinya mengatur kehidupan
bermasyarakat dan terdapat sanksi/ hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum
yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam
suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (Doktrins Res Ajudicata).2

Hukum pidana adalah peraturan yang mengenai pidana. Kata “pidana” sama dengan
derita atau siksaan, yang berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu instansi yang berkuasa
dilimpahkan kepada seseorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan sebagai
suatu penderitaan, tetapi harus dengan alasan tertetu untuk melimpahkan pidana ini.3

1
https://hukum.unism.ac.id/ pukul 09.35 wib tanggal 29/11/2023

2
Ibid

3
AYU EFRITADEWI, S.H.,M.H.Modul HUKUM PIDANA
Pada dasarnya, kehadiran hukum pidana di tengah masyarakat dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada individu maupun kelompok dalam masyarakat dalam
melaksanakan aktifitas kesehariannya. Rasa aman yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
keadaan tenang, tanpa ada kekhawatiran akan ancaman ataupun perbuatan yang dapat merugikan
antar individu dalam masyarakat. Kerugian sebagaimana dimaksud tidak hanya terkait kerugian
sebagaimana yang kita pahami dalam istilah keperdataan, namun juga mencakup kerugian
terhadap jiwa dan raga. Raga dalam hal ini mencakup tubuh yang juga terkait dengan nyawa
seseorang, jiwa dalam hal ini mencakup perasaan atau keadaan psikis.4

Dari beberapa pendapat yang telah dikutip tersebut dapat diambil gambaran tentang
hukum pidana, bahwa hukum pidana setidaknya merupakan hukum yang mengatur tentang:

1. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan;

2. Syarat-syarat agar seseorang dapat dikenakan sanksi pidana;

3. Sanksi pidana apa yang dapat dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan suatu perbuatan
yang dilarang (delik);

4. Cara mempertahankan/memberlakukan hukum pidana.

Hukum pidana dapat dibagi/dibedakan dari berbagai segi, antara lain sebagai berikut:

1. Hukum pidana dalam arti objektif (jus poenale) dan hukum pidana dalam arti subjektif
(jus puniendi). Menurut Vos, hukum pidana objektif maksudnya adalah aturan-aturan
objektif yakni aturan hukum pidana. Sedangkan hukum pidana subjektif adalah hak
subjektif penguasa terhadap pemidanaan, terdiri dari hak untuk menuntut pidana,
menjatuhkan pidana dan melaksanakan pidana.
2. Hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Menurut van Hattum:
a. Hukum pidana materiil yaitu semua ketentuan dan peraturan yang menunjukkan
tentang tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang
dapat dihukum, siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap
tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan
terhadap orang tersebut, disebut juga dengan hukum pidana yang abstrak.

4
Dr. Topik Yanuar Chandra, SH.,M.H. ( Hukum Pidana )
b. Hukum pidana formil memuat peraturan- peraturan yang mengatur tentang
bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus
diberlakukan secara konkrit. Biasanya orang menyebut jenis hukum pidana ini sebagai
hukum acara pidana.
3. Hukum pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) dan hukum pidana yang tidak
dikodifikasikan (niet gecodificeerd).
a. Hukum pidana yang dikodifikasikan misalnya adalah: Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer, dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP);
b. Hukum pidana yang tidak dikodifikasikan misalnya berbagai ketentuan pidana
yang tersebar di luar KUHP, seperti UU Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun
1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
4. Hukum pidana bagian umum (algemene deel) dan hukum pidana bagian khusus
(bijzonder deel).
a. Hukum pidana bagian umum ini memuat asas-asas umum sebagaimana yang
diatur di dalam Buku I KUHP yang mengatur tentang Ketentuan Umum;
b. Hukum pidana bagian khusus itu memuat/mengatur tentang Kejahatan- kejahatan
dan Pelanggaran-pelanggaran, baik yang terkodifikasi maupun yang tidak terkodifikasi.
5. Hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak tertulis. Hukum adat yang beraneka
ragam di Indonesia masih diakui berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila.
Hukum adat pada umumnya tidak tertulis. Sistem hukum pidana di Indonesia
mengenal adanya hukum pidana tertulis sebagai diamanatkan di dalam Pasal 1
KUHP, akan tetapi dengan tidak mengesampingkan asas legalitas dikenal juga hukum
pidana tidak tertulis sebagai akibat dari masih diakuinya hukum yang hidup di dalam
masyarakat yaitu yang berupa hukum adat.
6. Hukum pidana umum (algemeen strafrecht) dan hukum pidana lokal (plaatselijk
strafrecht). Hukum pidana umum atau hukum pidana biasa ini juga disebut sebagai
hukum pidana nasional. Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang dibentuk
oleh Pemerintah Negara Pusat yang berlaku bagi subjek hukum yang berada dan berbuat
melanggar larangan hukum pidana di seluruh wilayah hukum negara. Sedangkan
hukum pidana lokal adalah hukum pidana yang dibuat oleh Pemerintah Daerah yang
berlaku bagi subjek hukum yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum
pidana di dalam wilayah hukum pemerintahan daerah tersebut.
A. Tujuan Hukum Pidana
Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat agar dapat
tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum. Manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan hidupannya yang berbeda-beda terkadang mengalami pertentangan antara
satu dengan yang lainnya, yang dapat menimbulkan kerugian atau mengganggu
kepentingan orang lain. Agar tidak menimbulkan kerugian dan mengganggu kepentingan
orang lain dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut maka hukum memberikan
aturan-aturan yang membatasi perbuatan manusia, sehingga ia tidak bisa berbuat sekehendak
hatinya.
a. Tujuan Hukum Pidana di Indonesia
Mengenai perkembangan hukum adat yang ada di Indonesia Supomo mengatakan :
“Tiap-tiap peraturan hukum adat timbul, berkembang dan selanjutnya lenyap dengan lahirnya
peraturan baru sedangkan peraturan baru itu berkembang juga, akan tetapi kemudian akan lenyap
dengan adanya perubahan perasaaan keadilan yang menimbulkan perubahan peraturan”.
Sesudah Indonesia merdeka sudah selayaknya dan seharusnya hukum pidana Indonesia
(bukan hukum pidana di Indonesia) disusun dan merumuskan sedemikian rupa, agar semua
kepentingan negara, maysrakat dan individu diayomi dalam keseimbangan dan keserasian
berdasarkan Pancasila. Demikian juga tujuan hukum pidana Indonesia adalah pengayoman
semua kepentingan secara seimbang dan serasi.

Tujuan lain yang dapat kita ketahui adalah sebagai berikut :

1. Melindungi kepentingan bersama


Pada dasarnya, setiap manusia membutuhkan perlindungan dari manusia lain sehingga bisa
disimpulkan bahwa tujuan dari hukum pidana juga memberikan perlindungan untuk
kepentingan bersama. Tentu saja rasa terlindungi dan berkeadilan bisa tercapai jika manusia
menegakkan hukum dengan baik dan benar.
2. Mencegah terjadinya konflik
Hukum sengaja diciptakan dalam rangka melindungi sekaligus menjaga kepentingan bersama
supaya keadilan sosial bisa terwujud secara nyata, hukum pidana juga bertujuan untuk
mengatur hubungan manusia supaya ketertiban bisa tercipta.

Negara Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,
dan merata secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
penegakan hukum harus berjalan dengan tegas dan konsisten. Hukum itu adalah himpunan
peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat
dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. 5 Sehingga tindak pidana curanmor adalah tindak
pidana pencurian dengan obyek khusus kendaraan bermotor. Dikatakan merugikan masyarakat
karena tindak pidana curanmor yang obyek sasarannya adalah kendaraan bermotor yang
mempunyai mobilitas tinggi dan nilai ekonomis yang tinggi.Tindak pidana pencuriaan biasanya
dilatarbelakangi oleh berbagai factor penyebab, misalnya keadaan ekonomi atau tingkat
pendapatannya yang tergolong rendah sehingga tidak dapat memenuhi biaya kebutuhan hidup
sehari-harinya serta dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga pencurian
kendaraan bermotor di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat.Berdasarkan data bagian
operasi kapolres kota Cilegon pada tahun 2021 sejumlah 53 persen curanmor, pada tahun 2022
mengalami penurunan 48 persen curanmor, dan pada tahun 2023 pencurian mulai meningkat
dengan jumlah 58 persen curanmor.6 Sebagai Contoh tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor seperti di bawah ini :

Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang ditindak oleh Kapolsek Purwakarta kota
Cilegon

“awal mula kejadian pada jumat (27/10) sekira pukul 12.30 WIB, saudara Nanang ketika selesai
melaksanakan ibadah shalat Jumat mendapati kendaraan bermotor miliknya merk Kawasaki
ninja RR 150 Nopol : A-6861-SM, warna Hitam sudah tidak berada di tempat parkiran.”
Selanjutnya korban melaporkan ke Danru Security dan langsung di cek cctv dan dari rekaman
cctv terdapat diduga pelaku masuk ke hotel Royal Krakatau pada jam 11.50 WIB menggunakan
kendaraan listrik berwarna putih Nopol : A-6862-DE, pelaku menggunakan jaket merah dan
menggunakan helm full face serta menggunakan masker. Selanjutnya terduga pelaku membawa
5
https://pustaka.ut.ac.id/lib Pukul 10.10 wib tanggal 29/11/2023
6
https://humas.polri.go.id/2023/11/03/polsek-purwakarta-polres-cilegon-amankan-pelaku-curanmor
pukul 10.20 wib tanggal 29/11/2023
motor keluar hotel The Royal Krakatau sekira jam 11.58 WIB. Atas kejadian tersebut korban
menghubungi Polsek Purwakarta dan membuat laporan Polisi

Iwan mengatakan pihaknya langsung bergerak cepat. “Atas kejadian tersebut personel
polsek Purwakarta bergerak cepat menuju Kota Serang dan pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023
sekira jam 03.00 WIB, pelaku beserta barang bukti Ranmor Ninja RR Nopol : A-6861-SM
WarnavHitam berhasil di amankan di depan Perumahan Puri Ciracas Kota Serang selanjutnya
dibawa menuju Mapolsek Purwakarta”.Pelaku AH (30) warga Kecamatan Serang Kota Serang.
Iwan mengatakan pihaknya berhasil mengamankan beberapa barang bukti. “ Barang bukti yang
disita yaitu satu unit kendaraan bermotor merk Kawasaki Ninja Nopol : A-6861-SM warna hitam
satu unit sepeda motor merk Yadea T9 warna putih milik pelaku, satu buah helm jenis full face
merk KYT warna hitam biru, satu buah jaket warna mewrah maroon milik pelaku, satu buah
kaos warna hitam milik pelaku”.

Atas kejadian tersebut pelaku AH (30) warga kota serang melanggar Pasal 362 KUHP diancam
hukuman selama 5 tahun penjara, tutup Iwan (Bidhumas)7.

Dari contoh tersebut tercerminkan betapa penegaakan hukum di Indonesia masih tebang
pilih, karena ketika para koruptor yang merampok uang rakyat masih bisa bebas berkeliaran dan
mendapatkan hukuman yang kurang setimpal. Bisa kita rasakan bahwa hukum pidana di
Indonesia masih belum bisa untuk memberikan efek jera maupun pencegahan bagi para pelaku
maupun masyarakat. Hukum pidana di Indonesia juga kurang dalam memberikan keadilan,
karena hukum di Indonesia dijadikan alat olh para petinggi dan pemegang kuasa untuk berbuat
dan bertindak semena-mena terhadap orang yang dibawah. Seharusnya sebagai mana yang
tercantum di dalam UUD 1945 bahwa hukum itu harus adil, maka hukum pidana di Indonesia
harus bisa memberi keadilan untuk semua masyarakat Indonesia.

Salah satu aparat negara yang ditunjuk sebagai aparat penegak hukum adalah kepolisian.
Ketentuan Pasal 13 Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 ,menyatakan bahwa tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah8 :

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

7
https://sippn.menpan.go.id/berita/65116/rumah-tahanan-negara-kelas-iib-pelaihari/macam-macam-
pasal-pencurian. pukul 10.28 wib Tanggal 29/11/2023
8
https://jdihn.go.id/files/4/2002uu02 pukul 11.34 wib tanggal 29/11/2023
2. Menegakkan hukum

3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda


yang tidak lajim terjadi di negara-negara berkembang. Selanjutnya dikatakan bahwa kejahatan
pencurian kendaraaan bermotor beserta isi-isinya merupakan sifat kejahatan yang menyertai
pembangunan.9 Seiring dengan adanya perkembangan kejahatan seperti diuraikan di atas, maka
hukum menempati posisi yang penting untuk mengatasi adanya persoalan kejahatan ini.
Perangkat hukum diperlukan untuk menyelesaikan konflik atau kejahatan yang ada dalam
masyarakat. Salah satu usaha pencegahannya dan pengendalian kejahatan itu ialah dengan
menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.

Berdasarkan tugas kepolisian di atas, diketahui bahwa tugas polisi hal yang luas, akan
tetapi pada umumnya tugasnya untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat,
sedangkan tugas sebagai penegak hukum hanyalah salah satu tugas saja dari beberapa tugas yang
harus dilaksanakan oleh Kepolisian Negara RI.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas maka penulis melakukan penelitian dengan
judul :“PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN
BERMOTOR DI KOTA CILEGON”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengemukakan beberapa


permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di KAPOLSEK


PURWAKARTA KOTA CILEGON ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor di KAPOLSEK PURWAKARTA?

9
Soejono Soekanto, Hartono Widodo dan Chalimah Sutanto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan
Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi. Jakarta Penerbit Aksara 1988, Hal 20.

Anda mungkin juga menyukai